21

47.5K 2.9K 31
                                    

Alaric memperhatikan Ginela yang tengah makan malam. Makan malam yang sangat telat karena mereka terlalu lama bercinta di kolam remang. Dia mengulum senyum saat melihat Ginela makan dengan lahapnya.

"Pelan-pelan."

"Aku udah mengantuk tapi harus makan jadi harus makan cepat jadi bisa cepat tidur. Perutku bakal buncit makan terlalu malam."

"Kamu akan hamil jadi buncit nggak masalah."

"Jangan mengada-ada. Aku belum tentu hamil. Memang kamu saja yang mau menjaga tubuh?"

"Ya sudah habis makan nanti olahraga lagi biar membakar kalori."

"Ide cemerlang!" Ginela mengedipkan matanya.

"Kamu masih menganggap aku gay?"

Ginela tersedak sampai matanya berair. Dia menyesal pernah melontarkan pertanyaan itu.

"Pelan-pelan. Masih sakit?"

Ginela menggeleng setelah meneguk banyak air putih.

"Jangan ungkit itu lagi. Aku mengaku salah. Kamu nggak gay, aku yakin itu. Beneran!" Ginela mengerjapkan kedua matanya hingga bulu mata panjangnya terlihat jelas.

Alaric mengulas senyum. "Aku menjaga tubuhku karena aku nggak suka dengan tatapan orang-orang padaku saat aku gendut dulu. Selain itu, gendut juga nggak sehat."

"Kalau gitu pertahankan. Aku suka!" Ginela menembakkan angin dengan telunjuknya.

"Suka?" Alaric memiringkan kepalanya.

Ginela mengangguk antusias. "Tapi aku makan dulu. Nanti aku bisa pingsan."

Alaric terkekeh. Ginela amatlah lucu. Kadang terlihat seperti bocah, bicara tanpa berpikir atau harus menutup-nutupi.

"Bagaimana proposalmu yang aku minta revisi tadi?"

Terdengar suara sendok jatuh ke piring. Ginela memicingkan matanya. "Aku sedang makan. Merusak selera makan saja. Jangan bahas pekerjaan di rumah. Aku nggak suka."

"Aku hanya penasaran. Kamu sudah siap belum."

"Tenang. Sudah siap 100%. Aku 'kan hanya tinggal menghapus yang kamu minta hapus 'kan?"

"Ya."

"Hah, membahas itu membuatku hilang selera makan. Aku jadi ingat besok pagi kita meeting. Menyebalkan!"

"Maaf. Aku janji nggak akan bahas pekerjaan lagi di rumah."

Ginela mengangguk tapi moodnya sudah berubah. Dia teringat besok akan bertemu Rolan. Makhluk yang sangat ingin dia enyahkan dari jarak pandangnya. Bukan dia belum ikhlas ditinggal Rolan tapi dia muak. Dia benci pria seperti Rolan. Dia tidak suka dekat dengan pria brengsek mana pun.

"Gin, kamu masih marah?" Alaric mendekati Ginela yang jadi diam. "Gin." Alaric memegang bahu Ginela dan membuat istrinya terlonjak kaget.

"Kenapa?" Ginela bingung Alaric sudah ada di sampingnya.

"Kamu yang kenapa?"

"Aku nggak kenapa-kenapa. Aku cuci piring dulu, aku kenyang." Ginela buru-buru ke dapur mencuci piring yang masih menyisakan makanan. Kali ini dia benar-benar kehilangan napsu makan. Dia jadi sibuk memikirkan besok.

"Gin...."

"Ya?" Ginela menoleh ke belakang di mana Alaric mengikutinya.

"Aku nggak akan bahas pekerjaan lagi. Janji."

"Iya. Ayo kita tidur! Atau kamu masih mau kerja?"

"Nggak. Nggak akan kerja lagi di rumah kecuali sangat urgent."

One Night StandWhere stories live. Discover now