42

24.6K 2.3K 73
                                    

Ginela pulang teramat larut. Selain banyak pekerjaan dia memang ingin berada di kantor lebih lama. Bertemu dengan Alaric yang selalu menjaga jarak dan mencurigainya merupakan tekanan batin.

Bagaimana cara memulai membantu Alaric untuk mengingat jika pria itu saja sangat tidak suka didekati? Rasanya frustasi, ingin mendesak tapi cara itu jelas hanya akan menakuti dan membuat Alaric makin anti padanya.

"Aku pulang," ucap Ginela lirih saat masuk ke apartemen, meletakkan sepatunya , dan mengganti dengan sandal rumah.

"Jadi begini istriku?"

Ginela terperanjat kaget mendengar dan melihat sosok Alaric berdiri tidak jauh darinya.

"Kamu tahu ini jam berapa? Jika kamu benar-benar istriku, aku pasti nggak akan membiarkanmu bekerja apalagi sampai larut malam begini."

"Aku cuti cukup lama jadi pekerjaanku menumpuk."

"Kamu menyalahkanku?"

"Tentu saja nggak. Kamu sudah makan?"

"Aku nggak pernah makan malam. Apa kamu juga nggak tahu?"

"Aku tahu."

"Sebenarnya kamu bekerja di mana?"

"Menurutmu apa pekerjaanku?" tanya balik Ginela yang merasa lelah.

Ginela tidak mau memakai cara lama untuk mendekati Alaric. Pria seperti Alaric yang memiliki ingatan hanya sampai tahun lalu tidak akan tertarik pada wanita agresif.

"Aku yang bertanya di sini."

"Kamu akan tahu jawabannya setelah kamu kembali bekerja," balas Ginela lalu melewati Alaric begitu saja.

Meski telihat biasa saja tapi sebenarnya dia ingin sekali memeluk Alaric dan menangis di dada suaminya. Dia merasa lelah pikiran dan raga. Dia butuh sebuah pelukan yang membuatnya nyaman.

"Aku bertanya padamu." Alaric menghalangi Ginela dengan tangannya. Menahan Ginela yang akan membuka kamar.

Kini mereka saling berhadapan. Alaric menatap tajam mata Ginela yang terlihat sayu meski sudah tertutup make up. Alaric menurunkan tangan tidak jadi menahan Ginela.

"Cepatlah tidur!" Alaric memalingkan wajahnya.

Ginela mengerutkan kening, heran. Tapi entah dapat keberanian dari mana tangannya terulur menyentuh wajah Alaric dan membuat suaminya melihat lagi padanya.

Yang awalnya takut, kini Ginela mengulum senyum menahan tawa. Ekspresi Alaric dan mata yang tidak berani menatapnya sangatlah menggemaskan.

"Ada yang lucu?" tanya Alaric.

Ginela tersenyum dan langsung mengecup bibir suaminya. Tidak ada perlawanan, Ginela kembali mengecup bibir Alaric. Kecupan kedua barulah Alaric mundur menjauh.

"Jangan coba-coba menggodaku," seru Alaric, marah sekaligus salah tingkah.

Ginela hanya tersenyum lalu masuk ke dalam kamar. Mengabaikan Alaric yang masih mengoceh marah di depan kamarnya. Dia melempar tas dan duduk manis di tepi kasur. Bibirnya terus tersenyum, senang sekaligus geli mendengar kekesalan Alaric karena dia cium.

Sementara Alaric masih memegang bibirnya dengan perasaan kesal. Meski status mereka suami istri tetapi itu sangat tidak pantas karena saat ini dia sama sekali tidak mengingat Ginela. Dia jadi semakin frustasi.

Alaric masuk ke kamar tamu yang sudah diisi perabotan. Kini dia sudah bisa tidur nyaman di atas kasur. Tapi ciuman Ginela membuatnya sulit tidur meski sudah mencoba memejamkan mata.

***

Pertama kalinya kembali kerja setelah kecelakaan, Alaric memulai harinya dengan wajah kusut. Dia nyaris tidak bisa tidur. Dia kesal saat melihat Ginela yang tersenyum manis dengan wajah cerah ceria dan menawarkan kopi.

One Night StandWhere stories live. Discover now