12

68.3K 4K 90
                                    

Kabar kedekatannya dengan Alaric sudah menyebar dahsyat di kantor. Ginela tidak memedulikan hal itu meski membuat telinganya panas. Dia masih sibuk terngiang-ngiang kejadian pagi tadi. Merasa dihargai dan bikin ketagihan.

Ginela senyum-senyum sendiri sesekali di tengah pekerjaannya. Sampai tidak menyadari Zio tengah memperhatikannya sejak tadi.

"Lo habis makan apa seger bener hari ini? Tu bibir senyum mulu." Zio mendorong bahu Ginela.

"Hah? Kenapa?"

"Lo ngapain senyum-senyum sendiri? Jangan bilang lo lagi kasmaran, belum juga seminggu."

"Nggak mungkinlah. Gue nggak akan menggantungkan hidup gue sama virus merah jambu itu. Bisa hidup sengsara gue."

"Terus ngapain senyum-senyum?"

"Daripada gue ngomel-ngomel. Emang lo mau denger omelan gue?"

"Nggak mau juga lo tetep ngomel-ngomel ke gue, padahal yang salah orang lain," balas Zio dengan ekspresi datar andalannya.

"Stop! Jangan ngajak ribut, gue lagi sibuk." Ginela menunjuk layar komputernya yang menampilkan proposal iklan yang sedang dia buat.

"Jangan terbawa perasaan karena lo baru kenal."

"Iya, iya. Gue akan jaga diri. Ok?"

Zio merasa khawatir karena ini pertama kalinya selama dia mengenal Ginela, cewek itu kembali berinteraksi dengan pasangan one night stand.

"Ayo, malam Minggu kita keluar. Ajak Nara!"

"Nggak bisa."

"Lo bilang insaf. Batal insaf?"

"Gue insaf. Makanya gue nggak mau ikutan."

Zio memicingkan mata curiga. "Lo ada kencan sama Pak bos?"

"Nggak, nggak mungkin. Gue mau di apartemen aja diem."

"Rasa-rasanya matahari terbit dari barat," gumam Zio lalu kembali fokus bekerja.

Ginela tidak menanggapi ucapan Zio lagi daripada teman seruangannya itu semakin banyak tanya. Lagipula Zio juga terlihat ingin menyudahi pembicaraan. Meski Zio tidak banyak tanya tapi Ginela sangat paham jika pria itu serba tahu hanya saja memilih diam.

Ginela mengecek ponselnya yang bergetar. Ada pesan dari Alaric.

Pak Alaric Wenner

Makan siang di ruangan saya

Maaf Pak, saya makan siang dengan teman kantor saja. Please

Ginela tidak mau orang-orang memiliki bahan gosip baru dan membuat telinganya semakin panas. Dia malas meladeni pertanyaan orang-orang yang kepo dan menganggapnya penggoda. Berani menggoda bos tampan yang seharusnya milik bersama.

Pak Alaric Wenner

Kamu mau saya cium, ya?
Masih memanggil saya Pak
Ok tunggu nanti malam

Seketika wajah Ginela terasa panas dan memerah. Pandai sekali bosnya menggoda. Sebenarnya bukan dia yang pandai menggoda tapi bosnyalah yang ternyata penggoda ulung, pikir Ginela.

Pak Alaric Wenner

Ini kan masih jam kantor dan di kantor

Yahh, baiklah berarti tidak ada hukuman.

Ginela bingung sendiri dengan dirinya, kenapa justru kecewa mendapat balasan itu? Dia membalas pesan itu lagi merasa tidak ingin percakapan itu usai.

One Night StandWhere stories live. Discover now