PINK IN MY BLUE

Bab 6 Perang

"Mbak. Ini pesanannya."

"Terima kasih adik sayang. Sudah sana keluar. Kamu bau matahari."

"Halah...tidak tahu diri. Sudah minta tolong dibelikan begituan, begitu sudah dapat mengusir. Habis manis sepah dibuang."

"Bapaaaaaak..."

"Pengadu!"

Kiko melemparkan bantal ke arah seorang pemuda yang segera menangkisnya. Pemuda itu mundur dan terhuyung ketika menyadari bahwa dia menabrak seseorang.

"Gempar...aduh anak bagus...hati-hati...kenapa? Dinakali sama Mbak Kiko lagi?"

"Iya Buuu..." Pemuda bernama Gempar Merapi Pramoedya itu memeluk Ibu Dian Agni dan meletakkan dagunya di bahu wanita itu. Pemuda itu tersenyum mencemooh ke arah Kiko. Wajahnya penuh kemenangan. Dia melangkah sambil terus memeluk ibunya yang berjalan menuju lemari dan meletakkan setumpuk handuk bersih ke dalamnya.

"Halah..." Kiko mencebik keras dan berjalan mengambil bantalnya.

"Adik kamu ini baru pulang loh, Michiko."

"Iya. Pulang dari kelayapan."

"Heh..."

Kiko melihat ibunya menggeleng dan menatapnya. Kiko melongok ke dalam kantong kresek berisi pembalut yang baru dibelikan oleh adiknya. Dia tersenyum lalu tertawa tertahan.

"Jangan berisik. Bapak sedang tidur."

"Mbak Kiko yang sedikit sedikit bapaaaak..."

"Seperti kamu tidak. Sedikit sedikit ibuuuuu..."

"Lah kok malah berantem terus? Ayo keluar Dek, jangan diganggu Mbak kamu itu. Dia sedang sensitif."

Saling menjulurkan lidah dan terus saling meledek adalah hal biasa yang sepertinya membuat Ibu Dian Agni sudah maklum dan sama sekali tidak terganggu. Wanita itu menarik Gempar keluar dari kamar Kiko.

Kiko segera menghempaskan tubuhnya ke ranjang dan menatap langit-langit. Dia berguling ke sana kemari dan segera berdiri. Gadis itu berjalan ke arah jendela dan melamun di sana.