Bab 24 Menyulut Bara

2.4K 575 123
                                    

"Ada yang aneh pun kita tidak bisa apa-apa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ada yang aneh pun kita tidak bisa apa-apa. Pihak keluarga membuat benteng yang kuat. Aku pikir, mungkin Ibu dan Bapak sambungnya Kinanti itu menjadi pihak yang sendiri saja dalam lingkaran keluarga. Hampir semua keluarga dari pihak wanita dan dari pihak Bapak kandungnya Kinanti, semua condong ke Ferdian Sanusi Baco. Bukan pada Bu Sri Wigati dan suaminya. Mereka terasing."

Ruang kerja itu senyap dalam sekejap ketika pada akhirnya mereka menekuni beberapa lembar kertas berisi lajur-lajur silsilah yang rumit dan sangat panjang.

Sosok Dicky Hermawan mengambil peranan penting kali ini. Dia yang berhasil mendapatkan beberapa informasi terkait dengan keluarga Kinanti. Dan ketika mereka bisa menarik kesimpulan bahwa Kinanti berada di dalam lingkaran keluarga yang memanas, mereka tidak memikirkan banyak hal selain bahwa ada sesuatu yang berhasil ditutupi oleh Ferdian Sanusi Baco terkait kematian Bambang Wicaksono.

"Tender di Magelang itu, bagaimana Mas?" Bondan membuka percakapan lagi.

"Kami kalah. Dan kebetulan yang mendapatkan adalah orang-orang dari Baco Construction."

Semua pandangan mata mengarah pada Banyu Biru yang masih menekuni lembar-lembar kertas di depannya.

"Sejak kapan Sanusi Baco mendirikan bisnis konstruksi? Ada yang aneh tidak, Mas?" Kali ini sosok Bondan berkata dengan nada serius.

"Entahlah. Sepertinya belum lama. Kami baru bertemu kali ini dalam pemenangan sebuah tender. Dan tiba-tiba saja orang-orang dari Pemprov mengalihkan begitu saja kepada Baco Construction dengan macam-macam pertimbangan. Hal seperti itu seharusnya tidak terjadi tapi kami tidak punya waktu untuk mengajukan tuntutan apapun. Ada yang lebih penting yang harus dikerjakan daripada wara wiri ke pengadilan." Banyu Biru beranjak dan bersedekap. "Keluarga Baco ternyata sangat rusuh."

"Betul. Cukup rumit dan penuh pertumpahan darah yang selesai dengan sendirinya tanpa ada pihak berwajib yang terlibat terlalu jauh. Powerfull sekali bukan?" Dicky Hermawan menyahut sarkas.

"Kita tidak bisa mengesampingkan tender yang diambil dari Mas Banyu Biru dan rekan oleh Baco Construction. Sekecil apapun, kalau ada alasan penting dibalik semua itu yang belum kita tahu, kita harus mencari tahu. Tiba-tiba sekali kan? Merusuh tender? Yang benar saja." Bondan meletakkan pensil di tangannya ke meja.

"Aku yang akan cari tahu. Ada kabar apa dari rumah sakit, Mas?"

"Dokter Ankaa bilang belum ada perkembangan yang baik terkait dengan kondisi Bu Sri Wigati." Banyu Biru mendongak dan berjalan ke arah kursi kerjanya. Dia duduk di sana dan menumpu dagu dengan kedua tangannya.

"Lalu perkembangan tentang Kinanti sendiri?" Dicky Hermawan ikut duduk.

"Ini menjadi cukup gamblang kalau dilihat dari kondisi medis Kinanti. Maksudku, kalau sampai benar bahwa Kinanti menyembunyikan sesuatu yang serius terkait jejak rekam medisnya, maka aku pikir keputusan Ilman dan Mas Farel akan menjadi sangat berbahaya untuk mereka."

PINK IN MY BLUEWhere stories live. Discover now