Bab 113. Kesempatan Kedua

2.2K 589 120
                                    

Ankaa mengikuti langkah bapaknya ketika akhirnya pria itu keluar dari ruang rapat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ankaa mengikuti langkah bapaknya ketika akhirnya pria itu keluar dari ruang rapat. Mereka berjalan di sepanjang koridor dan memasuki pintu darurat untuk menjangkau lantai bawah. Ankaa menutup mulutnya dan tidak berniat bertanya apapun walaupun dia sangat penasaran. Raut wajah bapaknya menyiratkan bahwa situasi sekarang sedang tidak baik-baik saja.

Mereka memasuki ruang kerja dengan plat nama dr. Angger Pananggalih dan Ankaa memberi kode kepada perawat yang akan mendampingi bapaknya hari itu untuk mengambil jeda. Perawat itu mengangguk mengerti dan kembali ke meja jaga.

"Kita tidak perlu kaget kan?"

"Pak Baco yang mengisi kekosongan itu, Pak?"

"Betul sekali. Sesuai prediksi. Haaaah...bapak sudah muak dengan semua ini. Apa tidak ada hal yang lebih bermanfaat untuk dilakukan pria itu dalam hidupnya?"

"Tidak ada, Pak. Dendam sudah menguasai hatinya."

"Huum."

Ankaa menatap bapaknya yang membuka tirai jendela. Pria itu melemparkan map di tangannya ke meja dan tertawa sumbang. "Dia pikir dia bisa menekan kita dengan mengambil alih kepemilikan saham? Kita akan menemukan celah untuk tahu apa yang sebenarnya dia lakukan hingga bisa menguasai saham itu. Tidak mungkin Wibisono Dermawan melakukannya begitu saja. Dia tidak cukup bodoh untuk kehilangan semuanya dengan cara yang mudah."

Ankaa melipat kakinya dan meletakkan kedua tangan di depan dagunya. "Kalau keadaan memaksa, Ankaa setuju kita melakukan rencana sesuai usulan ibu, Pak."

Ankaa menatap bapaknya yang menghela napas pelan. Pria itu balik menatapnya lekat.

"Kita akan berjuang dulu hingga kita tidak mampu berjuang lagi, Le. Mengerti?"

"Mengerti, Pak."

Ankaa menepuk balik punggung tangan bapaknya yang menepuk pundaknya.

"Kita kerja sekarang. Tolong bilang Suster Yuli untuk bersiap."

"Siap, Pak."

Ankaa beranjak dan keluar dari ruangan bapaknya. Dia menoleh dan tersenyum ke arah bapaknya yang memakai baju kerjanya, sebelum dia keluar dan meminta suster Yuli untuk bersiap sesuai perintah bapaknya.

Menyusuri koridor menuju lantai bawah. Di lobi, Ankaa keluar bersamaan dari lift dengan rombongan Abimanyu Dharmendra yang menggunakan lift para eksekutif.

Dia merunduk dalam seperti yang sudah seharusnya dilakukan kepada para petinggi. Pria itu tersenyum dan mengangguk kecil sebelum melangkah menyusuri lobi dan memasuki mobilnya yang menunggu di depan rumah sakit.

Ankaa hendak meneruskan langkahnya namun dia urung melakukannya karena pintu lift kembali terbuka dan sosok Sanusi Baco keluar bersama dengan pengawalnya. Ankaa kembali merunduk ke arah pria itu yang akhirnya juga berhenti melangkah. Gumaman tidak jelas keluar dari mulut pria itu dan Ankaa menegakkan tubuhnya dengan sikap sopan. Sanusi Baco mengangguk kecil dan memberi kode pada anak buahnya untuk kembali melangkah.

PINK IN MY BLUEWhere stories live. Discover now