Bab 57. Yang Seharusnya Terlupakan

1.8K 554 174
                                    

"Lah

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

"Lah...gimana to Mas...kok malah dibiarkan pulang sama Bapaknya?"

Kiko mengekor Ilman ke halaman belakang kantornya. Ilman yang belum menjawab pertanyaannya terlihat duduk di meja makan dan meletakkan cangkir kopinya.

"Ya kan Mas tidak punya hak untuk melarang. Mbak Kinanti anaknya."

"Kalau Mbak Kinan dihajar sama bapaknya bagaimana Mas?"

"Mbak Kinan...bener tidak sih panggilan itu?"

"Itu bukan lagi masalah Mas. Bukan itu yang jadi masalahnya sekarang. Serius hiish..." Kiko memperingatkan Mas nya yang menyesap kopinya pelan.

"Mas mau menahan tapi Mbak Kinanti yang memutuskan mau ikut Bapaknya. Apa ya harus dilarang?"

"Mas tunangannya."

"Michiko. Dia itu Bulik kita. Pertunangan itu sudah putus secara alami. Apa kamu mau Mas meneruskan semua ini dan mengikuti permainan Sanusi Baco?"

Kiko terhenyak dan menggeleng. Nyaris tiga tahun bukan waktu yang singkat untuk nya terbiasa menganggap Kinanti sebagai orang lain yang akan menjadi bagian dari keluarga besar Danurwendo. Dia hanya belum terbiasa dengan kenyataan bahwa Kinanti adalah bagian dari Danurwendo juga.

"Aku hanya bicara sebagai sesama wanita."

"Mas kasihan. Tapi kita bisa apa?"

Kiko mengangguk dan menatap Mas nya yang menekan tangannya.

"Sudah diobati?"

"Mas dokter. Mas tahu mana yang perlu diobati atau tidak."

"Hiish...itu memar kok. Pasti sakit."

"Sakit. Mas sakit. Di sini." Ilman menepuk dadanya keras membuat sudut bibir Kiko terangkat seketika. Dia tahu apa maksud Mas nya. Pasti ada hubungannya dengan Mbak Dida. Mas Ilman merasa sakit karena sulit bertemu dengan Mbak Dida. Bagaimana tidak? Sekarang Mbak Dida berada di Ndalem Kusumanegara. Tempat di mana untuk sementara ini, Danurwendo tidak boleh mendekat.

"Halah. Sudah. Menyerah saja. Lagi pula Mas...tidak boleh dua orang kakak beradik menikah dengan orang dari keluarga yang sama?"

"Kan Mas tidak setuju kamu pacaran sama Ankaa. Mau dilanggar? Durhaka nanti kamu."

"Mas!" Kiko berteriak kesal. "Kok aku yang jadi korban."

"Siapa lagi? Aku?"

"Kalian ini. Kenapa malah saling bersitegang?"

"Ankaa yang memulai. Dia bilang dia orang pertama yang tidak setuju kalau aku mendekati kakaknya. Dia pikir aku setuju kalau dia pacaran sama kamu?"

"Jangan berantem terus."

"Belum juga adu jotos."

"Heh?!"

"Dia harus memantaskan dirinya lebih lagi. Tidak cukup hanya ganteng, kaya raya, titel dokter. Itu bukan apa-apa. Aku juga begitu. Ganteng. Kaya raya. Titel dokter. Biasa saja."

PINK IN MY BLUEحيث تعيش القصص. اكتشف الآن