Bab 125. Ekstra Part ⁶

2.2K 572 56
                                    

"Jangan ada yang melakukan panggilan telepon baik ke Eyang Mayang, Eyang buyut atau Kinanti

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

"Jangan ada yang melakukan panggilan telepon baik ke Eyang Mayang, Eyang buyut atau Kinanti. Berlaku juga untuk setiap saluran telepon di dalam Griya Bausasran."

Semua orang menoleh ke arah Om Dicky yang baru saja datang dengan wajah serius. Pria itu terlihat jengkel dengan sikap gila Kinanti. Raut wajahnya yang serius menyiratkan bahwa dia benar-benar memikirkan kemungkinan senjata api itu akan digunakan oleh Kinanti.

Banyu Biru Pramoedya mengambil langkah cepat terkait para abdi dalem. Mereka bahkan dipaksa keluar dari Griya Bausasran hanya dengan pakaian yang melekat di badan.

Kerumunan menepi setelah beberapa saat kemudian dan Farel Muhammad membagikan sejumlah uang kepada para abdi dalem agar mereka untuk sementara kembali ke rumah masing-masing dan akan dipanggil ketika situasi sudah kondusif. Namun hal itu sepertinya belum bisa berlaku bagi para abdi dalem yang berasal dari luar kota dan luar pulau. Banyu Biru memutuskan agar mereka tinggal di Griya Danurejan untuk sementara waktu.

Jalanan mendadak ramai. Orang-orang di area Griya Bausasran yang biasanya tidak terlalu kepo dengan situasi sekelilingnya, mulai keluar dan bertanya-tanya.

Sore sudah turun dengan langit yang sepenuhnya menghitam. Hujan mungkin akan turun sebentar lagi. Atau mungkin tidak. Namun suasana seperti itu membuat Kiko justru bergeming dari tempatnya berdiri. Dia menatap gerbang rumah dengan pandangan tajam.

Para orang tua boleh berseteru di masa lalu. Tapi Michiko kecil membangun hubungan yang mesra dengan eyang Mayang. Bapak dan Ibunya mendidiknya dengan sangat baik hingga hatinya tidak terkotori oleh dendam pada wanita itu. Hubungan mereka terlihat seperti hubungan Tom dan Jerry yang selalu berselisih atas nama sepotong keju, namun Michiko dewasa menyayangi eyang Mayang sebagai bagian dari hidupnya.

Dan membayangkan wanita itu berada di dalam rumah bersama dengan Kinanti, bukan lah bagian dari apa yang dia pikirkan. Tangan Kiko terkepal dan merasa bahwa sikap sinis nya pada Kinanti selalu memiliki alasan. Dia bahkan salah satu yang menjauhkan Kinanti dari kamar eyangnya dan meminimalisir mereka bersinggungan.

"Dek. Mau hujan. Kita sementara waktu ke Danurejan. Biar para pria mengurus semuanya."

Kiko menoleh. "Bagaimana kalau dia melukai Eyang Mas? Heh? Kita tidak bisa meninggalkan eyang sendiri di dalam. Eyang buyut juga. Beliau sudah sepuh."

"Mas tahu, Dek. Tapi di sini juga bukan solusi. Keramaian ini kalau sampai dilihat oleh Mbak Kinanti, dia akan bereaksi. Dan itu lebih berbahaya."

Kiko menatap Ankaa dan menggeleng lalu kembali menatap gerbang rumah yang terkunci otomatis. "Apa kita tidak bisa mengakali gerbang ini dari luar?"

"Pergerakan sekecil apapun dari luar akan membuat Kinanti menciptakan reaksi yang kita tidak tahu bentuknya, Dek. Jadi kita akan memikirkan cara untuk bisa masuk tanpa dia tahu."

"Matikan CCTV..."

Ankaa menggeleng. "Dia akan curiga karena tidak mungkin dia tidak mengawasi kita di sini."

PINK IN MY BLUEOù les histoires vivent. Découvrez maintenant