Bab 15 Mengusik Masa Lalu

2.5K 632 140
                                    

"Sebentar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sebentar..."

Ankaa menggeleng dan enggan menurunkan kakinya yang memenjarakan Kiko sementara gadis itu mencoba beringsut dan...gagal.

"Mas Ankaa menyelidiki Mbak Kinan? Dalam rangka apa?" Kiko kembali pada posisinya. Enteng dan mencoba menenangkan hatinya.

"Memastikan posisi aku."

"Sampai sejauh itu?"

"Kemungkinan Pakde Farel juga sudah tahu?"

"Heh...?" Suara Kiko tertelan di tenggorokannya. Gadis itu melongo dan Ankaa tetap memperhatikannya.

"Seperti ini saja kamu pasti jatuh kasihan sama Mas Ilman. Bagaimana dengan aku? Heh?"

Kiko mengerjap. Tatapannya kosong dan setelahnya dia terlihat melamun.

"Seperti ini seharusnya perlu dibicarakan...maksudku kalau Pakde Farel tahu."

"Apa yang tidak beliau tahu? Tapi aku pikir beliau tidak akan melakukannya. Pembicaraan itu. Beliau tidak akan sanggup melukai anaknya."

"Mas Ilman pasti akan mengerti."

"Tidak semua packaging yang terlihat sempurna adalah superhero."

Kiko kembali mengerjap dan dia kini fokus menatap Ankaa. "Itu penilaian Mas pada Mas Ilman?"

"Aku belajar psikologi juga. Dan aku sedikit banyak tahu. Dan bukankah memang banyak yang seperti itu di dunia ini? Tidak semua yang terlihat oleh mata itu sesuai. Orang yang terlihat periang sepanjang hari? Punya kehidupan sosial yang lebih baik dari orang lain. Memiliki kerabat dan teman yang banyak. Selalu nampak memiliki banyak topik pembicaraan. Tapi mungkin orang itu justru orang paling kesepian di dunia. Secara mental. Bukan fisik."

Kiko menarik napas sangat panjang. Tanpa sadar tangannya memegang kaki Ankaa. Wajahnya menjadi murung dan itu membuat Ankaa mengeryit sedih. Kesedihan yang sama seperti yang dia rasakan dulu saat mereka masih remaja. Ankaa paling tidak bisa melihat Kiko seperti itu.

"Ini akan seperti kita menemui jalan buntu, Dek. Seandainya benar Pakde Farel sudah tahu tentang Mbak Kinan dan kemungkinan besar beliau memang sudah tahu, maka akan sangat sulit mengurai semua. Berbicara dengan Mas Ilman berarti kita melangkahi kewenangan orang tuanya. Tapi, tidak dibicarakan maka ini akan berlarut-larut. Kecuali, semua berpikir bahwa masa lalu yang seperti itu tidak menjadi masalah."

"Menjadi janda memang bukan masalah Mas. Tapi...tentu saja alasannya seperti apa?"

"Keluarga kita memiliki prinsip yang nyaris sama. Ikatan yang kuat dan saling melindungi. Ibu Gemintang dan Ibu Dian Agni memiliki ketakutan yang sama. Mereka tidak ingin apapun yang terjadi di masa lalu, menimpa kita anak-anaknya. Kamu tahu... pemikiran seperti itu mau tidak mau menghasilkan sikap melindungi yang sedikit berlebih. Pakde Farel mungkin melakukan hal yang sama pada anak satu-satunya."

PINK IN MY BLUEWhere stories live. Discover now