Bab 103. Penelusuran Jejak Masa Lalu

1.8K 535 118
                                    

"Diam di sini, Mbak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Diam di sini, Mbak."

Kiko menoleh dan mendelik ke arah Kinanti ketika wanita itu menepis lengannya. Dia menahan lagi pergerakan Kinanti yang ingin melongok dari kaca kecil di pintu.

"Apa yang dilakukan Mas Ilman, heh? Dia kenapa berlama-lama bicara dengan perawat itu? Terus kenapa perawat itu senyum-senyum tidak jelas?"

Kiko menatap Kinanti yang mengabaikannya dan tetap berusaha melongok melalui kaca pintu darurat ke arah meja jaga perawat.

"Kita tunggu Mbak." Kiko menarik Kinanti agar wanita itu beringsut mepet ke tembok ketika dia mendengar langkah-langkah di koridor. Dua orang perawat melintas membuat Kiko menahan napasnya sementara Kinanti terlihat tetap penasaran pada situasi di koridor. Kiko merogoh ponselnya dan membuka papan pesan. Dia membaca sebuah pesan dari Mas nya sambil mengernyit.

"Mbak, kita harus ke lantai atas." Kiko menarik tangan Kinanti yang seketika mempertahankan dirinya. Wanita itu menggeleng ketika dia akhirnya menyadari kalau Kiko mengajaknya naik ke atas melalui tangga darurat.

"Naik tangga?"

"Iya, kenapa? Tidak sanggup?"

"Gila atau apa?"

"Mas Ilman menunggu. Kalau tidak mau ikut silahkan Mbak turun ke lobi."

Kinanti terlihat berpikir sejenak dan menggeleng. Wanita itu beringsut dan mendahului Kiko menaiki tangga tanpa berkata-kata lagi. Kiko menghela napas dan mulai menapak tangga. Dalam sekejap dia bisa berada tepat di belakang Kinanti dan mendengar napas memburu wanita itu.

"Ini...gila..."

"Mbak harus banyak berolahraga. Ini bukan apa-apa, Mbak." Kiko yang akhirnya menunggu Kinanti mencapai lantai yang dimaksud oleh Mas nya, menatap Kinanti yang merunduk-runduk kelelahan. Dia mendesis lirih dan menarik gagang pintu darurat. Kiko melongok ke sepanjang koridor yang sepi dan menarik tangan Kinanti setelah memastikan koridor sepi.

"Ini ruangan apa?" Kiko memastikan penglihatannya sambil mengajak Kinanti melangkah. Dia memeriksa ponselnya lagi dan membaca pesan dari Mas nya. Mereka keluar dari koridor dan mendapati mereka sekarang berada di bagian tengah gedung. Dari tempat mereka berdiri sekarang, mereka bisa menatap sekelilingnya. Ke lantai bawah dan lantai atas secara leluasa.

Kiko menelan ludah dan menarik Kinanti yang akan menjangkau besi pembatas.

"Bapak kamu bertemu dengan direktur utama rumah sakit ini, Mbak."

Kinanti mengikuti arah telunjuk Kiko yang menunjuk ke arah lantai di atas mereka. Di kejauhan terlihat sosok Sanusi Baco tengah berdiri di depan sebuah ruangan dengan jendela-jendela kaca bening bersama dengan Wibisono Dermawan.

"Ya Tuhan...apa yang dilakukan Mas Ilman di sana?" Kiko menutup mulutnya ketika mendapati Mas nya berdiri di balik pilar sangat dekat dengan tempat di mana Sanusi Baco dan Wibisono Dermawan berdiri.

PINK IN MY BLUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang