Bab 10 Rumit

2.7K 671 156
                                    

"Nduk?"

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

"Nduk?"

Kiko menoleh dengan canggung. "Ya, Pak?"

"Bapak dari tadi tanya apa ini sudah pas menurut kamu? Atau mau dipindahkan?"

"Oh..." Kiko menatap bapaknya gugup dan pandangannya segera beralih pada bingkai-bingkai foto yang sudah tergantung rapi di dinding. "...sudah, Pak."

"Oke."

"Sudah malam Pak, nanti ibu nunggu loh."

"Bapak sudah bilang sama ibu kamu kalau bapak mau bantu kamu di sini kok."

"Oooh..."

Kiko menatap bapaknya kembali sibuk dengan semua benda di ruang kerja barunya dan dia sibuk mengamati wajah bapaknya yang bersih itu. Hatinya sangat berdebar kalau-kalau ada yang berubah dengan bapaknya itu. Kalau benar apa yang dikatakan oleh Mas Ankaa bahwa dia sudah berbicara dengan bapaknya terkait yang terjadi malam itu...tidak mungkin kan bapaknya biasa saja?

"Tapi...bapak itu spesial..." Kiko berbisik lirih menenangkan hatinya. Dia menunduk menekuni sandalnya.

"Memangnya martabak? Pakai telur berapa?"

Kiko terhenyak dan mendongak menatap bapaknya yang terlihat keheranan. Dari raut wajahnya Kiko yakin bapaknya lah yang kini mengamatinya. Kiko tertawa pelan. Tawa yang terputus-putus karena dia semakin gugup.

Kiko mengamati bapaknya. Pria itu sekarang berjalan menghampiri sofa dan duduk di sana. Kiko mengusap lengannya ketika bapaknya justru menatapnya lekat.

"Bapak percaya sama kamu, Mbak."

Kiko terhenyak. Lalu menunduk malu dan menahan napas. Dia menghembuskan napas perlahan dan menunggu.

"Hal seperti itu tidak bisa dipakai main-main. Kalau memang belum bisa serius sebaiknya bicarakan dengan Mas Ankaa. Dia tidak akan marah...tapi bapak juga tidak bisa melarang Mas Ankaa untuk berjuang."

"Bapak..."

"Anak bapak sudah besar. Bapak cemburu. Tidak lama lagi, anak bapak akan dibawa orang."

Kiko menatap bapaknya dan berjalan cepat menghampiri pria itu. Kiko duduk dan memeluk bapaknya erat. Terdengar Banyu Biru Pramoedya tertawa pelan. Kiko merasakan usapan lembut tangan bapaknya di lengannya.

"Bapak juga tahu bagaimana perasaan Ilman sebenarnya. Dia bisa menyembunyikan semua tapi tidak dari bapak. Kamu akan berada dalam situasi yang cukup sulit Michiko. Akan sangat sulit kalau kamu berpikir tidak ada yang boleh terluka di antara mereka berdua. Tapi kelak, keputusan harus tetap kamu buat. Pada titik itu, bapak percaya sama kamu. Kamu tahu harus seperti apa dan kamu tahu hati kamu harus memutuskan yang seperti apa."

"Kiko akan hati-hati, Pak."

"Bapak tahu."

"Rasanya masih jauh, Pak. Kiko juga baru akan memulai semua." Kiko menatap sekelilingnya. Dia menoleh ketika bapaknya justru tertawa.

PINK IN MY BLUETahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon