Bab 95. Mimpi Tentang Gigi yang Tanggal

1.6K 560 99
                                    

Seumur hidup, baru kali ini Kiko melihat dokter Gemintang menangis dengan kalap

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seumur hidup, baru kali ini Kiko melihat dokter Gemintang menangis dengan kalap. Dia sendiri, masih mencoba mencerna semuanya. Ketika dia baru akan beranjak ke kasurnya dengan perasaan bahagia, segera saja rasa bahagia itu tersapu bersih oleh kesedihan. Sangat tiba-tiba, membuatnya tidak bisa berpikir lagi.

Kiko menelan ludah kelu dan menatap pintu ruang IGD dan berpikir kenapa waktu menjadi sangat lambat? Mengapa mereka begitu lama?

Kiko merapatkan coat nya dan menatap sekelilingnya. Kalau ada yang bisa bersikap tenang sekarang, itu adalah bapaknya dan dokter Angger. Mereka berbicara pelan dengan beberapa staf rumah sakit sementara dia melihat Ibunya mencoba menenangkan dokter Gemintang yang terlihat sangat kalut.

"Duduk dulu."

Kiko mendongak ke arah Mas nya yang baru saja bergabung dengan dokter Angger dan bapaknya. Dengan tanpa daya Kiko bertumpu pada Mas nya yang segera membawanya duduk di kursi tunggu. Dia ingin sekali bertanya apapun. Apapun yang bisa mendapatkan jawaban yang menenangkan. Namun akhirnya, dia hanya bisa menelan ludah kelu berkali-kali. Semua kalimat seperti tersangkut di tenggorokannya.

Semenit, dua menit yang menjadi satu jam yang menegangkan. Akhirnya semua bahu luruh sepersekian detik setelah dua orang dokter keluar dari ruang IGD dan memberikan penjelasan pada dokter Angger.

Tidak pernah terbersit sekalipun dalam benak Kiko, harus menyaksikan Ankaa terbaring di ruang ICU dengan semua alat penunjang kehidupan yang nampak rumit. Dan kalau ada yang lebih memilukan dari itu semua, dia tidak diizinkan memasuki ruang ICU apapun kondisinya. Dia menelengkan kepala dan berpikir, bukankah seseorang harus tetap mengajak Ankaa bicara?

Kiko mengusap kaca di depannya. Berlian di cincin pertunangannya berkilat diterpa lampu lorong.rumah sakit.

"Dek, diajak pulang dulu sama bapak. Besok baru kemari lagi."

"Mas...apa ruangannya harus digelapkan seperti itu? Mas Ankaa..."

"Tidak apa-apa. Memang seperti itu prosedurnya. Tidak gelap sama sekali Dek. Ada lampu tidur. Jangan khawatir. Sekarang pulang dulu ya."

"Mas Ilman di sini kan?"

"Iya. Besok Mas kerja langsung dari sini. Ayo."

Kiko kembali menoleh ke arah ruang ICU. Merutuk perlahan karena ruangan itu adalah ruangan VIP serupa kamar ekslusif dengan satu orang pasien sehingga dia hanya bisa melihat ke dalam melalui kaca kecil di pintu.

"Ayo. Besok Mas usahakan kamu bisa masuk."

Kiko mengangguk dan membiarkan dirinya ditarik oleh Mas nya sambil terus menoleh ke arah ruangan di mana Ankaa berada.

"Mas...ada kabar apa?"

"Belum. Polisi masih mengolah TKP."

"Tadi...ada staf rumah tangga Pananggalih mengatakan kalau itu kecelakaan tunggal, menurut pihak kepolisian."

PINK IN MY BLUEWhere stories live. Discover now