Bab 40. Budak Cinta Yang Sesungguhnya

2K 573 169
                                    

"Kamu kenapa?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kamu kenapa?"

"Tidak apa-apa, Yang."

Kiko terus menggosok kaki Eyangnya dengan minyak kayu putih dan memijatnya pelan.

"Ibu kamu itu hidup pernikahannya tidak akan berwarna kalau aku tidak rusuh sama Bapak kamu."

Kiko tertawa. Dia tahu kalau Eyangnya melakukan itu tapi tidak pernah sungguh-sungguh ingin menyakiti Ibunya. Eyangnya hanya fans nomor satu yang kadang tidak tahu diri.

"Orang ganteng itu milik umum."

"Heh?" Kiko mendongak dan tercengang dengan celetukan Eyangnya. Terasa segar namun juga menyakitkan.

"Iya. Resiko punya pacar ganteng itu ya begitu. Ada yang diam-diam menyukainya. Dan ada yang terang-terangan berusaha. Seperti aku dulu sama Bapak kamu."

"Eyang ini polos atau kejam sih?"

"Aku mengakui kalau aku jahat banget dulu. Tapi memang seperti itu adanya. Hasrat seseorang itu kadang tidak dapat dikendalikan. Rasa ingin memiliki itu manusiawi sebenarnya tapi menjadi bumerang ketika kita menjadi tidak tahu diri dan tidak melihat situasi."

Kiko mengangguk. Gerakan tangannya terhenti. Dia terlihat melamun dan pandangan matanya kosong.

"Apa ada yang mengganggu Ankaa?"

Kiko mengerjap dan seperti segera kembali pada kesadarannya. Dia tersenyum kecil dan mengakui bahwa dia tidak bisa menyembunyikan apapun dari Eyangnya itu. Mayang Pratiwi terlalu berpengalaman untuk tidak tahu ada yang tidak beres dengannya. Dan wanita itu selalu tepat sasaran. Straight to the point.

"Hanya seseorang dari masa lalu." Kiko akhirnya menjawab lirih.

"Jangan pernah menyepelekan masa lalu. Kalau ikatan yang terjalin dulu cukup kuat, maka akan cukup kuat juga menggoyahkan pondasi yang kalian bangun sekarang. Jangan menganggap remeh."

"Huum." Kiko menunduk.

"Contoh sederhananya saja, seorang pria membonceng seorang wanita dan ada di jalanan yang ramai. Ketika ada wanita lain nalurinya akan membuat dia menengok. Itulah pria. Tidak bisa tidak walaupun sudah ada seseorang di sisinya. Dan ketika wanita yang selalu di sampingnya tidak kuat, bubrah. Begitu juga sebaliknya. Termasuk wanita yang disebut masa lalu."

"Bapak dulu juga seperti itu? Punya Ibu baper sama Eyang juga? Eyang kan cantik banget dulu."

"Kan sudah aku bilang, Bapakmu itu pengecualian. Dia paling bener hidupnya. Entah apa yang ada dalam diri Ibumu itu sampai Bapak kamu bertekuk lutut. Padahal aku juga cantik. Ckk..."

Kiko tertawa tertahan. Dia geli dengan rasa iri yang terdengar dari setiap ucapan Eyangnya.

"Bagaimana dengan penyelidikan kamu? Atau kamu sekarang sedang berkubang dalam cemburu?"

PINK IN MY BLUEWhere stories live. Discover now