Bab 109. Cinta dan Kerumitannya

1.9K 509 85
                                    

"Maaf Bu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Maaf Bu. Semua sudah keluar."

"Loh...dokter Ankaa kan masih pemulihan."

"Betul, Bu. Tapi Den Mas Ankaa sedang mengantar tunangannya pulang."

"Pulang?"

Percakapan masih berlangsung selama beberapa menit kemudian karena dokter Mia yang terlihat tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh penjaga rumah yang memperkenalkan dirinya bernama Pak Kelik.

"Betul."

Bungkam. Penjaga rumah itu jelas tipe loyal yang tidak akan berbicara lebih dari informasi itu. Pria itu mengangguk dan Mia balas mengangguk kecil. Dia memundurkan mobilnya dan melaju meninggalkan tempat itu. Dia meletakkan tas nya ke jok samping dan merunduk mengamati jalanan seakan dia harus segera menemukan seseorang untuk diajak bicara. Namun dia berakhir mendesah pasrah dan melajukan mobilnya menuju rumah sakit.

Memasuki halaman parkir rumah sakit, Mia melirik ke arah lobi ruang IGD yang penuh dengan orang. Dia menegaskan pandangannya dan terhenyak karena jelas sekali dia mengenali siapa orang-orang itu. Perasaan tidak nyaman segera menyergap sesaat setelah sebuah pemikiran melintas di kepalanya. Mia segera memarkirkan mobilnya dan berjalan dengan tenang di sepanjang selasar rumah sakit.

Atmosfer berubah seketika saat Mia menghampiri kerumunan. Orang-orang menatapnya lalu mereka saling tatap satu sama lain seakan sedang membuat sinkron akan apa yang harus mereka katakan. Beberapa nampak gugup.

"Ada apa?"

Tidak ada yang menjawab dan insting Mia segera berjalan cepat. Orang-orang itu, yang berjumlah 8 orang adalah yang ditugaskan oleh bapaknya mengawasi Karl selama disandera. Mia menatap orang-orang itu satu persatu dan tanpa menunggu jawaban mereka, dia menerabas masuk. Namun langkahnya yang cepat nyatanya segera dihalangi oleh salah satu pengawal itu.

"Dok...tenang, dok."

"Apa yang terjadi pada Karl? Kalian apakan dia, heh?!"

Mia mencoba mendorong pria yang sepertinya adalah pemimpin orang-orang itu. Dia menatap nanar ke arah pria itu yang menggeleng.

"Itu murni percobaan bunuh diri."

Gigi Mia beradu. Gemerutuk terdengar samar dan dia mendorong pria itu sekuat tenaga. Seorang perawat menghampiri mereka dan setelah meninggalkan tatapan sengit, Mia berjalan memasuki ruang tindakan IGD. Dia berhenti di depan ruang tindakan nomor 19 dan terpaku. Tangannya mengepal seketika dan kakinya melangkah maju.

 Tangannya mengepal seketika dan kakinya melangkah maju

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
PINK IN MY BLUEWhere stories live. Discover now