Bab 107. Gagal Move On

1.7K 547 95
                                    

Keluar dari kediaman Dharmendra sambil menghembuskan napas pelan dan isi kepala yang benar-benar kosong

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Keluar dari kediaman Dharmendra sambil menghembuskan napas pelan dan isi kepala yang benar-benar kosong.

"Maafkan bapak, Dek."

Kiko menoleh ke arah Arlo Dharmendra dan tersenyum. "Tidak apa-apa, Mas."

"Mas akan bicara dengan bapak."

Kiko mengangguk. Mereka berjalan beriringan menuju halaman rumah dan Arlo memaksa Kiko untuk duduk di bangku taman seakan Arlo cukup khawatir dengan keadaan Kiko setelah apa yang didengarnya tadi.

"Mengingat cara berpikir kamu yang sering lain dari gadis kebanyakan, Mas berharap kali ini kamu juga menyikapi ucapan bapak dengan cara kamu, Dek. Mas khawatir loh ini..."

Kiko bergumam lirih dan termenung. Dia menatap sekelilingnya dengan pandangan kosong. Abimanyu Dharmendra bahkan baru saja meninggalkan rumahnya untuk sebuah acara penting setelah apa yang mereka bicarakan.

"Kaget sih iya, Mas. Tapi, aku sempat memikirkan kemungkinan itu. Dan banyak kemungkinan lainnya juga. Tapi tetap saja aku butuh waktu untuk mencerna semuanya. Intinya, ada harga yang harus dibayar untuk segala sesuatu yang ada di dunia ini."

Mereka tertawa pelan. Kiko menoleh ke arah Arlo yang menatap kejauhan.

"Tapi, lebih kaget lagi saat tahu kalau Mas Arlo adalah pemilik 1% saham lainnya..."

Arlo menoleh ke arah Kiko dan tatapan mereka terkunci. "Itu karena Mas tidak mau mempersulit kamu. Kamu bisa mengabaikan kesulitan apapun kalau berhadapan dengan aku, Dek. Tentu saja, aku masih pada track yang sama. Niatku membantu kamu dengan tulus. Hanya timingnya saja kan kamu harus menemui dulu Eyang Sugiman."

"Mas tahu kalau guru bapak waktu sekolah dasar itu adalah pemegang saham lainnya?"

Arlo Dharmendra menggeleng. "Mas bertanya pada bapak. Beliau cukup heran karena aku tiba-tiba saja menanyakan hal itu sementara...bahkan hingga dua hari lalu Mas tidak pernah menyetujui 1% saham itu berada di bawah tanggung jawab Mas."

"Oh..."

"Bapak belum berniat pensiun dan berhenti bermain-main...hahhahaha..." Arlo tertawa sumbang. Pria itu menyugar rambutnya dan mendongak. "...sampai beliau bertemu kamu dan mendadak sekali percaya padamu."

"Kiko belum bisa memikirkan apapun sekarang, Mas. Tidak mungkin dong Pak Dharmendra tidak menyelidiki aku kan? Beliau pasti tidak tanggung-tanggung dan bisa dipastikan tahu statusku sebagai tunangan Ankaa Pananggalih. Permintaannya tadi...maaf sekali Mas...tapi itu akan menyakiti banyak orang."

"Bagian itu sepenuhnya salahnya Mas, Dek."

Kiko menghela napas pelan dan menggeleng. "Tidak ada yang salah Mas. Kita manusia dan hati kita adalah milik Allah. Allah lah yang Maha membolak-balik kan hati. Kita hanya bisa menunggu lalu menjalani semua."

"Mas tidak ingin menghancurkan perasaan siapapun. Apalagi masalah yang kalian hadapi sangat berat. Pihak Wibisono Dermawan pasti tidak tinggal diam. Bapak bahkan sudah mengungsikan Eyang Sugiman ke sebuah tempat rahasia."

PINK IN MY BLUEWhere stories live. Discover now