Bab 7 Cemburu

3.3K 744 163
                                    

Tampilan yang berubah sangat jauh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tampilan yang berubah sangat jauh. Bagai dari planet Bumi ke Jupiter. Bonita Michiko jelas mencuri perhatian banyak orang terutama kaum pria. Postur tubuh yang semampai membuatnya terlihat cantik dalam balutan kain dan kebaya kutu baru. Wajah mungil dan mata jeli nya membuat para pria menoleh kedua kali demi bisa menatapnya lebih lagi.

"Jangan diban...ting...Mbak!"

Suara Gempar tertelan ke tenggorokan. Dia menatap pintu mobil bapaknya yang baru saja dibanting oleh kakaknya yang dengan tak acuh melangkah mengikuti ibu mereka memasuki area gedung dimana perhelatan resepsi pernikahan sedang berlangsung.

Kiko menoleh dan tertawa pelan ketika melihat adiknya bahkan hampir berjongkok mengamati pintu mobil mereka.

"Sudah pakai kebaya cantik tapi masih saja banting pintu kamu itu."

Kiko menoleh ke arah ibunya yang membenahi tas tangannya. Dia mendekat pada ibunya dan membenahi kerudung ibunya. "Reflek Bu. Ibu kok cantik banget. Aku tidak." Kiko mencebik lirih.

"Jangan tidak bersyukur Michiko. Huum...kamu sedang tidak ada maunya kan?"

"Pokoknya, Ibu harus dekat Kiko terus pas di dalam."

"Loh kenapa?"

"Hiish, Kiko males ketemu sama Mas Ankaa."

"Tidak boleh begitu. Apa masih baper sama penyataan Ankaa soal niat baiknya untuk menikah? Lah kok kamu baper, dia memang punya niat baik menikah. Apa ya salah? Itu kan berarti dia normal."

"Issh, Ibuuu..." Kiko mencebik pelan sambil menunduk menatap kakinya yang berbalut heels cantik. Jelas bukan seperti itu yang dipikirkannya tentang reaksi Ankaa kemarin.

Kiko melangkah mengikuti ibunya yang menerima uluran tangan bapaknya. Mereka disambut pagar ayu dan pagar bagus di depan pintu janur blek ketepe.
Kiko merunduk menuliskan namanya di buku tamu dan beranjak dengan gerakan cepat ketika sudah selesai.

"Aduuuh!"

Kiko mengeluh tertahan sambil mengusap dahinya ketika kepalanya justru terantuk tubuh seseorang. Gadis itu mendongak pelan dan langsung mencebik ketika menyadari siapa yang ada di depannya.

"Antri Mas. Hiih..." Kiko menggeram lirih saat melihat Ankaa justru tertawa pelan.

"Mau ambil ini..." Ankaa meraih souvernir dalam sebuah kotak mewah di samping buku tamu. Pemuda itu tersenyum manis ke arah seorang gadis yang menjadi pagar ayu dan Kiko reflek mengikuti pandangan mata pemuda itu.

"Terima kasih, Mbak." Ankaa berterima kasih pada si Mbak pagar ayu dengan suara yang halus. Kiko beringsut ke samping dan melihat bapak dan ibunya sudah berada jauh di depannya. Mereka sedang berada di dalam antrian untuk menyalami mempelai. Adiknya terlihat mengekor orang tua mereka tanpa menoleh lagi.

"Ayo, malah melamun."

Kiko menoleh lalu menunduk menatap tangannya yang digandeng oleh Ankaa. Dia berjalan terseok mengikuti pemuda itu dan mereka berbaris di antrian. Kiko mulai bergerak menarik tangannya tapi genggaman tangan Ankaa cukup membuatnya terintimidasi. Pemuda itu bahkan tidak menoleh ke arahnya dan fokus menatap ke depan. Kiko harus mendongak untuk bisa menatap Ankaa lekat.

PINK IN MY BLUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang