Gerimis turun lagi. Sangat tipis namun cukup membuat orang-orang menepi untuk berteduh.
Kiko menatap keluar jendela sambil duduk di depan meja maketnya. Dua orang pelajar terlihat berteduh tepat di depan kantornya dan berbicara sambil tertawa-tawa.
"Dek?"
Kiko menoleh dan tersenyum ke arah Mbak Dida yang menatapnya.
"Ya?"
"Kamu melamun terus."
Kiko tertawa. "Pekerjaanku sudah selesai Mbak. Tinggal menunggu diambil saja."
"Huum." Mbak Dida mengangguk dan beranjak menuju ruang samping. Kiko mengikuti wanita itu dengan tatapan matanya. Mbak Dida terlihat serius berbicara dengan seorang karyawannya sebelum kembali lagi ke meja kerjanya.
Mereka menoleh dan sejenak Kiko berpikir bahwa kliennya yang datang untuk mengambil maket. Namun justru sosok Ilman yang masuk dan meletakkan payung di dekat pintu.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Kiko dan Dida menjawab serempak. Kiko beranjak dan menyambar tangan Mas nya itu. Dia mencium tangan pria itu sekilas dengan bibir manyun.
"Kamu kenapa?" Ilman mengacak rambut Kiko dan duduk di kursi kerja Kiko. Kiko yang segera menunjuk hidungnya sendiri.
"Aku? Kenapa? Ada yang aneh?"
Ilman terlihat mengamati Kiko dengan teliti dan tertawa pelan. "Tidak ada. Selain sedikit...gemuk? Ya, Dek?" Ilman menoleh ke arah Dida yang mendongak dan ikut menatap Kiko. Wanita itu mengangguk-angguk.
"Iya. Cantik."
Kiko menghembuskan napas dan mencebik pelan. Dia sangat ingin bertanya banyak hal namun dua orang di depannya itu seakan membuat blokade samar agar dia tidak bertanya apapun.
"Mau makan apa, Mbak?" Pertanyaan itu yang akhirnya keluar dari mulut Kiko.
"Samakan saja sama kamu."
"Oke. Mas juga?"
"Tidak usah pesan apa-apa. Mas bawa kok masakan Ibu. Masih di mobil."
"Loh, Bude masak?"
"Iya. Sedang ingin membuat makan siang untuk kalian."
"Waaah..." Kiko mengusap dagunya. Tangannya terulur ke arah Ilman dan Ilman memberikan kunci mobilnya. Dengan langkah bersemangat Kiko membuka payung dan keluar dari kantor. Dengan cekatan dia mengambil tiga buah paper bag besar dari bagasi mobil Ilman.
"Kalian kenapa sih?"
Acara saling tatap tanpa berbicara itu adalah hal yang Kiko temukan ketika dia kembali ke dalam kantor.
"Huum?" Ilman menoleh dengan enggan. Mbak Dida juga menoleh dan seakan baru saja tersadar dari sebuah lamunan panjang.
"Biar Mbak yang benahi. Mas mau ngopi?"
YOU ARE READING
PINK IN MY BLUE
Romance"Heh cewek sipit, medhok..." "Hisssh...jauh-jauh..." "Nama kok seperti es jeli." "Hiish...saya sumpahin Mas naksir!" "Aku? Naksir kamu?" "Iya." "Bilang R dulu yang benar baru nanti ditaksir. Hahaha..." "Mas Ankaa jeleeeeeek..."