Bab 83. Yang Datang Bersama Sebuah Letusan

2.1K 562 137
                                    

Tolong tandai typonya ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tolong tandai typonya ya. Terima kasih. Happy reading ♥️

*

"Kamu kenapa sih?"

Ankaa berhenti melangkah dengan tiba-tiba hingga membuat Kiko yang mengekor sejak tadi di belakangnya, menabrak pemuda itu. Gadis itu mengaduh dan mengusap dahinya sementara Ankaa terlihat tidak prihatin karena Kiko sudah berisik sejak tadi. Membuat Ankaa gemas karena Kiko selalu mematahkan apa perkataannya. Ankaa seakan bisa melihat masa depannya kelak ketika dia hidup bersama Kiko. Dia akan menjadi suami yang selalu terkalahkan.

Lamunan Ankaa melambung tinggi dan dia tersenyum-senyum tidak jelas. Dan pemuda itu terhenyak ketika Kiko menepuk pundaknya sedikit keras.

"Mas...bagaimana kalau Pak Baco membunuh Mbak...eh bulik Kinanti?"

"Mana ada bapak bunuh anak?" Ankaa menghela napas panjang. Menyadari bahwa kebisingan itu belum berakhir.

"Ada Mas. Banyak di berita-berita."

"Jangan terlalu banyak membaca berita makanya." Ankaa kembali melangkah sambil memasukkan kedua tangan ke saku celananya. Pemuda itu bahkan mendongak dan berjalan dengan sangat santai. Dia segera berpikir bahwa Kiko akan berisik sepanjang hari dan terus bertanya perihal Kinanti padahal mereka sama-sama belum tahu bagaimana keadaan wanita itu sekarang.

Langkah Ankaa terhenti ketika dia tidak mendengar lagi suara Kiko seperti apa yang dia pikirkan bahwa gadis itu akan berisik. Ankaa menoleh dan mendapati Kiko masih berdiri di tempatnya semula.

"Haiish. Anak ini ya..." Ankaa mengeluarkan tangannya dan melangkah panjang menjangkau Kiko. Dia menggenggam tangan gadis itu dan menariknya untuk meneruskan langkah. "Jangan terlalu dipikirkan. Ayo."

"Mas..."

"Huum?"

"Kalau Pak Baco malah semakin brutal dan menjadikan Bulik Kinanti monster bagaimana?"

"Maksudnya?"

"Dikosongkan otaknya lalu dibentuk..."

"...sesuai keinginannya? Sudah Dek. Wanita itu sudah terbentuk sesuai keinginan bapaknya. Buktinya, dia sangat berbeda bahkan dengan kembarannya, Bulik Mike."

Terdengar helaan napas Kiko. Mereka meneruskan langkah menyusuri trotoar dan memasuki sebuah kedai bakso. Jalanan masih basah karena hujan dan suasana begitu pas untuk menikmati semangkuk bakso panas. Ankaa berhenti sejenak dan menatap sekeliling kedai. Dia lalu membawa Kiko duduk di bangku paling ujung kedai itu.

Dua mangkuk bakso segera tersaji di depan mereka dan Kiko sibuk menambahkan sambal dan kecap sementara Ankaa hanya menatapnya. Mereka dua sisi mata uang untuk cita rasa. Ankaa tidak menyukai segala sesuatu yang terlalu pedas. Dia suka makanannya bercita rasa manis dan asin saja.

 Dia suka makanannya bercita rasa manis dan asin saja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
PINK IN MY BLUEWhere stories live. Discover now