Part 2🍫

930 63 3
                                    

Kita adalah milik kita sendiri sebelum menjadi milik orang lain"
--Nayyirah Waheed--

♡♡♡

KANTIN SEKOLAH
→JAM ISTIRAHAT.

Hana, Vano, Bella, dan Stilla duduk di salah satu meja di kantin. Memakan makanan yang tadi mereka pesan.

"Bella, Stilla" panggil Hana yang berhenti makan dan menatap Bella dan Stilla yang kini juga menatapnya.

"Kenapa Han?" tanya Bella, dan Stilla kompak.

"lihat, semua orang liat kearah meja kita, Hana nggak suka" ucap Hana dangan nada tak suka, menatap Bella, dan Stilla yang tertawa kecil karna ucapannya. Semua orang bukan memperhatikan Hana, atau pun Bella dan Stilla melain kan Vano dengan ketampannanya yang diatas rata - rata.

"Cuekin aja" ujar Bella cuek, lalu melanjutkan acara makannya.

Vano sama sekali tidak terganggu oleh tatapan tak biasa dari para pengunjung kantin. Saat di California atau negara negara besar seperti eropa dan amerika saja bahkan akan lebih parah dari pada ini, malah sampai kejar - kejar.

"Va-no? " kata seorang laki - laki yang tiba - tiba duduk di depan Vano. Ralat lebih tepatnya di samping Stilla. #Sorry sama aja kek nya deh, 'Abaikan'.

"You are Vano?" tanya laki - laki yang berdiri di samping laki - laki yang duduk tadi, dan di sebelah kanan laki - laki itu masih ada satu laki - laki berwajah datar plus dingin, persis seperti Vano yang berwajah datar dan dingin.

"Nil, i'm not dreaming about it?, or Vano dead in California?, until we are here?" oceh laki - laki yang duduk di depan Vano, menatap Vano tanpa berkedip. Vano melotot marah, yang benar saja temannya sendiri berkata ia mati. Catat. MATI.

Hana melihat ketiga laki - laki yang sudah tak asing di matanya. Namanya Kenzo Xendrick. Disebelah namanya Deniel Dawson, dan disebelahnya lagi namanya Faryel Sanderson.

Mereka terkenal menjadi bad boy Sekolah, dan menjadi Prince sekolah. Walau begitu tidak ada yang pernah berhasil meluluhkan hati mereka.

"I also see" ujar Fariel, dan Daniel kompak.

Mereka bertiga adalah, Faryel, Daniel, dan Kenzo, Sahabat Vano.

Tiga orang itu menggeleng tak percaya menatap Vano tanpa berkedip.

"ayolah, i'm here, and i'm not dead yet" kata Vano membuat tiga orang itu melotot kaget.

"Vano lo disini" laki laki itu bangkit dari duduknya dan memeluk Vano. Vano yang belum siap hampir saja bokongnya mencium lantai, kalau saja ia tak kuat menahan beban tubuh pria satu ini.

"Udah. Gue nggak mau di katain Homo gara - gara pelukan sama lo" ucap Vano mendorong Kenzo.

"Cih.., kenapa?" tanya Faryel yang masih berdiri dengan tangan di masukkan ke dalam saku celananya dengan wajah kaku. Vano menatap sahabatnya yang sangat jarang bicara itu dengan malas.

"gue udah bilang, kalau gue mau kasih suprise buat kalian" Vano mengangkat bahunya acuh tak acuh. Melanjutkan acara makannya yang sempat tertunda.

'cih kapan ia bilang suprise' Kenzo membatin.

"Eh?, Bella, Stilla, Hana?" seru Kenzo menunjuk ke arah Bella, Hana dan juga Stilla yang dari tadi hanya diam.

"Lo kenal sama mereka?" tanya Vano menatap Kenzo dengan satu alis terangkat.

"Iya, mereka sekelas sama kami" jawab Daniel.

Vano mengangguk singkat, sebagai jawaban.

"kita boleh duduk?" tanya Daniel meminta izin. Ia masih punya sopan santun, tidak seperti Kenzo yang langsung duduk tanpa permisi.

Destiny Hana [✔]On viuen les histories. Descobreix ara