Extra Part ✴Spesial -5✴

289 18 0
                                    

"Aku tidak suka dingin, Dulu. Namun saat mengenal Mu, aku selalu menyukai dinginnya sifat Mu yang bisa membekukan ku"
--Gerhana Adista, Milik Alvano Prakasa--

♡♡♡

Kehamilan Hana yang sudah 9 bulan membuat Vano harus membagi semua waktunya, entah itu bekerja, misinya, dan kegiatan lainnya harus Vano bagi secara merata. Kehamilan Hana yang hanya tinggal menghitung hari membuat Vano waswas meninggalkan wanita itu sendirian.

Dan yang Vano lakukan saat ini adalah mengawasi Hana yang sedang ada di taman bunga bersama Vino duduk di meja bundar dengan segelas coklat panas di depan mereka.

Di New York saat ini musim dingin tidak baik untuk Hana terlalu lama di luar. Terhitung sudah 25 menit Hana di luar, membuat Vano harus segera menarik istrinya yang keras kepala itu masuk ke dalam rumah.

"Masuk" seru Vano setelah sampai di belakang Hana.

Hana menoleh lantas menggeleng. "Tidak dulu, Al. Sepuluh menit lagi, yahh.."

Vano menghela nafas. "Hanya Sepuluh menit Hana. Tidak lebih" ucap Vano menegaskan ke putusan akhirnya.

"Iya cerewet. Duduk saja dulu" Hana menarik tangan Vano untuk duduk di kursi sampingnya.

"Mom, Dad, Aku ke dinginan. Aku masuk dulu, yah... Mommy jangan lama lama di luar. Nanti Adik ku sakit" pamit Vino lalu masuk ke dalam rumah.

Selain Vano, Vino juga sangat extra menjaga Hana. Mengingat Mommynya yang sangat aktif bahkan sangat jarang menggunakan kursi roda membuat Vino takut jika adik adik dan Mommynya kenapa kenapa.

"Aku suka Dingin. Salju, Es, Angin" ucap Hana tiba tiba.

"Apa maksud mu?"

"Tidak ada. Aku hanya bilang Aku suka dingin"

Hana mengeratkan mantel tebalnya sesekali mengusap perutnya.

"Jika nanti terdapat pilihan. Pilih yang ke dua, okey"

Dahi Vano semakin mengerut mendengar kaliamat Hana.

"Bicara yang jelas Hana" kata Vano cemas.

Perasaannya sudah tidak enak dari beberapa hari yang lalu. Malam ini Vano akan menggagalkan transaksi ilegal di pinggir kota. Karena semua temannya berada dalam misi yang berbeda, terpaksa Vano harus meningglkan istrinya malam ini.

"Tidak ada. Ayo masuk, Al"

Selalu seperti ini. Percakapan itu selalu di akhiri seperti ini. Namun Vano menurut dan tidak pernah membantah apa yang Hana katakan.

Tengah malam tiba, Vano telah siap dengan senjata senjatanya. Pria itu mendekat ke tempat tidur di mana sang Istri tertidur pulas.

Vano menunduk dan mengecup bibir dan pipi Istrinya. Wanita itu sama sekali tidak terlihat terganggu.

"Aku tidak akan lama, Aku juga tidak akan terluka, aku janji" sekali lagi Vano mengecup bibir cherry itu. Lalu pergi dan tak menoleh lagi.

Seperginya Vano. Hana membuka matanya. Wanita yang tengah hamil itu tersenyum lebar.

"Aku pegang janji mu" ucap Hana menatap ke arah pintu kamar mereka yang tertutup rapat.

Hana berjalan perlahan kearah teras besar kamarnya. Tepat sampai di sana, Mobil supercar Vano sudah meninggalkan pintu gerbang tinggi itu.

Senyum Hana kembali mengembang melihat bulan. Bulan yang indah.

"Gerhana bulan, Heh?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Destiny Hana [✔]Where stories live. Discover now