Extra Part ✴Spesial-6✴

364 17 0
                                    

"Aku tahu, kau memang tidak sempurna. Namun, aku tidak peduli. Karena aku tidak perlu yang sempurna, Aku hanya butuh segalanya dalam diri mu"
--Alvano Prakasa--

♡♡♡

"Dengan sangat menyesal. Kami harus memberi tahukan hal ini pada kalian" Dokter itu manatap semua orang yang ada di depannya. Lalu tatapannya terfokus pada Vano yang hanya diam seribu bahasa.

"Tuan Vano. Segala yang kami coba tidak berhasil--"

"Dan jalan satu satunya untuk menyelamatkan nyonya hanya dengan operasi pengangkatan rahim" Dokter wanita langsung diam saat melihat mata tajam Vano langsung tertuju padanya.

"Kau terlalu banyak bicara yang membuat pikiran kami tidak positif. Kenapa tidak langsung saja kau bilang itu dari awal, Sialan"

Jelas hanya seorang Stilla yang bisa membuat kata kata pedas seperti ini. Dokter itu tertunduk bersalah.

"Lakukan pengangkatan rahim sekarang juga. Pastikan nyawa istri ku selamat. Jika tidak, kalian akan memiliki hukuman yang bahkan tidak akan pernah kalian bayangkan" setelah mengatakan itu, Vano kembali duduk di kursi dengan tenang. Walau jantungnya masih menggila karena menkhawatirkan istrinya.

Destiny Hana

Vano masih setia duduk di atas ranjang bersama istrinya yang masih tidak kunjung bangun.

Terhitung sudah satu hari setelah operasi pengangkatan rahim itu. Vano hanya meninggalkan Hana jika untuk pergi ke kamar mandi atau mengunjungi bayi mereka. Yah, bayi triplet mereka itu sangat cantik dan juga tampan. Ketiga bayi yang mempunya pesona yang berbeda beda membuat siapa pun yang melihatnya akan terpanah.

Putri pertama mereka memiliki mata yang sama seperti mata Hana, untuk bagian muka selain mata, semuanya menurun dari Vano, ah, kecuali rambutnya. Rambut Putri mereka sama dengan Hana, Coklat keemasan. Sepertinya putri mereka itu adalah perpaduan wajah Vano dan juga Hana. Sempurna.

Dan Putra ke dua mereka, itu mewarisi semua wajah Hana. Baik muka dan juga rambut. Hanya satu yang mirip dengan Vano, yaitu bibir. Dan purta ke dua mereka ini lah yang paling sering menangis di banding saudaranya yang lain.

Dan terakhir, purta bungsu mereka. Putra Vano satu ini benar benar jarang menangis. Ia hanya menangis jika merasa lapar. Selebihnya ia bangun 20% dan tidur sisanya. Untuk wajah anak itu, benar benar memplagiat wajah Vano. Wajah tanpa celah yang bahkan membuat orang berdecak cagum dengan wajah tampan bayi itu.

Vano semakin tidak sabar menunggu ke sembuhan Hana lalu membawanya pulang ke istana mereka, bersama Putri dan Pangeran mereka.

Untuk masalah rahim Hana yang telah di angkat, tentu itu sedikit mengganggu Vano. Entah bagaimana menjelaskan masalah ini pada Hana.

"Sir, Tuan muda mengalami demam tinggi" suara Ronald yang masuk tanpa mengetuk membuat Vano segera turun dari ranjang meninggalkan Hana yang masih koma.

"Panggil kan dokter dan perawat untuk menemani Istri ku." Ronald mengangguk cepat. "Apa the last yang mengalami demam?"

Vano memang memutuskan untuk tidak memberi tahu nama anak anaknya sebelum Hana bangun. Jadi orang orang memanggil anaknya dengan, oldest, untuk putri pertamanya. Middle, untuk putra ke duanya. Dan, the last, untuk panggilan si bungsu. Namun sering kali di panggil tuan Muda.

Destiny Hana [✔]Where stories live. Discover now