Part 16📚

361 26 0
                                    

"Hidup dan Takdir. Dua kata berlimpah tanda tanya. Terkadang Hidup tidak memberikan hal yang kamu mau. Begitu pula Takdir. Hidup adalah sebuah Perjalanan. Sedangkan, Takdir adalah Peristiwa. Perjalanan panjang sedang ada di depan mata, dan Peristiwa hanya sedang menunggu Mu. Tugas kita hanya Satu, yaitu Mengikuti."
--Monday--

***


Vano melangkah masuk ke dalam mansion yang sudah lama tak ia datangi. Mansion itu terletak di pedalam hutan, di ujung kota. Mansion besar lebih tepatnya adalah Istana.

Drtt....

Deringan ponsel membuat Vano terhenti mengamati rumahnya yang baru selesai di bangun. Bukan maksudnya. Tiga bulan lalu selesai, namun Vano baru kali ini mendatanginya secara langsung.

"Hm.." jawab Vano malas pada sang penelfon.

"Lo di mana Van?" tanya orang di seberang sana yang tak lain adalah Daniel, sahabatnya.

"Mansion" jawab Vano adanya.

"Yang di pinggir kota?"

"Ck, iya. Memangnya di mana lagi?" Vano berujar kesal.

"Eh, ingat yah. Lo punya lima mansion di Indonesia, wajar lah gue nanya" kata Daniel ikut kesal.

Vano memutar bola matanya "Lo bego? Atau, apa?. Gue ada di Jakarta, dan di Jakarta gue cuma punya satu mansion dan itu cuma di sini" di sebrang sana Daniel berdecak kagum dengan pemikiran Vano. Bahkan ia berpikir ia yang bodoh atau Vano yang terlalu pintar.

Sebenarnya dirinya hanya melupakan hal itu.

"Okey, okey. Gue mau ke sana sama yang lain"

Vano membalas dengan malas. "Hm"

"Gue sama yang lain mau berangkat. Apa gue harus latihan dulu Van?. Gue udah sembilan bulan puasa pegang pistol. Kalau bisa lo deh yang ajar--"

Vano mematikan sepihak panggilan itu. Sebenarnya Vano malas dengan ocehan Daniel. Vano dapat memastikan Daniel akan mengganti hp-nya dulu lalu ke sini.

Vano merebahkan dirinya di sofa empuknya. Menikmati kesendiriannya dalam rumah basar ini. Yah, sendiri. Karna para pembantu telah pulang ke rumah masing masing setelah tugas mereka selesai. Yang tersisa hanya penjaga yang bertugas. Itu pun di luar.

Baru setengah jam mata Vano tertutup, kini kembali terbuka karna tiga mahluk astral, yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.

"Vano!!,Van!!" teriak Kenzo dari pintu utama.

Vano menggeleng takjub. Takjup karena kenapa ia bisa bersahabat dengan manusia seperti mereka.

"Alva--" Kenzo terpaksa menutup mulutnya karna di sela oleh Faryel.

"Sekali lagi lo teriak, gue cabut pita suara lo" ancam Faryel.

Sedangkan Vano yang masih tiduran di sofa tersenyum tipis mendengar ancaman Faryel.

"Berani lo. Gue cabut ginjal lo" ancam Kenzo balik. "Van---"

"Gue di sini" sela Vano sebelum Kenzo kembali meneriaki namanya.

Destiny Hana [✔]Where stories live. Discover now