Part 27📜

347 20 5
                                    

"Tidak semua kenangan pahit itu harus di lupakan. Terkadang kita harus menyimpannya untuk mencerminkan diri. Bukan malah mencontoh, dan berubah menjadi menjadi Pahit juga."
--Monday--

♡♡♡

3 Tahun Kemudian♨

02.22 P.M.
Bolivian, Amerika Selatan.

Seorang Pria turun dari mobil mewah, wajah pria itu dingin, kacamata yang bertengger manis di hidung pria itu semakin membuat ketampannya bertambah.

Pria itu malangkah masuk ke dalam istana yang terasa sunyi. Ia melangkah menuju salah satu kamar yang pintunya sedikit terbuka. Dengan langkah palan ia memasuki ruangan bernuangsa biru tersebut.

"Bagaimana kondisi, Putra ku?" tanya pria itu pada seorang pria tua yang mengenakan kemeja berwarna biru langit tersebut.

"Tidak ada perkembangan, Tuan" pria tua itu menunduk takut. Pria bersetelan hitam itu menghela nafas gusar.

"Keluar, lah" perintah pria itu sebelum menuju tempat tidur yang terdapat sosok anak laki laki tampan.

"Baik, Tuan" Pria tua itu keluar dan tak lupa ia menutup pintu.

"Apa kau sama sekali tidak ingin membuka mulut mu untuk Daddy mu ini??" Anak itu membuka matanya menatap sosok Ayahnya.

"Kenapa kau tidak ingin bersuara??" ujar sang Ayah lagi.

"Alvino Prakasa. Tell me, please"

Vano lagi lagi menghela nafas, karna sang putra tak kunjung menjawabnya Yah. Dia, Alvano Prakasa, Ayah dari satu orang anak. Kurang begitu orang yang mengenalnya sekarang.

"Tidur lah. Besok pagi kita akan berangkat menuju New York. Ayah ke kamar dulu" ujar Vano, lalu berbalik meninggalkan sosok kecil yang masih menatapnya.

"Sangat lelah" Vano merebahkan tubuhnya yang lelah.

Vano mengeluarkan ponselnya. Lalu menempelkan benda itu di telinga kanannya.

"Good night, Sir" sapa orang di seberang sana.

"Hm, Ada kabar tantang dia hari ini?" Vano sangat berharap ada kata 'Yes' dari anak buahnya.

"Sorry, Sir. Hari ini kami tidak menemukan apapun juga" terdengar nada sesal dari Anak buahnya itu. Tanpa mengatakan apapun Vano mematikan sepihak panggil tersebut.

Mata Vano terbuka saat mendengar dua ketukan dari arah pintu. Vano mengambil remot yang berada di meja. Dengan jari jempolnya ia menekan salah satu tombol yang berada disana. Dan kemuadian, pintu itu terbuka lebar.

"Duduk lah, dr. Zandder" Vano duduk dengan santai di kursi single. Pria tua, yang tak lain adalah Dokter pribadi anaknya itu duduk dengan sungkan di depannya.

"Apa yang Alvino kerjakan hari ini?" tanya Vano, pada dr. Zandder.

"Tuan Muda hanya menonton kartun, lalu membaca buku sejarah tentang revolusi Rusia, Tuan" dr. Zandder menatap Vano yang terlihat gusar.

"Apakah dia tidak mengatakan apapun hari ini?"

"Seperti biasa, Tuan. Tuan muda sama sekali tidak mengatakan apapun" Vano lagi lagi menghela nafas.

Destiny Hana [✔]Where stories live. Discover now