Part 17💣

338 25 0
                                    

"Tanggung jawab dan Keputusan.
Kadang Manusia lupa dengan kedua hal itu. Manusia membuat keputusan berasal dari apa yang akan ia  Rasakan itu benar untuk masa depan. Tapi Manusia tidak berpikir jika di setiap Keputusan akan akan ada Tanggung Jawab"
--Monday--

***

Vano keluar dari pesawat pribadinya, di ikuti di belakangnya, Kelvin.

Vano menuruni satu persatu tangga, di sambut dengan banyak orang yang berbaris rapi menyambut kedatangan Tuannya. Orang orang bersetelan serba hitam itu menunduk saat sang Tuan berjalan melewati mereka.

Vano memasuki mobil sedan hitam yang terparkir menunggunya. Vano menatap jendela mobil dengan tatapan yang sulit di artikan. Mobil tersebut barjalan ketika Kelvin meng-kode sang sopir untuk menjalankan mobilnya.

Mobil itu berlalu meninggalkan bandara, di susul tiga mobil di belakangnya.

"Waktunya kembali" gumang Vano akhirnya dengan senyum devil.

***

"Sahabatku tercintaaaa" sekarang harus ada alaram bahaya jika Stilla mengeluarkan jurusnya.

"Langsung inti lo, jangan basa basi" tembak Bella curiga. Yang di curigai malah senyum-senyum. Hal itu patut di curigai bukan?

Saat ini ke tiganya ada di rumah Hana. Lebih tepatnya di sofa. Soal Jovita dan Fani ke dua sepupu Hana itu, telah pulang ke rumahnya masing masing. Yang mereka dengar hanya kedua orang itu terlibat masalah. Entah masalah apa.

"Kita ke salon yuk, mall, apa kek. Yah...yahh.." apa yang mereka cirigai itu benarkan?. Stilla itu harus di curiga.

Hana menggeleng, "Nggak ah, Hana lagi malas" tolak Hana.

Bella mengangguk setuju dengan ucapan Hana barusan.

"Ayolahh, kita warnain rambut. Bosen gue hitam mulu. Lagian udah lama kita nggak cat rambut. Apa lagi Hana, yang memang nggak pernah warna-in rambutnya" apa mereka bisa menolak permintaan seorang Stilla. Jawabannya. Tidak. Sama sekali, jika pun menolak itu akan percuma saja, Stilla memiliki watak keras kepala dan tidak ingin di tolak. sebenarnya mereka bertiga sama saja.

"Yaudah, deh. Hana juga mau beli baju tidur. Juga Hana udah bosen rambut caklat Hana" Stilla menatap Hana dengan senang, sementara Bella bisa apa selain mengangguk.

"Okey. Let's go" seru Stilla semangat.

Selesai dengan belanja gila-gilaan. Begaimana tidak gila, nominal harganya menghampiri 100 juta. Walau untuk orang kaya nominal itu bukan apa apa. Bukannya apa, dari jepit rambut, anting, kalung, sepatu, baju, celana, rok, dan lainnya mereka beli. Dan semua itu di bayar oleh Hana. Bukanya tak mampu membayar belanja mereka--StillaBella--namun Hana yang ngotot, alasannya sangat tidak masuk akal. Katanya,'uang yang ada di rekening Hana numpuk. Nenek yang kirim setiap bulan, Hana bingung mau di apain'.

Selesai dengan belanjanya, mereka kini ada di salon ternama di kota Jakarta. Ketiganya duduk menunggu hasil hambutnya yang sudah di cat

Sambil mainkan hp mereka. "By the way, Han, lo kenapa tiba tiba mau cat rambut?, dulu aja pernah di sogok uang lo nggak mau. Lah ini kenapa??" tanya Stilla. Memang dari dulu Hana memiliki rambut berwarna coklat ke-emasan, ada tidak pernah mau ia warnai. Katanya sih, masih suka warnanya.

Hana mengangkat bahunya, "Nggak tahu. Bosen aja" ujarnya.

"Huh..., Besok sekolah. Pasti sepi, nggak ada Kenzo sama Daniel yang ngelawak" ajar Stilla. Di angguki Hana.

Destiny Hana [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang