Part 42🍁

355 22 0
                                    

Tidak ada penyesalan berada di Awal. Karna jika ada di Awal, manusia tidak akan pernah Salah Jalan, dan akan selalu benar. Namun penyesalan ada di Akhir, karna sebenarnya tidak ada manusia yang luput dari Kesalahan.
--Monday--

♡♡♡

"BERENGSEK!!!"

Umpatan itu membuat mereka kembali fokus pada Tony yang terlihat menjadi gila. Kedua tangan Toni sudah memegang kedua senjata.

"Kau selalu merusak segalanya Vano!! Seharunya aku yang menjadi pemimpin Silhouette bukan kau!! Kau yang merusak segalanya dalam hidup ku!!" Pekik Toni seperti orang ke setanan.

"Toni. Kau pikir kenapa kau masih hidup sampai sekarang? Kau tahu jelas, aku bukan orang sebaik itu hingga membiarkan mu bebas setelah membunuh uncle Glion" Vano berjalan mendekati Toni.

"Jangan mendekati ku, Berengsek!! Atau kau akan ku tembak"

Vano menghiraukan ancaman Toni. Vano tetap berjalan menuju seseorang yang pernah menjadi teman, sahabat, bahakan saudara.

DORR!!

Satu peluru kembali bersarang di paha Vano. Vano sempat ke hilangan ke seimbangan saat timah panas itu menembus kulitnya.

"Itu karna Uncle, Toni. Uncle mengatakan agar aku tidak membunuh mu atau menyakiti mu. Itu semua karenanya" kata Vano tak memedulikan luka di kakinya.

"Uncle Glion menyayangi mu, Toni. Sama seperti Ku, Faryel, Daniel, dan Kenzo. Hanya saja kau terlalu berambisi untuk menjadi pemimpin, hingga membuat mu seperti ini"

"Aku tahu. Kau sangat ingin menjadi ketua Silhouette. Namun aku tidak bisa menentang ke putusan Uncle. Dia memilih ku, Lima ratus pasukan itu juga tujuh puluh persen memilih ku. Aku tidak dapat mundur"

"Kenapa kamu harus hadir, Vano. Seandainya kau tidak ada. Aku yang menjadi pemimpin Silhouette" kata Toni.

Memang benar, target pertama untuk pemimpin Silhouette adalah Toni. Apa lagi toni menguasai berbagai bela diri dan urusan tembak menembak menembak, dan juga memanah.

Namun setelah Glion membawa Vano ke markas mereka. Semuanya berubah. Pihak yang mendukungnya beralih pada Vano yang memiliki segala prestasi dan kemampuan yang gemilang.

Vano memiliki segudang prestasi dan kemampuan itu yang membuat Toni kesal. Ia iri dengan Vano. Usia mereka sama. Namun mengapa Vano sudah bisa segalanya, sementara ia tidak?

"Aku membenci Mu!!"

BRUKk!!

DORR!!

DORR!!

DORR!!

⭕✴Destiny Hana✴⭕

Vino berlari tak tentu arah. Yang ia ikuti hanya beberapa suara tembakan. Di sana ia pergi.

Sudah berkeliling sepuluh menit ia masih belum menemukan tangan kanan sang Daddy, Ronald.

Vino menatap pistol yang di berikan Vano. Pistol ini berat. Tapi Vino masih bisa mengangkatnya. Lagi pula ia sudah di ajar oleh Vano. Itu pun tanpa sepengetahuan sang Mommy. Bisa bisa di bantai oleh Mommy-nya jika sampai tahu.

Destiny Hana [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang