Part 15📎

378 33 0
                                    

"Cinta adalah Malapetaka besar yang membuat Bahagia dan juga Menderita, Kita hanya perlu menunggu di antara ke dua hal itu. Entah Bahagia atau Menderita keduanya memiliki arti penting di Hidup dan Cinta itu sendiri. Jadi jalani kisah cinta itu dan ikuti arusnya"
--Monday--

***

Vano diam sejenak.

"Hm... Jadi. Malam nanti baru berangkat"

Hana mendesah kecewa. "Yah kalau di kantin kurang satu orang deh kalau makan"

Okey,, Vano sekarang bingung menjelaskan pada Hana bahwa ketiga temannya juga ikut ke-'Acara keluarga'. Dan jika tidak di bilang pasti akan menimbulkan kecurugaan.

"Sebenarnya Faryel dan lain juga ikut sama gue" Vano memutus kan mengatakannya dari pada tidak, itu akan menjadi bencana dan seluruh rencananya gagal.

"Kok bisa?, Faryel sama yang lain ikut?" karna pada dasarnya Hana yang 'lumayan' kepo, ia tidak tahan untuk mengajukan pertanyaannya.

Vano menatap langit langit ruangan dengan pandangan yang sulit di mengerti. "Keluarga yang memintanya"

"Oh gitu yah, Sepi dong kelasnya nggak ada kalian" ujar Hana sedih.

"Hanya satu minggu," yah satu minggu atau bisa lebih cepat dari pada itu, Vano yakin ia akan kembali dengan sempurna.

"Ck, satu minggu itu tujuh hari, 168 jam, Dan itu lama"

"Baiklah, seorang Gerhana Adista tidak pernah mau kalah" ujar Vano membuat Hana tertawa terbahak bahak, Vano sendiri bingung padahal di tidak melawak, dari nada bicaranya saja dingin.

Apa selera humor Hana yang tidak beres atau selera humornya yang tidak beres. Itulah yang ada di pikiran seorang Alvano Prasaka sang Prince of Dead.

Vano menatap Hana yang duduk bersilah dengan coklat di tangnanya. Vano jelas melihat ada luka yang tertanam di mata indah itu,mata coklat terang yang selalu menipu orang orang, tapi jika semakin di lihat di mata itu ada luka. Luka yang tidak mudah di sembuhkan. Vano ingat betul saat Hana di Rumah Sakit waktu itu dia menangis. Itu bukan tangisan atas pembulian Celsy padanya melainkan ada hal lain yang belum Vano tahu.

"Hana. Dulu saat Celsy membuli mu apa yang mereka lakukan?" tanya Vano sangat hati hati.

Vano dapat melihat tubuh Hana menegang. "Kenapa Al tanya itu?" katanya dengan nada terkontrol. Vano sedikit terkejut dengan nada Hana seperti biasa. Kini Vano yakin Hana bukan gadis yang selama ini ia pikirkan.

"Kau belum pernah menceritakan" Vano ikut duduk di depan Hana. Ranjang ayunan itu berayun, entah Hana yang memeng sengaja mengayunnya.

"Kenapa tiba - tiba Al tanya hal itu" tanya Hana menatap Vano dengan tatapan yang Vano sendiri sulit untuk menebak arti tatapan itu.

Vano membalas tatapan Hana dengan datar. "Ini pasti bukan pertama kalinya kau mendengar pertanyaan ini Hana"

Hana membisu. Memang beberapa kali Bella dan Stilla membujuk Hana untuk menceritakannya tapi Hana malah mengalihakan topik pembicaraan sehingga Sahabatnya memilih mengalah.

"Kau tahu, sesuatu yang di tahan itu tidak akan berdampak baik" kata Vano lagi.

"Saat itu..." Hana tampak ragu untuk menceritakannya pada Vano, itu dapat disimpulkan hanya dari matanya saja.

Hana menghembuskan nafas pelan. "Saat itu di toilet. Celsy tiba tiba muncul bersama dua orang temannya" Vano mendengarkan dengan baik. "Di situ tiba tiba dua orang itu menyeret Hana dan di sana Hana pasrah. Lorong itu sepi jadi tidak ada yang menghentikan Celsy bertindak.."--- "Mereka ikat Hana di gudang, lalu merobek seragam Hana, dan terakhir mereka bilang kalau Hana nggak cocok untuk Al" Vano mengepalkan tangan tangannya hingga dapat di lihat urat urat Vano yang menonjol.

Destiny Hana [✔]Where stories live. Discover now