Part 28📇

323 23 0
                                    

"Mulai lah sesuatu secara perlahan. Jangan terburu buru. Jalani lah semuanya seperti Air mengalir, ikuti saja Arusnya"
--Monday--

♡♡♡

Sudah satu bulan kepergian dr Zandder. Dan Vano masih bingung. Apa ia terima saja anak dr Zandder itu. Namun, Vino membenci wanita. Jadi apa yang ia lakukan sekarang.

Dan saat ini Vano sedang berkumpul dengan ke-empat sahabatnya di club milik Kenzo. Karena kebetualan mereka semua berada di New York, jadilah mereka memutuskan untuk bertemu. Sudah kurang 3 bulan mereka tidak bertemu.

"Apa kabar dengan Putra mu?" tanya Daniel pada Vano yang memainkan gelas kristal di tangannya.

"Masih tidak ada perubahan"

"Aku heran. Bisa bisanya ada manusia yang tahan untuk diam selama tiga tahun. Jangan jangan anak mu bisu Vano" Vano mendengus mendengar ucapan Kenzo.

"Sudah berapa kali aku bilang. Putra ku tidak bisu. Hanya saja dia yang tidak ingin bicara" jelas Vano.

"Bagaimana kau bisa se-yakin itu?" dengan ragu Kelvin mengajukan pertanyaan.

"dr Zandder yang sudah bilang. Melihat gerak gerik Vino. Dia bilang Vino hanya tidak ingin bicara. Itu sebapnya ia selalu diam" jelas Vano lagi.

"Aku masih tidak percaya. Mana ada yang tahan untuk tetap diam, selama itu" Ujar Kenzo lalu meneguk gin yang ada di gelas kristal itu.

"Vano coba taruh alat sadap suara di kamar Vino. Mungkin saj--"

"Tanpa kau bilang pun aku sudah tahu. Aku ini pemimpin kalian. Aku tidak bodoh. Aku sudah melakukan hal itu. Tapi sama sekali tidak ada suara, hanya langkah kaki yang terdengar" ujar Vano panjang.

"Sekarang psikolog Vino siapa" akhirnya Faryel membuka mulutnya untuk pertama kali, setelah menjadi penyimak yang baik.

"Belum ada. dr Zandder menyarankan sebelum ia mati untuk Anaknya saja yang menjadi psikolog Vino" jawab Vano.

"Jadi apa yang kau tunggu. Itu salah satu wasiat lho, Van. Nanti dr Zandder tidak tenang di sana, jika kau tidak memenuhi permintaannya" jelas Kenzo, seperti menakut nakuti Vano.

"Bukannya aku tidak mau. Tapi anaknya itu wanita. Kalian tahu sendiri Vino sangat tidak ingin berdekatan dengan wanita" Keempat sahabatnya itu mengangguk mengerti.

"Menurut ku. Kau coba saja dulu. Jika kau terus membiarkan ketakutan Vino berkelanjutan. Mungkin itu tidak akan baik untuknya di mana depan" Vano mencerna baik baik yang di katakan Faryel. Yang Faryel katakan benar. Ia selalu membantu Vino untuk kabur dari ketakutannya.

"Lagi pula siapa yang tahu jika Vino bisa dekat dengan anak dr Zandder itu" Vano mengangguk kecil. Ia rasa perkataan Faryel ini ada benarnya.

"Yah, akan Aku coba" Keempat sahabatnya itu mengangguk semangat.

"Jadi tujuan kalian akan kemana setelah pulang dari sini?" tanya Vano.

"Aku akan ke Rusia besok" seru Daniel.

"Italia. Besok pagi" ujar Faryel singkat.

"Aku dan Kelvin ke Florida, subuh nanti" ujar Kenzo, Kelvin mengangguk.

"Dan kau?" tanya ke empatnya kompak.

"Mungkin untuk sementara, Aku menetap di sini saja" kata Vano. Lalu menghabiskan sisa Gin dalam gelas kristal itu.

Destiny Hana [✔]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum