Part 29🔔

331 17 0
                                    

Wanita Jatuh Cinta karena apa yang mereka dengar, sementara Pria Jatuh Cinta dengan apa yang mereka lihat. Itu sebapnya Wanita sering menggunakan Make-up dan Pria sering menggunakan kalimat manis dan kebohongan
--Idris Elba--

♡♡♡

Sudah empat hari Vano berada di Maxico, dan tepat hari ini ia akan membalaskan kematian dr Zandder pada Red Tiger.

Walau wajah Vano masih datar saat kematian dr Zandder, namun tidak di pungkiri, jika ia sangat marah. Dulu dr Zandder yang menjadi Psikolognya. Dan dr Zandder sudah menjadi orang kepercayaannya selama ini.

Dan sudah 4 hari pula ia membiarkan putranya dalam asuhan Psikolog barunya itu. Vano tidak pernah mendengar suara putranya. Ia hanya mengutus Ronald untuk melihat putranya. Dan kabar baiknya Putranya ternyata menyukai gadis yang bernama Zalina itu. Walau Vino masih sering mengacuhkannya. Namun yang di katakan oleh Ronald membuat Vano yakin bahwa putranya menyukai wanita itu.

Dan malam ini sudah waktunya untuk menghabisi kelompok Red Tiger.

"Ah, tempat ini menjijikkan" keluh Vano kesal. Saat ini mereka berada di pabrik bekas pembuatan kapur.

Halden yang berada di belakannya hanya berdecak kesal. Walau memang benar yang di katakan Vano, tempat ini menjijikan. Bagaimana tidak, tempat ini sangat becek, dan sangat bau. Jadi wajar jika Vano mengeluh.

"Tahan saja" ujar Halden.

"Ck, ini sangat menjijikan" Vano memperhatikan sepatunya yang telah di lumuri oleh lumpur.

"Jiwa kebersihan mu tidak pernah hilang"

"Astaga, aku tidak bisa. Ini sangat menjijikkan" Vano merasa akan segera muntah, ia langsung berlari ke tempat yang sepi dan memuntahkan isi perutnya. Sungguh Mysophobia-nya ini sangat menggangunya.

Anak buah Vano langsung bergerak mengelilingi Tuannya, bertujuan tidak ada yang menyakitinya pada saat saat seperti ini.

Halden menatap khawatir Vano. Selama hidupnya, baru dua kali ia melihat Vano yang seperti ini, se-waktu masih sekolah, dan sekarang. Dan ini benar benar buruk.

"Ambilkan Tikar, dan sepatu yang ada di mobil" perintah Vano dengan nafas memburu.

"Jeky, ambilkan semua tikar yang berada di rumah, kirim dengan cepat!" Halden ikut memerintah tangan kananya.

Hanya butuh sepuluh menit untuk mendatangkan semua tikar itu. Semua tikar di lebarkan. Vano juga sudah mengganti sepatunya. Masker juga di gunakan Vano. Walau itu tidak banyak membantu.

Vano melepaskan kacamata hitamnya saat berhadapan dengan Carlos Dexiwa--Pemimpin Red Tiger.

"Selamat Malam, Tuan Prakasa" sapanya.

"Markas mu ini sangat menjijikkan" balas Vano tajam. Carlos bukannya marah melainkan tertawa lebar.

"Setidaknya, Markas ku ini sudah membuat mu muntah" ujarnya dengan senyum lebar.

"Dan, kenapa kau memakai masker, kau takut jika kau muntah, dan pingsan di sini?" ujarnya mengejek.

Vano menatap datar Carlos, ia sangat tidak suka di tantang. Dengan cepat ia menarik maskernya, Halden yang di belakangnya menghela nafas.

"Kau yakin ingin bertarung dengan ku dengan keadaan seperti ini?" Carlos menatap Vano mengejek.

Bibir Vano sudah pucat, di tambah keringat dingin membasahi pelipis Pria itu.

Destiny Hana [✔]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt