Part 40⏳

319 18 0
                                    

Rasa sakit itu akan muncul jika seseorang yang membuatnya sakit kembali terlihat tanpa rasa bersalah sedikit pun.
--Gerhana Adista--

♡♡♡

Sudah sepeluh menit Vano membuka buka pintu ruangan yang ada di bangunan ini. Hingga ia berjalan menuju sebuah pintu ber-cat hitam. Vano mengerutkan dahinya, kenapa ia beru menyadari jika ada pintu seperti itu di belakangnya. Benar benar payah.

Vano membuka pintu itu dengan cepat, ia melihat sekaliling ruangan gelap itu. tangannya meraba dinding mencari tombol untuk menyalakan lampu. Dan...

Ketemu.

Vano menyalakan lampunya sedikit menyipitkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.

Vano mentap sekeliling ruangan itu. Dan bagaikan di sambar petir di malam yang cerah, Vano menahan nafasnya merasa sesak luar biasa di dalam sana.

Ruangan itu terdapat dua orang yang terikat tak sadarkan diri. Satu wanita, yang tak lain adalah Hana. Sementara satunya adalah seorang anak laki laki, yang tak lain adalah Vino. Yang membuat Vano menahan nafas adalah, bom yang menempel di perut Hana dan juga Vino.

Vano mendekati Hana yang terlihat lemas. Vano mengusap wajah Hana yang terlihat babak belur. Astaga apa yang terjadi.

"Han, Hana" Vano menepuk pipi Hana pelan. Vano kembali melirik bom yang di perut Hana. Sisa waktunya hanya satu jam tigapuluh menit.

"D-daddy"

Suara yang membuat Vano beralih pada Vino yang terlihat sangat lemah namun ketakutan.

"Vino takut" kata anak itu lirih. Vino menoh ke samping dan menemukan Mommy-nya yang juga di ikat. "Dad, Mommy"

"Tenang, oke. Daddy janji tidak akan terjadi apa apa dengan kalian. Dan anak Daddy bukanlah anak penakut" Vano mengusap rambut Vino.

Vano memperhatikan bom yang ada di perut Vino, jenis bom kontrol. Lalu Vano kembali melihat bom yang ada di perut Hana, ternyata juga kontrol, namun jenis berbeda.

"wow.... Tuan Prakasa, Pemimpin dari Silhouette, selamat datang di markas kami" kata Jamier. Di belakang pria itu terdapat empat pria lain yang seumuran dengannya. "Bukankah tadi adalah sambutan yang luar biasa?"

Vano berdiri dengan tenang. Menatap ke-empat orang lebih tua darinya dengan pandangan datar.

"Urusan kalian itu pada ku? Bukan pada mereka" kata Vano mengundang gelak tawa bagi ke-empat orang itu seakan lucu dengan kaliamat Vano tadi.

"Kau salah. Urusan kami bukan hanya pada mu. Namun wanita cantik di belakang mu itu juga memiliki urusan dengan kami" kata salah satu di antara mereka. Yang tak lain adalah Santos Zoru.

Mereka ber-empat adalah ketua mafia di clan yang sama. Namun yang paling penting di sana adalah Jamier, pria itu yang mengendalikan semuanya. Dan ketiga kawannya bernama, Santos Zoru. Lim-juah, dan terakhir, bernama Fazambir Luknuva.

"Dia milik ku. Kalian tidak ada urusan denganya"

"Aku bingung. Bagaimana bisa kau menerimanya dengan kondisinya yang sudah dipakai dengan kami. Dia pelac--" kalimat Lin-Juah terhenti saat Vano dengan cepat menyelanya.

"Kalian tidak akan tahu apa yang akan aku perbuat pada kalian dengan mengatakan hal itu" sela Vano.

"Tidak ada yang salah dengan kaliamat Juah, dia benar bukan? Wanita mu tidak suci, sangat  pantas menjadi pelacur"

Destiny Hana [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang