FioChik

4.1K 129 5
                                    

"Kamu apaan sih Chik, aku tuh kerja tau nggak!." Sungguh, aku sangat terkejut mendengar nada bicaranya yang meninggi. Salah kah aku menunjukkan rasa cemburuku ketika pacarku secara terang terangan menempel dengan wanita lain?.

Oh ayo lah, aku bukan anak kecil lagi. Aku juga tau itu adalah bagian dari pekerjaan pacarku. Tapi bisakah sedikit menjaga jarak darinya. Tak sadar kah ia sudah memiliki kekasih dan membuatnya cemburu?.

Aku nggak tau kenapa, akhir akhir ini dia selalu beralasan jika aku ajak keluar. Bilang dirinya sibuk lah, ketemuan sama keluarga besar lah. Atau apa lah itu, intinya tak bisa memenuhi satu permintaanku untuk bertemu.

Emang bisa kebetulan gitu waktu aku ajak keluar selalu alasannya mau ketemu sama keluarga besar?.

Jujur aku sudah muak, makanya sekarang aku memaksanya untuk bertemu untuk yang terakhir kalinya. Aku yang memulai hubungan dengannya dan aku juga yang akan mengakhirinya.




•••






Aku mengambil tempat duduk lumayan ujung dan sedikit lebih jauh dari pengunjung lainnya. Di sebelahku ada jendela kaca, memudahkan ku untuk melihat keadaan luar.

Sialnya, keadaan sepertinya tak mendukungku. Atau mungkin mendukungku?. Seakan dunia sebentar lagi menangis. Mengetahui diriku yang sebentar lagi memutus suatu hubungan. Menampakkan awan hitam pekat yang mengelilingiku.






Hampir 30 menit aku menunggu. Bahkan minuman yang aku pesan sudah habis ku minum saking lamanya ia tak datang. Atau mungkin ia mengingkari janjinya kali ini?.

Ah come on, aku hanya ingin mengakhiri ini semua. Sesulit itu kah?. Entah mengapa, sekarang rasa sayang dan cintaku padanya kian memudar. Bahkan bisa di bilang sudah tak hinggap di hatiku lagi.

Kini hatiku benar benar kosong tanpa penghuni tapi sialnya masih terikat sebuah hubungan.

Dengan segera aku rogoh tasku, berniat mengambil ponsel untuk menghubunginya. Baru saja aku menghidupkannya, tertera nama yang ku tunggu selama 30 menit ini melakukan panggilan video denganku.

Ada apa?, tak seperti biasanya dia melakukan panggilan video?.

Dalam keadaan bingung, aku pun menerima panggilan itu. Dan betapa terkejutnya aku kala ia mengarahkan kameranya ke arah wanita yang ada dalam kukungannya.

"RA, KAMU APAIN DIA?." Teriakku se-histeris mungkin. Bagaimana bisa?.

"AKU NUNGGU KAMU HAMPIR 30 MENIT LOH DI SINI. DAN KAMI MALAH ENAK ENAK SAMA WANITA LAIN!." Tak ada kata maaf atau semacamnya yang ku terima. Yang ku dengan hanya suara kekehannya saja.

"Udahlah Chik, mulai sekarang kita putus. Gw muak sama lo. Gw juga manusia, dan lo dengan keras kepalanya menahan yang seharusnya gw dapetin dari diri lo." Aku terdiam mendengar lontaran kata tersebut. Tak ada sakit hati yang ku rasakan ketika ia mengakhiri semuanya.

"Gua Ara dan lu Yessica Tamara, Aahhhh fuckk.... Pelan pelan sayanghhh."

Tut..

Sambungan dimatikan begitu saja. Aku termenung sebentar, mencerna apa yang sedang terjadi. Bisa bisanya aku menjalin kasih dengan orang yang sangean?. Aku menggeleng dan mengelus dadaku sendiri. Rasa bangga telah berhasil bebas dari manusia seperti itu.

Duarrr

Aku sangat terkejut melihat awan yang semakin tebal dan kilat yang mulai menyambar. Dengan segera aku beranjak dari duduk, menuju ke arah kasir dan membayar minumanku.

Ting!

"Sayang, kamu dimana?. Cepet pulang, bentar lagi hujan."

Aku semakin di buat panik ketika melihat pesan dari mamiku. Ia khawatir dengan keadaanku di sini.

"Iya mi, ini Chika bentar lagi pulang kok. Tinggal nunggu taksi aja." Aku membalas seperti itu. Harap harap bisa menghilangkan sedikit rasa cemas mamiku.

Aku langsung berlari keluar dari kafe. Mencari taksi di luaran sana. Namun 15 menit mencari, aku tak kunjung menemukan satu taksi pun. Dengan langkah putus asa, aku berlari menuju ke halte bus.

Aku merasakan kulitku yang sudah mulai di jatuhi rintik rintik hujan. Di halte sana juga aku melihat seorang wanita yang sedang duduk. Menggunakan kacamata?. Di hari mendung seperti ini?.

Ku kesampingkan semua itu, aku mendekat dan menyapanya se-ramah mungkin, "Permisi kak, bisa saya ikut duduk di sini." Ku lihat dia yang sedikit kaget dan meraih tongkatnya.

"Iya iya, boleh kok kak." Jawabnya sambil menggeser tubuhnya dan juga tas besar di sebelahnya.

Kini hujan sepenuhnya telah membasahi jalanan. Namun hal itu tak membuat satu bus pun datang. Aku dan wanita di sebelahku ini sama sama diam. Rasa canggung sudah hinggap terlebih dahulu.

Aku memberanikan diri untuk mengajaknya berbicara, "Oh iya kak," ku serongkan sedikit posisi dudukku menghadap dia. Namun dia tetap menghadap lurus ke depan.

"Nama kakak siapa?." Ku lontarkan basa basi yang paling umum di gunakan jika bertemu dengan orang baru. Aku tak sengaja mengulurkan tangan ku ke hadapannya.

"Nama saya Fiony kak, kalau kakak?." Dia menjawab pertanyaanku tanpa menjabat tanganku. Ah Chika bodoh. Orangnya nggak bisa lihat malah di ulurin tangan. Aku merutuki kebodohan diri ku sendiri.

"Ah nama aku Chika kak." Dia tersenyum mendengar namaku. Apakah terdengar menarik di telinganya?. "Nama yang bagus." Aku hanya bisa tertawa pelan untuk membalas ucapannya. Perhatianku kembali tertuju pada barang barang yang Fiony bawa.

Namun sebelum aku melontarkan pertanyaan, tak sengaja aku melihat banyak luka lebam di lehernya.

TBC

ONESHOOT48Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang