FreFlo+

4.7K 179 14
                                    

Aku menatap tak suka ke arah adik tiriku. Aku yang anak tunggal ini tiba tiba di berikan sebongkah makhluk mungil yang menyandang gelar sebagai saudara tiriku. Tak pernah terbayang di benakku jika kelak aku akan memiliki seorang gadis.

Matanya yang bulat serta poni yang menutupi dahinya membuat dia terlihat sedikit imut. Tapi imanku begitu kuat. Aku tak akan terbuai hanya dengan pemandangan seperti itu.

Ibuku memutuskan untuk menikah lagi dengan ayahnya. Pernikahan itu sudah berjalan hampir sebulan lamanya. Namun tak ada perkembangan yang signifikan dari kamu berdua.

"Kalian satu kamar aja ya, biar bisa cepet akur."

Tentu aku kaget dong dengernya. Apa apaan! Seorang Freya yang gemar sendiri diminta untuk tidur berdua. Hanya ibuku saja yang bisa membuatku nyaman ketika tidur berdua, selebihnya tidak ada.

"Eumm, kak Freya," Aku lihat dia sedang gugup. Memainkan ujung bajunya dan sedikit menggoyangkan tubuhnya. Di sisi ini aku merasa ia sangat gemas.

"Iya kenapa?" Aku berusaha ramah padanya. Sebenarnya aku tidak benci terhadap makhluk mungil ini, hanya saja aku belum terbiasa.

"Gak jadi deh kak, aku tidur di sofa aja ya." Aku membulatkan mataku terkejut. Bagaimana bisa? Aku tak Setega itu membiarkan dirinya tidur dengan keadaan yang kurang nyaman.

Apalagi nanti jika tiba tiba orang tuaku masuk ke dalam kamar dan melihat keadaan kami, pasti mereka akan sangat marah. Padahal aku tak memiliki niat seperti itu.

"Eh jangan, gapapa kok kita tidur berdua. Sini," Aku menepuk kasur di sebelahku. Aku mulai merebahkan tubuhku dan sedikit ku geser ke kanan. Memberikan tempat kosong di sebelah kiriku.

Flora pun terlihat berjalan dengan pelan sambil menunduk. Apakah selama ini aku pernah berlaku kasar dan mengintimidasi dirinya dengan tatapan ku? Sampai sampai ia tak berani menatapku.

Sudah berada di tepi ranjang, aku menarik lengannya dengan lembut dan membaringkannya di sebelahku. Ku rasakan tubuhnya yang sedikit bergetar saat berada di dekatku. Dia kedinginan atau ketakutan?

Aku tak terlalu memikirkannya, "Tidur Flora! Emang di wajah aku ada apa sampai kamu tatap sebegitunya?" Ia langsung kicep dan menutup matanya rapat rapat. Bahkan tak ada pergerakan sedikit pun.

Dengan AC yang menyala pun mampu membuat keringatnya bercucuran di dahinya.

Aku menyingkirkan poninya dan menyeka keringatnya dengan telapak tanganku.

"Maaf, aku nggak bermaksud ngebentak kamu."

Aku sebagai kakak yang baik mengelus elus punggungnya. Mencoba memberikannya ketenangan.

Aku mulai merasakan tubuh Flora yang melemah, tidak setegang tadi. Nafasnya pun terdengar sudah teratur. Aku mulai menghentikan elusanku pada punggungnya.

Tak dapat diduga, tangannya mengarah ke belakang tengkuk ku dan memelukku erat. Kini bibirku hanya berada beberapa Senti saja dengan bibir merah mudanya itu.

Mataku terbelalak kala bibirnya bersentuhan dengan bibirku. Tak lama setelah itu Flora mengulum bibirku secara lembut. Aku hendak menolak, namun pelukannya padaku kian semakin kuat dan erat.

Akhirnya aku jatuh dalam permainannya, entah Flora dalam keadaan sadar atau tidak. Aku tak tau.

Yang pasti anak ini telah mencuri first kissku.

Tak bisa dibiarkan. Kepalang tanggung, sekarang aku yang memimpin permainan. Aku menarik tengkuknya agar ciuman kami semakin dalam.

Terdengarlah lenguhan kecil yang keluar dari mulutnya dengan mata yang terpejam. Seakan menjadi bahan bakar, aku lebih semangat lagi dalam permainan yang adik aku ciptakan.

Tangan kiriku mulai menyelinap masuk dan mengarah ke payudaranya. Flora memang selalu tidur tanpa bra, katanya demi kesehatan.

"Aahhh!!"

Aku tak sengaja memainkan nipple-nya sedikit kasar hingga membangunkan Flora.

Matanya melebar, "Kak FreyAahhh!" Aku kembali memainkan puncak payudaranya. Seketika itu juga ia mendesah kala mengucapkan namaku.

Mulut mungilnya terbuka lebar, kesempatanku untuk memasukan lidahku dan bergulat dengan lidahnya. Aku benar benar meresapi semua yang ada ditubuh adikku.

Tak terasa kini aku sudah menelanjanginya. Flora pun sudah memejamkan matanya, merasakan semua sentuhanku pada tubuhnya.

Aku membuka lebar kedua pahanya. Ternyata adik kecilku sudah sangat basah di bawah sini. Dengan cepat aku menyambar bagian yang terlihat mengkilap di sana.

Memaksaku untuk mengecup, menjilat dan memainkan benda kecil tersebut. Terlihat Flora yang bergerak tak karuan merasakan permainan ku di bawah sini. Ia hanya bisa mendesah dan terus mendesah.

"Ahhh kak Freyaa, aku ga kuathh!"

Aku sengaja tak mendengarkan ucapannya. Aku tau sebentar lagi ia akan mencapai puncaknya. Aku bisa mengetahuinya karena lidahku beberapa kali terasa terjepit di dalam sana.

Dan benar saja, Flora mencapai puncaknya dan mengangkat pinggulnya tinggi tinggi.

"Aahhhh kakkk!"

Aku membiarkan cairan itu keluar dengan sendirinya. Merasa sudah tidak ada cairan yang keluar aku mendekatkan wajahku kembali. Menjilat sisa cairan adikku di bagian sana.

"Aahhh kak, udahhh. Aku masih sensitif!"

Aku menurut. Setelah menjilatinya, aku menjauhkan wajahku. Dia pun tampak lega setelah kepalaku terangkat.

"Aahhhh kakkkk!! Ouhhhhh!"

Aku seperti orang kesetanan melihat wajah adikku yang memerah. Ditambah lagi Sura desahannya yang begitu merdu di telingaku.

Miliknya yang sensitif sudah berkedut di dalam sana. Menandakan ia akan segera sampai.

"Uhhhh kak, sebentar lagihhh!"

Aku mempercepat kocokan ku dan ya, adikku mengalami sqruit yang membasahi kasur.

Tanpa memberikan jeda sedikit pun aku kembali menggerakkan jari jariku dengan cepat. Terdengar ia yang memekik kesakitan tapi tak ku hiraukan.

Seperti dugaanku, beberapa setelahnya, Flora mengalami sqruit untuk yang kedua kalinya. Ia sudah tergeletak tak berdaya.

Aku langsung naik dan berbalik di sebelahnya. Menarik tubuhnya dan ku dekap erat erat.


___


Aku yang membawa nampan berisi sarapan pun terkejut mendengar suara tangisan Flora di dalam kamar.

"Flora, kamu kenapa?"

Ia terkejut dan langsung membungkus tubuhnya dengan selimut.

"Kak Freya jahat! Kakak udah ngambil keperawanan aku!" Teriaknya dan aku segera membekap mulutnya. Memberikan sedikit pengertian bahwa Flora lah yang telah memancing nafsu ku.

"Aku bakal laporin ini ke mama!"

Ia sudah beranjak namun segera ku tarik dan ia jatuh di pangkuanku. Ku cium bibir mungilnya agar ia terdiam. Ia terus memberontak di atas pahaku.

Karena kehabisan oksigen, ia memukul bahuku.

"Hah, hah, hah"

Nafas kami memberat. Aku menatapnya dengan tajam.

"Kalau sampai kamu mengadu, jangan harap kamu bisa lepas dari kakak!" Aku sedikit mengancamnya agar ia tak Cepu.

"Oh iya, mulai sekarang, Flora hanya milik Freya seorang. Aku bakal minta hal kemarin ke kamu setiap hari."

ONESHOOT48Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang