ShanChik x ZoyToy

3.3K 100 6
                                    

Memiliki rumah yang cukup besar di area pedesaan cukup membuat seorang Shani Indira bersyukur. Dirinya merasa hidup dengan berkecukupan jika di banding orang orang di desa tersebut.

Jujur saja, rumah itu baru finishing beberapa minggu yang lalu dan hari ini Shani memutuskan untuk pindah ke rumah ini.

Di tinggal oleh orang tua selama lamanya di kota yang maju memaksa Shani melakukan segala cara agar dirinya dan sang adik masih bisa bertahan. Namun tetap mengedepankan cara yang positif.

Adiknya yang bernama Zeandra yang baru menginjak umur 18 tahun. Memilih tinggal di pedesaan karena udaranya yang masih tergolong bersih dan jauh dari kata bising.

Baru satu hari Shani berada di rumah ini, sudah banyak sekali warga sekitar yang berada di depan rumahnya. Ada yang hanya sekedar melongo melihat bangunan megah itu dan ada juga yang menawarkan diri sebagai pekerja di sana.

"Maaf pak, bu, untuk saat ini saya belum butuh. Mungkin lain kali."

Shani pun menolak tawaran itu dengan sangat sopan. Menimbulkan kesan menghormati ke arah lawan bicara.

Terhitung sudah satu Minggu Shani dan Zean tinggal di desa ini. Semuanya berjalan normal sebelum Shani mendengar kegaduhan di depan rumahnya.

"Pergi kalian, dasar beban desa!"

"Karena kalian, desa ini di cap buruk oleh desa lain!"

"Dasar!, tidak anak tidak orang tua sama saja kelakuannya."

Shani pun berlari ke depan melihat keributan terjadi. Terlihat dua orang gadis yang tengah dikerubungi oleh warga. Perasaan Shani terenyuh melihat keadaan dua gadis itu.

"Maaf, ini ada apa ya?." Shani membuka suara yang sontak semua warga menoleh ke arahnya.

Perlahan, warga pun menceritakan semua tentang dua gadis tersebut. Dari cerita yang Shani dengar, masing masing dari mereka bernama Chika dan Christy. Mereka adalah sepasang kakak adik tiri yang sudah ditinggalkan oleh orang tuanya.

Keadaan keluarga yang toxic membuat mereka tumbuh menjadi anak yang kurang kasih sayang. Bahkan semua warga desa pun mengolok olok mereka. Shani yang tidak tega, meminta warga untuk membubarkan diri. Urusan ini biar menjadi tanggung jawab Shani.

Awalnya warga menolak mentah mentah, karena tak enak dengan penduduk baru seperti Shani ini. Tapi setelah di yakinkan, mereka akhirnya meninggalkan Chika dan Christy di sana.

"Mari masuk ke rumah saya," keduanya mengangguk dan mulai mengekor di belakang Shani.

Shani menyuruh mereka berdua untuk duduk terlebih dahulu di sofa sedangkan dirinya akan memanggil adiknya dan meminta dibuatkan beberapa minuman.

"Ini non minuman dan camilannya." Seorang pelayan datang dengan Shani dan Zean yang berada di belakangnya.

Setelah meletakkan itu, pelayan rumah pun pergi menyisakan mereka berempat.

"Perkenalkan nama saya Shani dan ini adik saya Zean," Ucap Shani sopan kepada mereka.

"Iya, saya Chika dan ini adik saya Christy."










Sudah sepuluh menit Christy di tarik ke taman belakang, dan selama itu juga napasnya masih memburu dan terkesan takut.

"Hey tenang saja, aku hanya ingin bicara padamu." Christy mulai mendongak dan menatap wajah tampan Zean. Bagaimana pun Christy adalah seorang gadis normal yang akan gesrek melihat lelaki setampan Zean.

Beda Zean beda juga dengan Shani. Entah mengapa Shani memiliki orientasi yang sedikit berbeda pada orang lain. Ia tak henti hentinya memandangi wajah Chika yang menarik perhatiannya sejak tadi.

Grep!

Shani langsung menarik Chika menuju kamarnya. Chika pun langsung ketakutan tau dirinya akan di bawa kemana.

"Kita ngapain ke sini kak, aku takut," Shani tak bergeming dan terus membawa Chika masuk ke dalam kamarnya. Menutup dan mengunci pintunya.

"Mandi lah, bersihkan tubuhmu. Aku akan menyiapkan baju ganti untuk kamu,"

"Oh iya, semuanya sudah lengkap di dalam sana, jadi kamu bebas menggunakannya." Lanjut Shani dan pergi ke lemarinya.

Chika pun bergegas mandi, 20 menit berlalu kini Chika sudah mengenakan pakaian gantinya. Chika memejamkan matanya sembari menghirup dalam dalam wangi baju tersebut.

•••

"Chika, kemarilah," Shani menepuk space kosong di sebelahnya dan Chika pun menurut. Meringkuk di sana.

Shani pun langsung menarik tubuh Chika untuk menempel ke dirinya. Sengatan kecil pun tak sengaja mereka rasakan. Entah mendapat keberanian dari mana, Chika menelusupkan wajahnya ke leher Shani dan memeluknya dengan erat.

"Nyaman," Gumam Chika yang masih bisa di dengar Shani.

"Aku sudah mendengar kisahmu dari para warga dan aku sedih mendengarnya," Shani merasakan tubuh Chika bergetar.

"Percayalah, sedikit tidaknya nasib kita sama. Ditinggal oleh orang tua kita." Shani mendengar isakan kecil di balik lehernya.

"Kalau boleh jujur aku sudah lelah dengan semua ini, aku sudah tidak memiliki tujuan apapun. Andai kata aku tidak memiliki Christy, mungkin aku sudah mengakhiri hidupku." Shani terkejut mendengar ucapan Chika.

"Ya walaupun dia adik tiriku, tapi aku sangat menyayanginya."

"Sudahlah, kalian berdua tinggal saja di sini. Aku dan Zean tidak akan keberatan sama sekali. Mungkin aku akan senang karena Zean akan memiliki teman jika aku masih bekerja."

"Mau ya?," Shani memaksa dan mendesak jadi Chika hanya menganggukkan kepalanya.















"Maaf Zean, sepertinya aku harus pergi. Mungkin kak Chika sudah menungguku di depan."
Christy beranjak dari taman belakang hendak menuju ruang tamu tadi. Namun tangannya di tahan oleh Zean.

"Tidak perlu Christy, kakak kamu sedang bersama kakakku di dalam kamarnya. Mereka sedang bercerita banyak dan akan menginap di sini,"

"Jadi aku di minta untuk membawamu ke kamarku. Jadi ayo ikuti aku."

Christy belum sempat mengatakan apa apa sudah mendapat tarikan di pergelangan tangannya.

Di tengah perjalanan, Zean bertanya pada Christy, "Apa sebelumnya kamu pernah tidur bersama seorang lelaki?," Christy langsung menggeleng karena memang ia tidak pernah.

"Ah, mungkin ini akan menjadi pengalaman pertama dan terakhirmu."



END

ONESHOOT48Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang