FioChik

2.3K 118 7
                                    

Hari ini adalah hari di mana perban bekas operasi Fiony akan di lepaskan. Sebentar lagi fiony dapat melihat keindahan seseorang yang telah membantunya.

"Jangan tegang Pio," Setelah Chika mengatakan itu, secara perlahan dokter mulai melepas perban lalu meminta Fiony membuka matanya secara perlahan.

Pengelihatan kabur, sedikit menyesuaikan dengan pencahayaan dan akhirnya dapat melihat dengan sempurna.

"Wow, ini beneran aku bisa ngeliat lagi?." Fiony menangis dan langsung di peluk dengan erat oleh Chika. "Iya Pio, selamat ya."

Kini pandangan Fiony menoleh ke arah sampingnya. Terlihat lah seorang wanita dengan paras yang begitu cantik. Mata coklat yang seakan memaku mata yang memandangnya.

"Ini kamu Chik?, astaga kamu cantik banget." Chika tersipu malu dengan pujia yang di lontarkan oleh Fiony.

•••>






"Maaf aku baru tau tentang keluargamu." Setelah berbulan bulan lamanya Fiony tinggal bersama Chika. Dari sejak itulah Fiony mulai sedikit terbuka. Dan hingga kini Chika yang sudah mengetahui semuanya.

"Aku nggak tau gimana sakitnya hati kamu di jahatin sama keluarga sendiri. " Chika meraih jari jemari fiony lalu menggenggamnya.

"Hei, mungkin ini terlalu cepat, tapi aku nggak mau bikin kamu kesepian. Jadi, kamu mau nggak menikah denganku." Chika tidak mengajak Fiony pacaran melainkan langsung menikah. Fiony meneteskan air mata harunya.

Selama ini baru ada satu orang yang menyatakan rasa sayang terhadap dirinya. Bahkan keluarganya saja tak pernah melontarkan kata sayang.

"Iya aku mau Chik, orang sebaik kamu ga mungkin aku tolak. Makasi atas semua bantuannya." Fiony dan Chika pun akhirnya berpelukan.

"Okedeh secepatnya aku bakal urus tanggalnya."

___



"Ahh Chika, bantuin aku berdiri." Fiony merentangkan kedua tangannya lalu di sambut dengan Chika mengangkat tubuhnya. "Aduh maaf ya sayang, sakit banget ya?." Fiony hanya mengangguk di gendongan Chika.

"Aku nggak nyangka kalau kamu cowok."

"HEH!, Aku masih cewek loh." Sangkal Chika pada Fiony.

"Lagian kamu cewek tapi punya itu, tapi enak sih hehe. Tapi sakit juga."

___


Fiony menggigiti kuku kukunya setelah mendapat perintah untuk kembali ke rumahnya.

"Gapapa sayang, kita kesana barengan." Chika mengelus surai hitam milik Fiony.

"Tapi aku takut Chika, mereka nggak pernah baik sama aku, aku takut dikasarin lagi." Mental Fiony suda kena.

"Tenang ada aku di samping kamu."

"Aku ikut ya mom, bub." Chika menarik tangan anaknya lalu membawanya kepelukan.

"Kamu yakin?." Anak itu mengangguk dengan mantap. Jadilah Chika membawanya ikut.






Rumah yang berdiri dengan mewah dan sempurna, tapi semua itu akan lenyap ketika memasuki bagian dalamnya. Orang orangnya tak mencerminkan rumahnya.

Fiony dan Chika mulai masuk dan menekan bel. Secara otomatis pintu terbuka dan memperlihatkan keluarga besar fiony sedang duduk di ruang tengah.

"Oh lihatlah, orang buta itu menggenggam erat tangan wanita di sebelahnya." Mereka semua tidak mengetahui jika Fiony sudah bisa melihat.

Chika melangkahkan kakinya terlebih dahulu lalu disusul oleh Fiony. Terlihat seperti orang buta memang.

"Gimana?, enak di usir dari rumah?. Seneng nggak jadi gelandangan?." Semua yang ada di sana tertawa kecuali Chika dan juga Fiony.

"Pertanyaan macam apa itu, jelas jauh lebih enak lah!." Jawab Fiony secara lantang.

"Jadi dia siapa mu?." Tunjuknya pada Chika.

"Dia suami saya dan kami-"

"Oh lihatlah, sekarang dia sudah menjadi gila. Bisa bisanya menikah dengan sesama jenis." Tawaan mereka semakin keras hingga terdengar sampai keluar.

Adel, anak semata wayang dari Chika dan Fiony memutuskan untuk ikut masuk karena mendengar tawa sok asik. Dirinya sudah tau bagaimana keadaan keluarga maminya dan ia sangat membencinya. Maka dari itu ia berdiam diri di luar.

"Apaan sih sok asik banget jadi orang. Yakali cewek sama cewek berhubungan badan bisa ngasilin gue." Adel masuk dengan santainya sembari mendekat ke arah kedua orang tuanya.

"Jadi kalau lo semua nggak tau yang sebenarnya jangan asal ngomong deh."

Seorang dari mereka berdiri dan mendekat ke arah Adel.

"Heh bocah, yang ada elu yang sok asik. Inget ya, lu cuma anak haram yang lahir dari mereka berdua."

Dor!

Orang itu tergeletak tak bernyawa terkena tembakan tempat di kepalanya. Yang lain pun teriak histeris.

"Oke, unjuk jari yang mau mati duluan." Jari mereka menekan nekan tombol untuk memanggil bodyguard mereka namun satu pun tak ada yang datang.

"Mereka semua udah mati,"

Dor!

Dor!

Dor!













"Ya lumayan lah mom, tapi jangan di pikirin terus mom." Fiony menggeleng lalu menatap anaknya. "Mami nggak pernah nyesel mereka mati, tapi mami kaget kalau kamu penyebab mereka mati."

"Bukan Adel mom, tapi aku yang nembak mereka semua." Adel langsung berdiri dan berlari menghampirinya. Memeluk tubuhnya dengan erat.

Acel, udah beres semua kan?." Ashel menganggap jempolnya dan kembali memeluk Adel.

END

ONESHOOT48Where stories live. Discover now