Sikopet Kesayangan+

3.6K 152 7
                                    

Srett Byurr!!

Aku baru saja membuang potongan terakhir dari tubuh korbanku. Aku memotongnya menjadi beberapa bagian kemudian aku membuangnya di beberapa titik tertentu.

Cara ini ku terapkan ke puluhan korbanku, dan semuanya berhasil. Tak ada yang bisa mengendus jejak kejahatan ku.

Tentu aku merasa puas dan adrenalin ku semakin terpacu. Bayangkan saja, kamu sudah melakukan hal yang gila namun posisimu masih berada di zona nyaman. Ku rasa tidak ada yang lebih indah dari ini.

"Shan, sudah belum? Malah senyum-senyum sendiri."

Dia Gracia, informan sekaligus tangan kananku. Dia selalu bergerak cepat mencari infomasi tentang target yang ku intai. Dan kemudian, ia bersedia melakukan aksi keji itu seorang diri. Aku hanya memerintahkannya, lalu ia melakukannya dengan senang hati.

Aku bukannya tidak mau membunuh, tapi level orang tersebut tidak sepadan denganku. Seperti korban yang baru saja kami buang, itu Gracia seorang diri yang menghabisinya. Jadi, ku serahkan saja mereka pada Gracia.

Aku hanya berjalan melewatinya. Menutup pintu bagasi belakang mobil, setelah melihat tak ada yang tertinggal lagi.

"Uangnya nanti aku transfer. Sekali lagi, terimakasih." Aku masuk ke dalam mobil dan pergi dari tempat itu.

Oh iya, aku lupa memberi tau kalian kalau aku membuang potongan terakhir dari tubuh korbanku ke dasar danau.

Iya, danau.

Itu juga menyulitkan mereka yang bertugas, karena daging itu akan tenggelam atau dimakan oleh hewan laut di sana. Dan lebih parahnya lagi, lokasi danau tersebut harus memasuki suatu perumahan elite. Beruntung bagiku karena tidak ada yang menaruh curiga terhadapku.

Aku mengemudi dengan santai. Tak jarang aku menaikkan volume dari radio yang berada di mobilku.

Lagi, aku semakin melambatkan laju mobilku hingga aku berhenti sepenuhnya. Ku matikan mesin mobilku agar fokus memperhatikan hal yang terjadi di depan.

Ku lihat ada dua orang-pria dan wanita-yang umurnya jauh di atas ku. Sedang menyeret seorang gadis, perawakannya tinggi dan memiliki paras yang cantik. Walaupun banyak luka memar dan lebam di wajahnya.

Biarpun aku ini seorang pembunuh, tapi entah kenapa aku tidak tega kalau ada gadis yang akan dipermalukan seperti itu.

Lihat saja. Gadis tinggi itu diseret ke depan rumah tanpa ada sehelai benang yang menutupi tubuhnya. Ada juga satu orang gadis lagi yang menangis, berusaha menghalau niat kedua orang tersebut.

"Ayah, bunda, maafin Kak Chika. Itu aku yang ngajakin keluar. Jangan hukum Kak Chika, Yah!"

Tangis gadis itu semakin keras karena kedua orang tuanya tak mendengarkan apa yang ia ucapkan. Mereka mengikat gadis tersebut, menghadap ke depan-jalan raya.

Setelah sudah terikat dengan kuat, kedua orang tua itu menarik paksa anak yang sedang menangis itu untuk masuk ke dalam rumah. Meninggalkan sang kakak yang terikat dan meronta ingin dilepaskan.

Kalian pasti sudah bisa menebak kan langkah yang ku ambil selanjutnya?

Iya, aku paham ini di luar kendaliku. Ikut campur dalam urusan keluarga orang lain. Tapi aku tidak bisa melihat ada seorang gadis yang dipermalukan.

Oh lihatlah. Ada beberapa orang yang mulai berdatangan dan menikmati tubuh gadis itu.

Dengan cepat aku menghidupkan mesin mobil dan mendekat ke arah gadis tersebut. Aku memberhentikan mobilku tepat di depannya. Menghalangi mata mata keranjang tersebut.

Sebagai psikopat yang kejam, pisau sudah menjadi sahabat terbaikku. Ku potong tali yang menjerat pergelangan tangan dan juga kakinya.

Ku bawa dia masuk ke dalam mobilku. Ku pangku saja, karena tak ingin berlama lama. Ku lajukan mobilku menuju rumah, dengan seorang gadis di atas pangkuanku. Tanpa sehelai benang.

Dia memelukku. Aku merasa geli dengan payudaranya yang menempel di dadaku. Yang secara tidak langsung, bersentuhan dengan payudaraku.

Aku terpaksa menggendongnya masuk ke dalam rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku terpaksa menggendongnya masuk ke dalam rumah. Tubuhnya hampir menyerupai perawakan ku berhasil menyulitkan niatku. Bayangkan saja, aku sendiri tidak kuat mengangkat diriku sendiri. Berat banget, tapi tidak masalah.

Ku letakkan tubuhnya lalu menutupnya dengan selimut. Aku sama sekali tidak berniat untuk memakaikan ia pakaian. Kupikir, lebih baik berbicara setelah ia bangun dari tidurnya.

Dengan begitu, aku memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Tadi kan aku sempat berkontak fisik dengan mayat juga.

Kalau menurut kalian, aku masih waras kan?

Iya. Kan!

Lupakan. Setelah aku mandi, aku melihat gadis itu yang sudah terbangun dan terlihat linglung. Ia pikir, ia sedang berada di dalam kamarnya.

Ia menoleh ke arahku. Aku melemparkan senyum kepadanya dan dibalas dengan senyum tipisnya.

Astaga. Senyum macam apa itu. Aku tak pernah melihat senyum versi sempurna seperti itu.

Katakan lah aku itu berlebihan. Tapi memang sungguh. Senyumnya itu loh.

Aku berjalan menuju ke lemari bajuku. Ku pilihkan untuknya terlebih dahulu lalu memberikannya.

"Mau mandi dulu?" Dia mengangguk tapi tak beranjak menuju ke kamar mandi. "Ada apa? Butuh sesuatu lagi?" Kali ini dia menggeleng.

"Tolong jangan melihatku. Aku malu." Ah gemas sekali. Aku bukanlah seseorang yang mesum hingga membuatnya tak nyaman. "Ah, maaf. Silahkan."

Aku meletakkan pakaiannya di atas tempat tidur. Lalu berbalik badan lagi untuk mencari baju untukku. Dia segera pergi ke kamar mandi untuk membasuh tubuhnya.

Dari pantulan cermin, aku melihatnya yang semakin segar. Rambutnya yang masih terlihat basah.

"Gimana? Sudah?" Aku mendekatinya dan meraih tangannya untuk duduk di atas kasur. "Nama kamu siapa?" tanyaku agar nantinya tidak terlalu kaku.

"Chika. Yessica Tamara."

To Be continued

ONESHOOT48Where stories live. Discover now