FreShan II

1.5K 85 12
                                    

Freya kini masih berada di kediaman Marsha. Lebih tepatnya di kamar anak tersebut.

Entah kenapa, setelah anak itu mengatakan apakah Freya dan Shani bisa menjadi orang tuanya ia malah menangis sendu dan berakhir berlari ke dalam kamarnya.

Meninggalkan dua orang dengan kebingungannya.

"Sebelumnya terimakasih sudah mengantarkan anak saya pulang."

Freya pun mengangguk seraya tersenyum pada Shani.

"Maafkan anak saya juga, itu mungkin efek dari ditinggal ibunya."

"Tidak masalah pak, boleh saya menemuinya ke kamar?." Shani mengangguk.

Di sini lah Freya sekarang. Kamar dengan nuansa cerah dan ceria. Mengelus kepala Marsha yang masih sesenggukan. Bahkan nafasnya pun menghangat karena sedari tadi menangis.

"Sudah ya, nanti kamu pusing loh nangis terus."

Marsha malah mengeratkan pelukannya dan membenamkan wajahnya di ceruk leher Freya. Freya pun mengelus punggung anak itu agar sedikit tenang.

"Apa ibu tidak mau menjadi ibu sambung untuk aku?."

Freya kelu. Tak bisa membalas pertanyaan anak itu. Di satu sisi, Freya cukup mengenal sosok Shani dengan wibawanya dan kegagahannya.

Bisa dibilang Freya hanya memiliki rasa sebatas mengagumi duda anak satu tersebut. Tidak ada terlintas di pikirannya untuk bisa memiliki Shani.

"Sepertinya aku akan terus hidup tanpa sosok ibu."

Marsha melonggarkan pelukannya dan memilih untuk memunggungi Freya. Marsha akui pelukan itu begitu nyaman, tapi untuk apa jika tidak bisa dimiliki untuk selamanya.

Ceklek

"Marsha?," Ucap Shani untuk mengetahui apakah anaknya sudah tidur atau belum.

Shani mengerutkan keningnya melihat posisi keduanya. Dengan Marsha yang menghadap kiri dan Freya pun menghadap kiri.

Shani berjalan mendekat dan melihat Freya yang masih membuka mata, namun tatapannya kosong. Bahkan kehadiran Shani pun tidak diketahui.

Dengan tangannya masih setia berada di pinggang Marsha.

"Buk," Shani sedikit menggoyangkan badan Freya. Freya pun terkejut dan menatap ke arah Shani. "Kenapa?." Tanya Shani memastikan.

Freya menggeleng dan beranjak dari kasur. Meraih tasnya dan mengambil ponsel miliknya.

23.17

Freya mendesah pelan dan meletakkan ponselnya kembali. Melempar tatapannya ke arah Shani. "Bisa kita bicara berdua?." Dengan mantap Shani menganggukkan kepalanya.

•••


"Apa benar Marsha meminta hal itu kepadamu?," Freya mengangguk, "Yaa.."

Shani memiringkan posisi duduknya, menatap kedua manik mata Freya. Kedua tangannya secara perlahan menarik tangan Freya untuk ia genggam.

Jujur saja, Shani merasa tidak enak jika anaknya memaksa Freya untuk menjadi ibu sambungnya. Bukannya suatu pernikahan harus didasari oleh cinta dan rasa saling suka?.

Lalu apa jadinya jika itu semua tidak ada dalam diri mereka.

"Mungkin aku tak akan bosen mengatakan kata maaf padamu. Sungguh, aku juga tidak tau harus melakukan apa untuk Marsha ku." Freya baru kali ini melihat lelaki di depannya ini menangis.

Serapuh itu kah Shani juga dirinya sudah berada di rumah?.

"Tidak apa apa pak, sepertinya saya tidak keberatan jika ini menyangkut masalah hati."


•••


Setelah malam itu, Shani memutuskan untuk mendekati Freya. Memberikan perhatian penuh pada gadis itu. Beberapa kali juga Freya datang ke rumah dengan Marsha yang ada di belakangnya.

Ya, Freya sekalian mengantar Marsha pulang ke rumahnya. "Makasih ya Bu, mari masuk dulu." Freya pun masuk dan duduk di sofa ruang tamu.

"Ayah kamu kemana?,"

"Masih di jalan mungkin Bu, barusan aku kabarin ayah kalau aku bilang bareng Bu Freya."

Freya hanya tersenyum dan mengangguk.

Hari bahagia Shani dan juga Freya pun akhirnya tiba. Setelah melakukan pendekatan, Shani kemudian memutuskan untuk mempersunting gadis tersebut.

Mendengar itu, sontak membuat Marsha berteriak kegirangan. Namun senyum yang merekah di bibir Shani harus lenyap seketika kala melihat orang tuanya yang datang.

Dengan cepat Shani langsung menarik Marsha dan menggenggam erat tangan istrinya.

"Kalian mau apa ke sini?." Freya pun mengerutkan kening mendengar lontaran tersebut.

"Astaga, kami minta maaf Shan, kami mengaku salah telah mencampuri urusan keluargamu dulu. Tapi sekarang kami senang kamu kembali mendapat pendamping hidup dan mama sambung untuk Marsha."

"Maaf untuk semuanya, dan kamu harap kamu mau memaafkan."

Orang tua Shani pun memeluk anaknya sembari terisak.

"Terimakasih sudah mau menjadi mama sambungku, Bu guru."

"Iya sama sama sayang."



END

ONESHOOT48Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang