Shani Marsha [Hukuman]+

5K 85 3
                                    

Pernikahan dari Shani Indira dan juga Shania Gracia menghasilkan seorang gadis cantik bernama Marsha. Wajahnya sedikit mengambil bentuk dari sang ayah-Shani Indira.

Kini umur Marsha sudah menginjak angka 18 tahun. Ia masih berada di bangku menengah atas.

Marsha itu anaknya introvert, tidak terlalu peduli dengan dunia luar. Selepas pulang sekolah ia langsung pulang ke rumah dan tidak akan keluar lagi jika tidak memiliki janji. Marsha juga memiliki hobi menonton anime.

"Marsha, kok malah bengong sih! Mau nggak?" Marsha yang memang tak mendengarkan pun cukup terkejut.

Teman sekelasnya sedang mengoceh tidak jelas di depannya.

"Kenapa Adel? Aku nggak denger." ujar Marsha secara jujur.

"Mau pulang bareng nggak Sha?"

°°°

"Ayo Sha kita pulang." Adel yang sudah merapikan bukunya dan menggendong tasnya mengajak Marsha untuk segera pulang.

Marsha yang masih merapikan alat tulisnya pun meminta Adel untuk menunggu sebentar. Adel juga sempat menawarkan diri untuk membantu Marsha, namun Marsha menolak.

Kini semua sudah beres, Marsha melempar tasnya ke punggungnya dan mengikuti langkah Adel menuju parkiran sekolah. Dalam perjalanan, Marsha membuka gawainya dan mengirim pesan pada ayahnya. Bahwa dirinya akan pulang bersama dengan temannya.

Shani yang masih dalam perjalanan tentu tidak bisa membaca pesan yang anaknya kirimkan. Saat sudah sampai lampu merah, Shani memeriksa gawainya dan mendapati pesan dari anaknya.

Setelah rambu berubah warna, Shani kembali menjalankan kendaraannya menuju rumah. Ia urungkan niatnya untuk menjemput Marsha. Terlihat Shani yang meremas kuat stir mobilnya. Entah apa yang membuat Shani terlihat seperti marah.

Saat mobil Shani hendak masuk ke dalam pekarangan rumah, Shani melihat Marsha yang sudah turun dari motor temannya. Terlihat Marsha yang mengembalikan helm ke si pemilik motor.

Mata Shani melotot kala melihat orang itu mengelus pipi Marsha dan mengecupnya singkat. Tentu Shani sangat marah dibuatnya. Berani sekali anak itu mencium Marsha tepat dihadapannya.

Shani dengan cepat memasukkan mobilnya ke dalam garasi. Keluar dari mobil dan menghampiri Marsha dan temannya. Tapi sayang sekali, orang itu sudah berlalu pergi.

Marsha merasa sedikit lega karena Adel sudah berlalu pergi. Jadi Adel tak akan kena omel dengan ayahnya. Marsha yakin jika Shani melihat Adel yang sempat mengecup pipinya.

Marsha pun dapat melihat tatapan ayahnya yang tak bersahabat. Marsha sudah tau bahwa sebentar lagi dirinya akan diinterogasi.

Tanpa mengucapkan apapun, Shani menarik tangan anaknya untuk masuk ke dalam rumah. Shani tak mendapati istrinya di rumah karena Gracia sedang berada di rumah temannya untuk arisan.

Shani meletakkan tas kantornya di sofa ruang tengah. Lalu ia menarik tangan Marsha menuju ke dalam kamar anaknya.

"Papi, kita mau kemana?" Namun Shani tak ada menjawab pertanyaan anaknya.

Shani langsung masuk ke kamar Marsha, diikuti oleh Marsha. Lalu Shani mengunci pintunya dan meraih dagu anaknya. Menatap manik sang anak yang terlihat bergetar ketakutan.

"Katanya temen, kok kamu kasi pipi kamu cuma cuma?" tanya Shani yang membuat Marsha tak bisa berkutik. Benar dugaan Marsha kalau ayahnya melihat kejadian tadi.

Melihat Marsha yang diam mematung, Shani mendorong tubuh anaknya hingga terjatuh di karpet yang empuk. Shani langsung melumat bibir anaknya yang membuat Marsha kaget setengah mati.

Marsha mulai berontak ingin melepaskan diri, namun kedua tangannya langsung ditahan oleh Shani. Shani mengulum dengan kasar bibir tebal milik Marsha. Shani yang sudah diliputi oleh emosi tidak bisa berpikir jernih.

Shani melahap habis bibir Marsha hingga sedikit bengkak dibuatnya.

Shani mulai membuka seragam milik Marsha. Shani kini merangsang Marsha melalui leher jenjangnya. Mengecup dan menjilatinya dengan lembut. Sesekali Shani menggigitnya hingga menghasilkan bercak kemerahan.

Atasan Marsha sudah tergeletak begitu saja. Shani langsung memainkan kedua tangannya di buah dada milik Marsha. Jari jarinya memainkan pucuk payudara Marsha.

Marsha pun semakin tak bisa mengendalikan dirinya. Sentuhan yang diberikan oleh ayahnya ini terasa begitu nikmat dan membuat bagian bawahnya sedikit basah.

Shani menggesekkan lututnya ke arah vagina Marsha. Kini mulut Shani sudah berada di payudara sebelah kanan Marsha.

Kedua tangannya ia gunakan untuk meraih resleting rok bagian belakang. Lalu membukanya dengan dibarengi dalaman Marsha. Kini Marsha sudah full naked dibuatnya.

Shani langsung menyergap vagina anaknya. Sedikit berlendir yang membuat Shani semakin gila di bawah sana.

"Ahhh! Papi!!" erang Marsha merasakan sensasi aneh di dalam tubuhnya.

Shani memasukkan satu jarinya dan menggerakkannya maju mundur. Gerakan itu terus Shani lakukan guna merangsang anaknya.

"Ahh ahh papi, au mau keluarhh!!"

Shani menambah temponya agar anaknya cepat sampai puncak kenikmatannya. Dan benar saja...

"Mmhhh aahhh papiii!"

Marsha mengatur nafasnya tak memburu. Marsha tak menyadari jika Shani sudah menanggalkan semua pakaiannya. Shani juga sudah full naked sekarang.

"Uhh papih!"

Marsha merasakan tubuhnya yang ditindih. Marsha melihat papinya yang sedang mengarahkan penisnya menuju vaginanya.

"Papi jangan–"

"Diam Marsha! Kamu udah bikin papi marah!"

"Nghhh ahhh papii!! Hiks... Hiks..."

Shani sudah mengambil mahkota putrinya sendiri. Shani mulai menggerakkan bokongnya. Tak menghiraukan desahan beserta rintihan kesakitan dari anaknya.

Shani terus menggenjot anaknya. Lima menit telinga Shani diiringi oleh alunan desahan anaknya. Shani merasakan jika penisnya mulai membesar di dalam sana. Dengan segera Shani mempercepat gerakannya.

"Uhh Marsha, papi mau keluar."

Tak disangka sangka oleh Shani, Marsha memeluk tubuhnya dengan erat dan tak membiarkan Shani menarik kepemilikannya dari vagina Marsha. Shani yang sudah tidak tahan sangat terpaksa mengeluarkannya di vagina Marsha.

Akhirnya Marsha dapat merasakan kehangatan yang sempat ia tonton di dalam anime. Kini ia merasakannya secara langsung.

Merasa milik ayahnya yang sudah tak mengeluarkan cairan, Marsha menarik dirinya hingga penyatuan mereka terlepas. Marsha menatap mata ayahnya dengan sendu.

Sudah kepalang tanggung. Perawan pun sudah diambil oleh ayahnya sendiri. Jadi Marsha nekat melahap cairan milik ayahnya.

"Aku udah hancur pi... Hiks... Hiks,"

Maafkan saya,
–Author–

ONESHOOT48Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang