[Mommy?]+

4.1K 191 5
                                    

|Bukannya lupa, hanya saja aku teralihkan|




Untung saja Shani membawa syal yang biasa ia gunakan pada saat bekerja. Memudahkannya untuk keluar dari taksi dan masuk ke dalam rumah.

Anak yang baru saja ia kenal itu sudah menyusu di payudaranya. Tadi Shani sempat melarangnya karena mereka baru kenal. Lagi pula Shani tak memiliki asi karena ia belum memiliki anak.

Shani juga merasa tidak enak kepada sopir taksinya. Alhasil Shani menuruti permintaannya. Sekarang Christy sedang tertidur di gendongannya. Mulutnya masih senantiasa mengecap dan mengenyot puting yang tak mengeluarkan asi itu.

Shani masuk dan kembali mengunci pintu rumahnya. Membawa dirinya untuk masuk ke dalam kamarnya. Shani mendudukkan dirinya di atas kasur dengan Christy yang masih di gendongannya.

Lamunan Shani hilang begitu saja kala dering ponselnya berbunyi dan menampilkan nama ayahnya di layar tersebut.

"Iya, Yah?"

"Apa benar yang dikatakan Gracia, Shan?" Shani mengerutkan keningnya.

Apakah sahabatnya itu mengadu kepada orang tuanya jika Shani membawa anak kecil ikut pulang ke rumahnya.

"Emangnya Gracia ada cerita apa yah?" Dari seberang sana terdengar hembusan nafas dari ayahnya.

"Katanya kamu dipecat lagi, iya?"

|•| |•| |•|

"Apa anda memiliki niat yang serius dengan kerjasama ini?!"

Orang itu meragukan keseriusan Chika dalam hal mitra kerja kedua perusahaan mereka. Bagaimana tidak, Chika tidak menaruh fokusnya sama sekali dari dimulainya pertemuan hingga akhir ini.

"Maaf pak, ada masalah yang sedang mengganggu pikiran saya." Elak Chika yang tentu saja ditolak mentah mentah oleh lawan bicaranya.

"Itu artinya anda tidak bisa bersikap profesional! Saya batalkan kerjasama ini!" Orang itu langsung keluar dari ruang persidangan. Diikuti oleh sekretaris nya.

Chika menghembuskan nafasnya lelah. Ia benar benar tidak bisa fokus ke dalam pekerjaannya jika ia tak menemukan keberadaan anaknya.

Anak buah Chika sudah mencari informasi di pusat perbelanjaan yang ia jadikan tempat kemarin. Dan hingga kini belum ada informasi lanjutan dari sana.

Chika mengemasi barangnya dan bergegas keluar dari ruangan. Ia meminta sekretaris nya untuk mengatur sisanya. Chika ingin menenangkan dirinya terlebih dahulu ke suatu tempat.

Sesampainya di parkiran, Chika langsung masuk ke mobilnya dan melajukannya dengan kecepatan sedang.

Chika sudah sampai di tempat yang ramai akan penghuninya. Tempat ini bisa saja disebut sebagai asrama jika para penghuninya masih hidup dan bernafas.

Dengan perlahan, Chika melangkahkan kakinya hingga ia berhenti disebuah papan nama yang bertuliskan Gita.

Chika bersimpuh lalu mengelus nisan tersebut. Dibersihkan ya beberapa rumput liar yang mulai tumbuh di sekitar area tersebut.

"Aku kembali lagi, Gita. Maaf kalau aku datang ketika suasana hati aku sedang buruk." Memang akhir akhir ini Chika menjadikan makam Gita sebagai tempat berceritanya. Chika merasa jika ia menjadikan Gita sebagai opsi terakhir dan penampung beban ceritanya.

"Mungkin kamu udah tau tentang apa yang aku alami sekarang," Chika mengangguk. "Christy... Hilang, maaf. Aku gagal jadi orang tua buat Christy." Tangisan Chika semakin terdengar pilu di pekarangan yang sepi nan sunyi itu.

Angin Sepoi bertiup dengan pelannya membuat siapa saja merinding jika diterpanya. Begitu juga dengan Chika. Ia merasakan jika Gita sedang berada di sebelahnya. Mencoba menenangkan keresahan hatinya.

"Kerjaan aku juga nggak baik baik aja semenjak Christy menghilang." Chika kembali menumpahkan masalahnya. Kini ia benar benar berpasrah di sana. Mengeluarkan semua yang mengganjal di hatinya.

Rintik hujan mulai mengecup permukaan kulit Chika secara bergantian. Bersamaan dengan itu, ponselnya berbunyi dan menampakkan anak buahnya yang menghubungi dirinya.

"Kita sudah mendapatkan informasi nya tuan!"

|•||•||•|

"Mommy, lagi masak apa?" Shani melirik sebentar ke arah Christy yang ia letakkan di atas meja makan. Christy duduk anteng di atas sana sembari memainkan boneka ikannya.

"Mommy lagi masak ayam goreng. Christy pernah makan ayam goreng?" Christy menggeleng. "Papi cuma sering masakin Christy mie instan. Soalnya papi buru buru berangkat kerja."

Shani menggeleng sambil mengelus dadanya. Apakah sesibuk itu hanya untuk memasakkan anak makanan? Shani juga teringat jika semenjak pagi Christy hanya menyebutkan kata 'papi' saja. Kemana ibu dari anak ini?

Shani melanjutkan kegiatannya sembari terus memantau pergerakan Christy. Takut kalau anak itu tiba tiba terjungkal karena banyak gerak.

Setelah makan bersama, sekarang Christy merengek ingin meminta susu. Kebetulan juga Shani belum membeli susu formula dari tadi pagi. Alhasil Christy meminta payudara Shani sebagai gantinya.

Sebelum membawa Christy menuju sofa ruang tengah, Shani mengambil madu yang ia simpan di dalam lemari pendingin.

Shani mendudukkan dirinya di sofa dengan Christy yang berada di pangkuannya. Dengan perlahan Shani membuka kancing bajunya dan mengeluarkan putingnya. Semua itu tak luput dari penglihatan Christy yang berbinar.


Sebelum Christy melahapnya, Shani mengoleskan madu di puting yang akan Christy sesap. Lalu mengarahkannya ke mulut Christy.

Shani sedikit mendesah merasakan dingin sekaligus hangat pada putingnya. Kemudian Shani menghidupkan televisi untuk menghilangkan rasa bosannya.

Shani dibuat semakin mengantuk karena hujan di sore hari. Shani kembali mengoleskan madu di bibir Christy, agar terasa manis.

Dengan cepat Shani meraih syalnya ketika pintu rumahnya ada yang mengetuk. Ia menutupi dadanya dan juga Christy. Berjalan ke depan dan membukakan pintunya.

"Iya, siapa ya?"

ONESHOOT48Where stories live. Discover now