CH2

3.1K 140 0
                                    

"Chika, bagaimana keadaan bar milikmu?."

Yessica Tamara, yang sering di panggil Chika. Memiliki bar yang ia bangun dari uang tabungannya sendiri. Chika berasal dari keluarga yang mampu, namun ia tak ingin mengandalkan uang dari orang tuanya saja.

Chika akan berusaha semaksimal mungkin terlebih dahulu, nanti jika sudah tidak ada jalan baru meminta pertolongan pada orang tua.

Namun sejauh ini, Chika belum pernah sama sekali merasa kesulitan mengatur barnya.

Sore ini, kedua orang tuanya menanyakan keadaan barnya. Dan Chika mengatakan kalau barnya baik baik saja. Malahan semakin hari barnya itu terasa semakin ramai.

Chika beberapa kali akan datang ke sana, sekedar untuk melihat pengunjung yang berlalu lalang.

Seperti sekarang ini, Chika sudah rapi dengan pakaian kasualnya. Dirinya juga sudah meminta ijin pada kedua orang tuanya untuk beranjak jam tujuh malam.

"Iya kami ijinkan. Ingat selalu berhati hati dan jangan pulang terlalu larut." Chika menyanggupinya dan keluar dari dalam rumah.

•  •  •

"Kak, bisa tolong antarkan teman saya pulang tidak?." Seorang wanita datang dan mendekat ke arah Chika. Meminta tolong padanya untuk membantu temannya yang mungkin sudah tepar.

Tentu saja Chika merasa bimbang, tujuannya kemari bukan untuk menjadi sopir orang yang tengah mabuk. Tapi apa daya, Chika menganggukkan kepalanya lemah dan menyuruh wanita tersebut membawa temannya kemari.

"Terimakasih ya kak, ini nomor telepon saya. Jika ada kendala bisa hubungi saya." Chika meraih kertas tersebut dan memasukkannya ke dalam tas kecilnya.

Singkat cerita, orang yang di titipkan itu sudah berada di dalam mobilnya Chika. Namun sebelum itu, Chika masuk ke dalam dan menuju meja bartender.

"Loh bos?, kenapa malam sekali?."

Chika akhirnya menjelaskan pada karyawannya apa yang ia alami di depan sana. Karyawannya pun hanya menganggukkan kepalanya mengerti.

"Hati-hati ya bos, biasanya orang mabuk suka resek." Chika mengangguk dan kembali keluar. Membawa wanita itu pulang ke rumahnya. Untung saja sudah di berikan alamat oleh temannya itu.

Chika melirik ke jok sebelahnya, terlihat seorang wanita dengan nafas teraturnya. Sepertinya sudah tertidur. Chika memutuskan untuk menjalankan mobilnya.

"Permisi kak, kita sudah sampai." Chika menggoyang goyangkan bahunya dan berhasil. Wanita itu bangun dan mulai keluar dari mobilnya.

"Makasi." Wanita itu berjalan dengan sempoyongan. Jadi Chika mengikuti dari belakang, takut jika tiba tiba dia jatuh.

Wanita itu menekan bel rumahnya. Namun setelah itu ia menggedor secara kasar pintu rumahnya.

Tak lama terlihat seorang gadis yang membukakan pintu.

"Ck. Lo lama amat sih buka pintu doang."

Chika terkejut melihat wanita itu mencekik leher gadis itu.

"Lo cuma jadi beban tinggal sama gue ya!, sana lo pergi jauh jauh dari hidup gue!"

"Hiks, sakit mi. Lepasin." Chika membantu membebaskan gadis tersebut. Dengan susah payah, karena cengkeramannya yang begitu kuat.

"Lo berdua pergi dari rumah gue dan jangan kembali lagi. Paham lo?!" Wanita itu menekankan katanya ke arah gadis yang sudah menangis tersebut.

BRAK!

"Mami, plis jangan usir aku. Aku nggak punya siapa siapa lagi selain mami." Gadis itu pun semakin terisak dalam tangisnya. Chika pun mencoba menenangkannya dan membawanya menuju mobil.

"Hei, kamu yang sabar ya." Ucap Chika sambil mengelus punggung gadis itu. Gadis itu pun memilih untuk memeluk tubuh Chika. Menumpahkan semua tangisnya di bahu Chika.

Dirasa sudah tenang, Chika membuka suaranya lagi. "Nama kamu siapa?."

"Nama aku Christy, kak,"

"Salam kenal Christy, nama aku Chika."

*  *  *

"Aku ngekos aja deh kak." Christy terkejut melihat rumah Chika yang besar dan luas. Tak enak hati jika tinggal di rumah ini.

"Itu nggak baik, apalagi kamu masih kecil."

"Tapi aku nggak enak hati kak,"

"Yasudah, kamu tinggal di sini dan anggap kamu lagi ngekos,"

"Terus aku bayarnya pakai apa kak?."

"Itu mudah. Kamu pikirkan nanti saja."

Chika dan Christy sedang tiduran di kamar Chika. Tadi kata Chika kan anggap saja ngekos, tapi kok ini berakhir tidur berdua ya?.

"Kak,"

Chika menoleh ke arah samping. Christy merebahkan badannya menghadap ke kiri begitu pula dengan Chika yang menghadap ke kanan.

"Iya, kenapa?,"

"Kenapa sih hidup aku semenyedihkan ini?."

Christy amat sangat polos. Mungkin itulah kalimat yang terlintas di benak Chika. Bagaimana bisa ia bertemu dengan gadis yang begitu polos namun dengan nasib yang buruk.

Christy mengatakan bahwa itu adalah mami tirinya. Ayahnya memutuskan menikah lagi setelah mami kandung Christy meninggal dunia lima tahun lalu. Lalu di dua tahun berikutnya, ayahnya meminta ijin untuk menikah dan Christy menyanggupinya.

"Jangan di jadikan beban. Kamu sekarang tinggal sama kakak aja."

Christy juga menceritakan tentang ayahnya yang juga ikut menyusul sang ibu. Satu satunya yang tulus sayang dengan dirinya sudah pergi. Ditinggalkan dengan seorang wanita yang menyandang gelar ibu tiri.

Chika sebisa mungkin menenangkan gadisnya. Menghilangkan rasa takutnya agar tidak tegang.

• • •

"Loh Chika, ini siapa?."

Malam kemarin kedua orang tua Chika sudah terlelap dalam tidurnya. Jadi tidak menyadari bahwa Chika membawa gadis lucu pulang bersama.

"Dia sekarang jadi adik aku mi, pi." Chika pun langsung menceritakan semuanya. Didukung dengan anggukan dari Christy untuk membenarkan ucapan Chika.

"Astaga nak, kasihan sekali dirimu. Tak apa, tinggal lah bersama kami di sini. Kami berjanji akan menjadi sosok orang tua yang lebih baik."

Christy tersenyum haru mendengarnya. Bahkan orang yang tak memiliki sangkut paut dengan keluarganya pun sangat baik terhadap dirinya. Tidak seperti ibu tirinya yang begitu kasar kepadanya.

"Kamu makannya jangan sambil melamun dong sayang." Ucap Chika lalu meraih sudut bibir Christy. Membersihkan nasi yang ada di sana.

Christy tersenyum.

"Terimakasih kak Chika, om, tante."

"Jangan panggil om sama tante, panggil papi sama mami aja ya," Ucap mami Chika lalu mengelus kepala Christy.

END

ONESHOOT48Where stories live. Discover now