Gaby

1.9K 42 3
                                    

Gaby sedang meratapi nasibnya yang malang ini. Dirinya hanya bisa menangis dan terus menangis. Hanya untuk menggerakkan tubuhnya saja tidak bisa, karena kedua tangan dan kakinya diikat. Mulutnya juga di sumpal oleh kain dan ditutup dengan lakban.

"Hhhmmmppp"

Seorang pria masuk ke dalam ruangan tersebut. Tersenyum senang melihat Gaby yang sudah terikat.

"Hallo sayang." Pria itu membelai rambut Gaby dengan kedua tangannya. Perlahan turun ke pipinya dan langsung menarik dengan kuat lakban yang menempel.

Tentu saja hal itu membuat Gaby berteriak kesakitan dan langsung mengeluarkan kain yang berada di dalam mulutnya.

"Bobby?!"

"Iya sayang ini aku, kenapa? Hm?."

Gaby mendesis kesakitan di pergelangan tangannya yang terikat. Ia melirik ke arah Bobby, "Sakit Bob, tangan aku." Adunya. Harap harap Bobby bisa melepaskan ikatannya.

"Makanya jangan banyak gerak."

Bobby berlalu dari sana menuju ke sebuah meja yang ada di sana. Terlihat Bobby yang mengambil beberapa foto yang berukuran sedang dan di perlihatkan ke Gaby.

"Aku mau kita kayak dulu lagi tan." Gaby menggeleng dengan kuat, menentang keinginan tersebut.

"Apa yang kamu harapkan dari hubungan itu Bob?!, nggak ada kebahagiaan di sana." Gaby tak habis pikir dengan keponakannya sendiri. Kasih sayang yang begitu tulus di salah artikan oleh keponakannya.

"Sekali pun itu orang tua aku, nggak ada yang bisa se sayang itu sama aku," Bobby menangis di sana. Meluapkan semua isi hatinya.

"Aku haus akan semua itu. Tante datang dengan kasih sayang yang begitu melimpah. Aku yang kekurangan kasih sayang malah menyalah artikan hal tersebut."

Bobby mengusap air matanya dengan kasar. Berjalan ke belakang Gaby dan membukakan ikatan pada tangan dan kaki Gaby.

"Maaf untuk semuanya tan. Aku ga bisa liat tante di sakitin sama orang lain. Tapi aku yang udah nyakitin tante dan buat tante nangis kayak gini."

Gaby berdiri dan menangkup kedua pipi Bobby. Menatap manik matanya yang sudah basah.

"Tante akan selalu ada buat kamu. Sekali pun kita tidak terikat hubungan yang kamu inginkan. Tapi kamu harus ingat, kita masih ada hubungan saudara, kita bisa saling suport di sana." Bobby mengangguk dan memegang kedua tangan Gaby.

"Mami sama papi udah ga sayang sama aku. Udah nggak percaya juga sama aku. Mereka udah ngerahin banyak polisi buat nyari keberadaan tante. Jadi..."

Bobby tak melanjutkan ucapannya melainkan mengeratkan genggamannya.

"Jadi, makasi untuk semuanya dan selamat tinggal." Gaby tersentak dan menggeleng kuat. "Nggak, pokoknya kamu pulang bareng tante. Kita lurusin semuanya. Tante gamau kamu berakhir di penjara."

•••

"Dasar anak nggak tau diri, kemana kamu bawa tante kamu itu hah!?" Bobby hanya bisa menunduk mendengar bentakan Beby, sang mami.

"Kalau bisa lo ga usah jadi anak gw!, biar gw bikin announcement sekalian kalau lo itu bukan anak gw!"

Bersamaan dengan ucapan itu, Gaby datang dan langsung berlari menuju Bobby. Memeluknya guna memberikan ketenangan.

"Lo kenapa sih Beb, anak sendiri juga. Lo jangan fitnah dia, dia yang udah selamatin gw." Bobby terkejut dan menoleh ke arah Gaby. Namun Gaby tak menatapnya sama sekali.

"Yaudah lo bawa aja anak ini pergi bareng lo. Anggap sebagai rasa terimakasih lo sama dia." Beby langsung pergi dari sana, meninggalkan Bobby yang menangis sendu.

•••

"Makasi ya Tan, udah mau nampung aku." Bobby meletakkan koper besarnya di ruang tamu. Lalu mendudukkan dirinya di barengi dengan Gaby.

"Gapapa,"

"Sekarang tante tinggal sama siapa?." Gaby menaikkan satu alisnya. "bukannya dari dulu tante tinggal sendiri ya?."

"Ah iya juga ya, hehe." Aldo terkekeh dan mengelus tengkuknya.

"Di sini ada dua kamar, sebelahan sama kamar tante kok." Bobby mengangguk dan menatap ke arah lantai dua.

"Eum tan," Bobby mengumpulkan keberaniannya untuk mengatakan ini semua.

"Iya?,"

"Maaf untuk semua yang udah pernah aku lakuin sama tante. Nyium bibir tante tanpa persetujuan, terus meluk meluk tante dan masih banyak lagi lah. Aku janji bakal hilangin perasaan ini untuk tante."

Gaby tersenyum dan mengangguk mengelus kepala keponakannya itu dengan sayang.

"Iya terimakasih kamu udah sadar. Tapi..."

Bobby menoleh ketika Gaby menghentikan ucapannya.

"Tapi apa tan?,"

"Tapi kalau kamu kangen sama semua itu, kamu bisa temuin tante."

ONESHOOT48Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang