ShanChik [Ketidaksengajaan]

2K 130 10
                                    

|Chika dom|

|• • •|


Ketidaksengajaan itu sudah berjalan hampir 10 tahun lamanya. Dibiarkan begitu saja tanpa ada sepatah kata pun untuk menjelaskan semuanya.

Chika berdiri dengan rasa penyesalannya dan Shani yang kini mengurus anaknya sendiri. Shani tak berniat mencari pasangan, karena menurut Shani sulit mendapatkan pasangan yang mau menerima kekurangan dirinya.

Dan apa ini? Shani masih mengharapkan orang itu datang kembali dan menerima mereka berdua. Shani berharap itu terjadi. Namun waktu 10 tahun menjawab semuanya. Orang itu tidak akan pernah datang menemuinya lagi.

Shani yang malang.

Hari ini merupakan jadwal bulanan Chika untuk berbelanja. Semenjak kejadian itu, Chika memutuskan untuk tinggal sendiri di sebuah apartemen. Chika melakukan itu untuk menghukum dirinya yang kurang bertanggung jawab. Selain itu, ia ada maksud untuk terus mencari Shani.

Sudah 10 tahun, setidaknya Chika sudah mengetahui nama dari wanita itu. Dia adalah Shani. Namun Chika tidak tau nama dari anaknya.

Anak yang dimiliki oleh Shani merupakan hasil dari kecelakaan Chika waktu itu.

Chika, seorang wanita dengan memiliki kelebihan, tidak dapat mengendalikan tubuhnya kala ia sedang mabuk. Shani yang malang akhirnya terkena rayuannya dan berhasil membawanya pergi.

"Permisi mbak, jangan bengong ditengah jalan dong." Chika tersentak saat mendengar suara seorang wanita. Chika sedikit menggeser posisinya dan trolinya. Memberikan jalan di lorong supermarket tersebut.

Chika menarik nafasnya perlahan, ia mengedarkan pandangannya ke segala arah. Tempat berbelanja yang tidak terlalu ramai dan terbilang kondusif. Para ibu ibu dan anak mereka sedang menjalankan hak sekaligus kewajibannya menjadi istri.

Tak banyak yang Chika beli, mengingat dirinya yang tinggal sendiri. Nanti kalau misalkan maminya datang berkunjung, pada saat itu juga bisa membeli kebutuhan memasak. Tapi untuk saat ini, cukup ini saja.

Chika segera masuk ke dalam antrian dan membayar barang belanjaannya. Keluar dari supermarket, terlihat langit yang sudah tertutupi awan hitam. Memaksa Chika untuk segera menuju ke mobilnya.

Kursi belakang sudah memangku belanjaan Chika, dan Chika... Dia sudah duduk di stir kemudi. Tak memiliki niatan untuk menghidupkan mesin mobil. Kini atensinya teralihkan ke seorang anak perempuan yang sedang duduk di sebuah kursi yang lumayan panjang.

Gadis itu tampak mengayun ayunkan kedua kakinya sembari memegang sebuah boneka dengan kedua tangannya. Mata gadis itu bulat sempurna, yang membuat ia terlihat menggemaskan... Menurut Chika.

Chika membuka pintu mobilnya dan berlari mendekati anak tersebut. Tangan kiri Chika sudah berada di atas kepalanya.

"Adek... Kok duduk di sini sendirian? Ini udah hujan loh." Chika menoleh ke kanan dan kiri, memastikan keberadaan orang tua anak tersebut.

"Tadi Buna suruh aku tunggu di sini tante. Katanya barang Buna ada yang ketinggalan." celoteh gadis tersebut sambil memainkan bonekanya.

Karena rintik hujan yang kian menjadi, Chika memutuskan untuk mengajak anak itu meneduh di dalam mobilnya. Dan anak itu pun menurut saja.

Chika menutup pintu sebelah kiri, lalu ia berlari ke sebelah kanan setelah itu Chika masuk. Ia meraih beberapa helai tissue untuk mengeringkan kulitnya. Chika juga mengeringkan kulit anak tersebut.

"Nama dedek, siapa?" Chika bertanya dengan fokusnya yang masih pada kulit anak tersebut. Mengeringkannya dengan lembut.

"Nama aku Christy tante, dan nama Buna aku–"

"HUAA!!"

Christy berteriak dan sedikit melompat ketika mendengar gemuruh yang gaduh di atas sana. Tak sadar kini Christy secara perlahan mendekat ke arah Chika. Memeluk lengan Chika dan berakhir duduk di pangkuan Chika.

Walau orang asing, tapi menurut Christy inilah salah satu cara yang yang patut dilakukan agar rasa takutnya tak membuncah.

"Maaf tante, tapi aku takut petir." Suara Christy bergetar. Chika memilih untuk memeluknya dan mengelus punggung Christy.

"Yaudah. Tapi Christy gak boleh panggil aku dengan sebutan tante. Aku gak setua itu tau!" sungut Chika dan Christy hanya terkekeh. "Panggil aku Chika... Kak Chika!"

°°°

Hari ini hujan turun lumayan deras. Namun tangan dan dahi Shani kian basah dengan peluhnya. Shani khawatir dengan keadaan anaknya di kursi sana. Shani juga tidak membawa payung untuk menyusul anaknya dengan segera.

Di sinilah Shani sekarang. Disebuah kedai, tepat di mana ia mengambil barangnya yang tertinggal. Christy masih terlalu belia untuk diberikan sebuah telefon genggam. Namun itu sangat berguna di saat saat seperti ini.

Haruskah shani menerobos derasnya hujan demi keselamatan putri kecilnya? Mungkin seorang ibu yang sempurna sudah melakukan hal itu sedari tadi, begitulah pikir Shani.

Ia meraih tas belanjaannya, mengambil ancang ancang dan berlari menembus derasnya hujan.

Christy masih duduk di paha Chika. Namun bedanya, Christy sudah menghadap ke depan. Punggungnya bersandar di dada Chika. Ikut melihat jalanan yang basah diguyur derasnya hujan. Christy masih memikirkan bagaimana keadaan Buna nya.

Christy ingin menyusul tapi tidak tau harus menyusul kemana.

"Ih! Kak! Kak! Berhenti!" Christy sedikit memekik ketika melihat di depan sana ada seorang wanita yang sedang berlari menembus hujan. "BUNAA!" tak salah lagi, itu adalah Buna nya Christy.

"Kak, tolongin! Itu Buna aku!"

ONESHOOT48Where stories live. Discover now