FreFlo+

3.5K 167 9
                                    

Aku senang karena adik tiriku ini sangat patuh dan penurut terhadapku. Dengan sedikit mengancamnya, ia langsung tunduk dihadapanku.

Kemarin dia menangis, dia menuduhku mengambil keperawanannya. Ya memang benar sih, tapi bukan aku yang memulainya terlebih dahulu.

Dia mengecupku dengan manja. Matanya yang masih terpejam dan kedua tangannya yang erat di leherku. Aku bisa apa, selain mengikuti permainannya?

Dari sana aku bisa menyimpulkan bahwa si mungil ini sedikit binal dalam hal seperti itu. Dia sudah tau apa saja teknik dasar serta gerakan yang dapat merangsang lawan mainnya.

Jujur, aku hampir terbuai kemarin malam. Tapi dengan cepat aku bisa menguasai diriku kembali dan membantai si pendek ini.

Sekarang aku mengandeng tangannya untuk turun ke meja makan. Aku menuntunnya dengan perlahan agar perubahan cara jalannya tidak terlihat oleh kedua orang tua kami.

Lihatlah ayah dan ibuku. Mereka tersenyum lebar hanya karena aku mengandeng tangan adikku untuk turun. Mereka pasti mengira kami mulai akur dan akrab satu sama lain.

"Aduh, aduh, anak mami turunnya gandengan tangan." Aku hanya bisa tersenyum malu saat digoda oleh ibuku.

Aku menuntunnya lalu meletakkan tubuh mungilnya di atas kursi. Aku terkekeh melihat dirinya yang sangat berhati hati mendudukkan dirinya. Apalagi kakinya yang mengayun karena tak menapak di ubin ruang makan.

"Aduh, sakit," si mungil serta pendek ini mencubit lenganku. Dia marah karena aku menertawainya. Aku gemes banget liatnya.

Ayah dan ibu pun tersenyum melihat interaksi yang terjadi di antara kami

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Ayah dan ibu pun tersenyum melihat interaksi yang terjadi di antara kami. Akhirnya sarapan dimulai dengan obrolan yang ringan.

Sesekali aku melirik ke arah paha Flora. Dia duduk lumayan mengangkang. Memangnya sakit sekali ya?

Aku cukup sering bermain sendiri saat aku merasakan gejolak aneh di dalam tubuhku. Dan ya, aku tidak merasakan apapun. Maksudku, tidak merasakan sakit sama sekali loh, ya! Apa kemarin aku main kasar ya?

Tangannya mulai mendekati pahaku lalu mencubitnya. "Ahhk!" Aku langsung menjauhkan tangannya dan mengelus pahaku yang kena cubit.

Kecil, kecil, nyakitin.

"Dasar mesum!" bisiknya dengan penuh penekanan.

Akhirnya sarapan kami pun selesai. Ayah langsung berpamitan untuk pergi ke kantor, sedangkan bunda dan aku membawa piring kotor ke arah wastafel dapur.

"Udah, Fre. Temenin adik kamu sana."

|Freya & Flora|

Akhirnya Freya berjalan kembali menuju meja makan. Di sana masih ada Flora yang tidak beranjak sedikit pun. Freya pun mendudukkan dirinya di sebelah Flora.

"Sakit banget ya? Sampai nggak berani gerak gitu?" ujar Freya dengan meremas payudara Flora. "Ahh! Freya!"

Freya menggotong Flora untuk dibawa ke dalam kamar. Tak lupa Freya juga mengunci pintunya. Flora tersenyum dengan apa yang dilakukan oleh Freya.

Setelah flora direbahkan di kasur, dengan cepat ia membalikkan posisinya. Dengan Freya yang berada dibawahnya sekarang.

Flora mengeluarkan tali yang sudah ia bawa sedari tadi. Diikatnya kedua tangan Freya di belakang tubuhnya. "Ahh, Floraa!"

Baru saja akan melancarkan aksinya, Flora berdecak sebal kala ada yang mengetuk pintu kamar. Yang bisa dipastikan kalau itu adalah ibu mereka.

Flora mengambil dildo miliknya yang sedikit kenyal, lalu memaksa Freya untuk membuka mulutnya. Freya menolak dan merapatkan bibirnya.

Memaksa Flora untuk meremas dengan kuat sebelah payudara Freya. Langsung saja dildo itu dimasukkan lalu mulut Freya dibekap dengan telapak tangannya.

"Diem, Freya!"

Flora memberikan lakban ke bibir Freya. Jadi dildo itu tak akan bisa keluar dari mulut Freya. Dengan cepat Flora meraih masker kemudian dikenakan ke Freya.

Melepaskan ikatan tangan Freya lalu menariknya menuju pintu kamar.

"Eh, kalian mau kemana?" tanya sang ibu yang melihat Freya sudah menggunakan maskernya.

"Kita berdua mau keluar, Kak Freya yang ngajak. Boleh kan Mi?" sang ibu pun mengijinkan.

Alasan si ibu mendatangi kamar anaknya karena melihat pintunya yang tertutup. Takut kalau anaknya pergi tanpa berpamitan terlebih dahulu.

Flora membawa Freya masuk kembali, menutup pintu kamarnya. Dengan gerak cepat, flora melepas pakaian bagian bawahnya.

Membuka masker serta lakban Freya. Mengeluarkan dildo yang bersarang sejak tadi. Freya terbatuk lalu menarik nafas sebanyak banyaknya.

"Ahhh," Flora mendesah kemudian menggerakkan pinggulnya agar dildo itu bisa dengan perlahan masuk.

Flora merasakan hangatnya liur Freya. Menambah rasa nikmat yang ia rasakan.

Freya menepis tangan Flora yang berusaha mendorong masuk dildo tersebut. Didorongnya dengan cepat sehingga dildo itu melesat masuk ke dalam vagina Flora.

Tentu saja Freya tidak membiarkan Flora berteriak begitu saja. Dibekapnya mulut Flora, lalu Freya mulai menggerakkan tangannya. Flora hanya bisa memejamkan matanya sembari menggenggam tangan Freya yang sedang membekap mulutnya.

Flora semakin melebarkan pahanya karena gerakan tangan Freya juga semakin cepat. Vagina Flora melahap benda itu secara keseluruhan. Menampilkan senyum menyebalkan dari Freya.

"Ahhh, Fre!"

Flora telah mencapai orgasme-nya namun Freya tak menghentikan gerakannya sama sekali. Menyiksa flora yang masih sangat sensitif.

"Makanya, jangan main main sama aku ya, adik kecil."

ONESHOOT48Where stories live. Discover now