FreShan [Kepikiran]+

4.6K 107 11
                                    

°

°

°

Shani, seorang CEO muda yang terbilang sukses dalam perjalanannya. Enam tahun bukanlah waktu yang singkat dalam hidupnya untuk mencapai posisi sekarang.

Shani kini sudah berumur 25 tahun. Ia tinggal di apartemen miliknya, sesekali juga pulang ke rumah orang tuanya jika sedang berlibur. Contohnya seperti hari ini.

Karena ia merasakan sedikit kelelahan, Shani memutuskan untuk pergi menggunakan taksi online. Membawa barang perlengkapan secukupnya. Tak lupa juga membawa sedikit buah tangan untuk kedua orang tuanya.

Shani turun dari taksi yang ia tumpangi. Sang sopir pun membantu untuk menurunkan barang bawaan Shani.

"Terimakasih ya pak." Shani menyerahkan uangnya lalu diterima dan perlahan sang sopir menghilang dari pandangan Shani.

Shani menatap lekat bangunan megah yang ada di depannya. Sekian tahun sudah ia tinggalkan, namun tak ada perubahan yang signifikan.

Shani mengerutkan keningnya ketika melihat ada anak remaja laki laki yang duduk di sofa. Anak itu pun menyadari keberadaan Shani dan berdiri dari duduknya. Ia berlari ke belakang, ke arah dapur.

"Hei!" Tentu Shani panik melihat orang asing yang berlari masuk ke dalam rumahnya. Shani pun mengejarnya.

Namun langkah Shani berhenti kala melihat anak itu yang sudah bersembunyi dibalik tubuh bundanya. Siapa dia?

"Loh Shani? Kamu kok gak kabarin bunda sih kalau sudah datang?" Shani tak menjawabnya, melainkan melihat ke arah anak tersebut.

_____

"Dia sering mampir ke sini kok Shan, itu bunda yang minta. Lagian bunda merasa kesepian di rumah." Shani tak bisa menyangkal ucapan bundanya. Kesepian yang dialami sang bunda adalah karena dirinya.

Tapi Shani bukan semata mata pergi ingin membuat bundanya sedih. Shani ingin mengadu nasib di luaran sana dan dirinya berhasil.

"Ya sudah Bun, tidak apa apa. Aku kaget aja tadi ada orang asing di dalam rumah kita."

Jadi karena hari ini ada Shani di rumah, bunda Shani meminta anak laki laki tersebut menginap dan sekalian lebih kenal dengan shani. Ia pun menyanggupinya.

Jadi Shani mendapatkan tugas untuk mengantarkan Ferrel ke rumahnya. Shani hanya menunggu di luar sedangkan Ferrel mengambil perlengkapannya. Tebakan Shani, anak ini tinggal sendirian di rumahnya itu.

Kini Shani sedang berada di dalam perjalanan menuju ke rumahnya. Ia menggunakan mobil sang bunda untuk mengantarkan anak yang bernama Ferrel ini. Shani sudah cukup berkenalan selama di perjalanan tadi.

Banyak tersedia kamar kosong di kediaman Shani memudahkan Ferrel untuk menginap di sini. Ferrel sudah selesai dengan barang barangnya dan turun ke bawah. Melakukan makan malam bersama dengan Shani dan juga bundanya.

Ferrel yang duduk berhadapan dengan Shani menjadi tidak fokus. Shani yang mengenakan pakaian tidurnya entah kenapa sangat menggoda di pandangan Ferrel.

Shani pun mengerutkan keningnya kala melihat tingkah Ferrel yang sedikit gugup pada saat mata mereka tak sengaja bertemu.

"Kamu kenapa Ferrel?" Ia tersentak kaget dan dengan cepat menggeleng. Meraih air minumnya agar menetralkan detak jantungnya yang memburu.

Begitu juga dengan Shani, saat ia melihat Ferrel untuk pertama kalinya, entah kenapa ia jatuh hati pada parasnya yang rupawan. Shani mengakui jika ia terpikat senyum manis di wajahnya itu.

Tak terasa kini makan malam pun telah usai, semua anggota keluarga pun kembali ke kamar mereka masing masing untuk beristirahat. Tak terkecuali Ferrel. Ia sedikit merasa asing dengan kamarnya, namun hal itu tak membuat ia gelisah.

Ia mulai merebahkan tubuhnya dan memejamkan mata. Namun beberapa saat kemudian ia terbangun karena merasakan sesak nafas dan dadanya yang memberat.

Matanya membulat sempurna kala melihat Shani sudah berada di atas tubuhnya. Tubuhnya tegang seketika, mendadak ia tak bisa menggerakkan anggota tubuhnya.

"Mmhhhh"

Bibir Ferrel mulai dikecup secara perlahan, bahkan paha Shani sudah bermain di bawah sana. Menggesek gesekkan ke arah selangkangan Ferrel.

Tentu Ferrel akan merasa terangsang dengan gesekan tersebut.

Shani mulai membuka satu per satu kancing baju Ferrel. Ferrel yang tak ingin naked sendiri langsung membuka kancing baju tidur Shani. Bahkan ia terlebih dahulu melucuti bawahan Shani.

Kini ia menegak Saliva nya dengan susah payah. Tubuh yang begitu sempurna telah terpampang jelas di depannya. Sebagai lelaki normal tentu saja imannya sudah terkoyak habis tak berbentuk.

Ferrel langsung menyambar gundukkan yang menarik perhatiannya. Di sesapnya secara sensual pucuk dari pada gundukkan tersebut.

"Aahhh ferrell, gelii..." Shani memainkan rambut Ferrel dan sesekali ia menekan lebih dalam kepala Ferrel. Kepala Shani mengadah ke atas menikmati bibir Ferrel yang bermain di payudaranya.

Shani melanjutkan untuk membuka kain terakhir yang melekat pada tubuh Ferrel. Shani takjub dengan benda yang dimiliki lelaki di depannya ini. Shani merasakan bulu kuduknya meremang sekarang.

Dengan cepat Ferrel membalik posisi mereka, dengan Shani yang berada di bawah kukungannya. Ia kembali mengecup gundukkan Shani. Meremasnya dengan pelan dan sensual, membuat Shani melayang tinggi.

Tangan kiri Ferrel kini berada di bawah. Merasakan milik Shani yang sudah basah. Ia memainkan jarinya di sana, menggesekkan jarinya ke arah biji kecil tersebut.

Setelah itu, ia membaluri itu ke arah kejantanannya dan perlahan memasukkannya.

"Nghhh, pelan pelan." Erang Shani ketika merasakan benda itu akan memasuki miliknya.

"AAHHH!! SSHHH!!"

Shani mendesah sekaligus meringis kesakitan. Ferrel pun bisa melihat dengan jelas bahwa ada cairan merah yang mengalir dari dalam sana.

Secara perlahan ia mulai menggerakkan pinggulnya, mengganti rasa sakit itu dengan rasa nikmat yang tiada tara.

Shani terus dibuat mendesah karena ulahnya. Beberapa kali Shani sampai puncaknya namun Ferrel sendiri belum. Ia terlalu tangguh jika disandingkan dengan Shani yang lemah akan sentuhan manja.

Kini Ferrel merasakan penisnya yang membesar di dalam sana dengan dinding vagina Shani yang mulai mengapit kepemilikannya.

"Shhhh ahhhh" erangnya semakin menjadi jadi karena akan sampai puncaknya.

"Aahhhh Ferrel!!" Shani mendapatkan klimaksnya sebelum akhirnya Ferrel mencapai klimaksnya juga.

Shani merasakan rahimnya yang begitu menghangat, merasakan cairan Ferrel yang begitu banyak. Bahkan hingga meluber keluar kala benda itu ditarik keluar.

Shani kemudian langsung berdiri dan menatap sayu ke arah Ferrel. Ferrel pun kini ikut berdiri di hadapan Shani. Mata mereka saling bertemu satu sama lain.

"Makasih Ferrel." Ferrel tersenyum lebar.

Plak!

Shani menamparnya cukup kuat dan mampu membawa Ferrel ke kesadarannya. Ferrel memegang dadanya yang berdetak dengan kencang. Ia menoleh ke arah jam dinding, menunjukkan pukul empat pagi.

Saat itu juga Ferrel berdecak kesal karena semua yang ia alami tadi hanyalah bunga tidur. Mimpi!

Itu karena sebelum tidur, pikirannya selalu tertuju pada kemolekan tubuh Shani.

Tapi tunggu dulu, Ferrel merasakan sesuatu yang kurang nyaman di bawah sana. Dengan cepat ia menyingkap selimutnya dan ya...

"WHAT!! GW MIMPI BASAH?!"





































Sedangkan Shani masih asik dengan kegiatannya di kamarnya sendiri.

"Shhh ahhhh Ferrel!!! Fuck!!"


ONESHOOT48Where stories live. Discover now