ShanChik [Ex]+

3.1K 119 10
                                    

Shani memeriksa kembali nomor ruangannya. Sudah benar. Tapi kenapa di dalamnya ada seorang wanita?

Shani tetap berjalan dan menutup pintunya. Sontak orang yang duduk membelakangi dirinya itu pun berdiri. Berbalik menatap ke arah Shani. "Ahm, permisi, saya salah ruangan sepertinya."

Shani ingin membuka pintunya namun tangannya ditahan oleh wanita tersebut. "Masak kamu lupa dengan tujuan awalmu ke sini?" Chika mengubah gaya bicaranya. Agar Shani tak mengetahui dirinya.

Shani terlihat gugup dan memainkan ujung bajunya. Chika langsung menarik dengan lembut pergelangan tangan Shani. Dengan perlahan merebahkan tubuh Shani dan menindihnya. Mengecup dengan lembut bibir milik Shani.

Shani terkejut, ia memberontak dalam kecupan tersebut. Belum juga pasang harga udah main aja, kira kira begitulah pikir Shani. Namun Chika tak membiarkan itu terlepas. Chika memperdalam ciumannya. Meraih tengkuk Shani dan melumat bibir bawahnya.

Selama berpacaran dengan Shani, Chika tidak pernah cium bibir. Kalau bukan di pipi, palingan di kening. Hanya sejauh itu. Sekarang mumpung ada kesempatan, Chika menggunakannya sebaik mungkin.

Dalam lumatan tersebut, Chika dengan perlahan membuka pakaian yang dikenakan Shani. Chika hanya perlu menurunkan di kedua sisi bahunya. Lalu Chika tinggal menarik turun pakaian tersebut. Kini Shani hanya mengenakan pakaian dalamnya.

Shani memejamkan matanya. Shani menangis dalam diam. Sebentar lagi, hidupnya akan hancur. Hal yang selama ini ia jaga akan hilang malam ini juga.

Shani merasakan payudaranya yang menghangat. Ternyata mulut Chika sudah terbenam di sana. "Ahh, aku harus manggil kamu dengan sebutan apa?" tanya Shani di sela desahannya. "Bebas, aku terima aja."

"Ahhh, mmhhh,"

Chika bermain main dengan tubuh mantan pacarnya itu. Jujur ini pertama kali bagi Chika. Ia juga mulai melucuti semua pakaiannya. Shani menganga tak percaya bahwa wanita di depannya ini memiliki benda seperti itu.

Chika meraih tangan Shani dan menuntunnya untuk menyentuh penisnya. Cukup besar dan keras. Shani menelan ludahnya. Apakah Shani harus memainkannya dengan mulutnya? "Ayo, bermain main lah." pinta Chika.

Shani pun mulai membuka mulutnya. Hanya setengah bagian yang mampu masuk ke dalam mulutnya. Chika pun tak mau memaksa juga. Chika tidak ingin Shani nya tersedak karena ulahnya.

Shani mulai memaju mundurkan kepalanya. Membuat penis Chika keluar masuk di mulutnya. "Aahhh," Chika mendesah menikmati hangatnya mulut Shani.

Shani juga dengan lihai memainkan lidahnya dan juga menyedot dengan kuat. Sebelum benar benar ke tempat ini, Shani belajar dulu hal mendasar yang harus ia lakukan di tempat seperti ini. Dan sekarang Shani sedang mempraktekkan nya.

"Uhh, aku mau keluarhh," Chika tak kuat menerima rangsangan dari mulut Shani. Alhasil Chika mengeluarkan sperma nya di dalam mulut Shani.

Belum sempat Shani mengeluarkan cairan tersebut, Chika sudah membaringkan tubuhnya. Menarik celana dalam Shani hingga terlepas. Membuka kedua paha Shani dengan lebar dan mengarahkan penisnya. Shani yang ingin berbicara pun dengan terpaksa menelan sperma tersebut.

"Tolong pelan pelan, aku masih perawan." peringat Shani pada orang di depannya itu. "Benarkah?" Shani mengangguk. "Itu tak ternilai harganya, sayang."

Chika mulai menggesek gesekkan penisnya. Memasukkannya dengan perlahan. Terlihat dengan jelas bahwa Shani memejamkan matanya untuk menahan rasa sakitnya.

"Ahh, sakithh. Udah, segitu aja," pinta Shani yang tak di turuti oleh Chika. Dengan sekuat tenaga Chika mendorong masuk penisnya hingga tenggelam semua.

"Please, jangan digerakin dulu," Chika menurut dan memilih untuk bermain main dengan bibir Shani.

Setelah beberapa saat, Chika mulai menggerakkan bokongnya. Penisnya keluar masuk di liang milik Shani. Shani yang memang merasakan kenikmatan pun tidak bisa menahan desahannya.

Shani mendesah seolah olah ia menikmati permainannya kali ini. Ini merupakan yang pertama kali sekaligus dengan kenikmatannya.

"Uhhh, sshhh, ahhh,"

"Arghh, Shan!" Chika mengerang memanggil nama Shani.

Mereka belum sempat berkenalan. Tapi Shani tidak sadar akan panggilan tersebut. Tubuhnya sudah sepenuhnya diambil alih.

Chika mempercepat gerakannya. Merasakan penisnya yang semakin menegang di dalam sana.

"Ahhh, aku keluarhh," Shani mendapat pelepasan pertamanya. Chika masih menggerakkan pinggulnya. Tak memberikan waktu istirahat untuk Shani.

"Ahh, ahh, aku keluarhh,"

Bukan seperti yang Shani harapkan. Chika menumpahkan semua spermanya di rahim milik Shani. Setelah semuanya keluar, Chika menarik penisnya lalu merebahkan tubuhnya.

Shani menangis mengetahui nasib dirinya. Sudah tidak ada masa depan untuk dirinya. Shani menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Dengan cepat Chika menarik Shani mendekat.

Chika merebahkan diri menghadap ke arah Shani, sedangkan Shani masih terlentang. Chika memasukkan kembali penisnya ke dalam vagina Shani. Menggenjotnya dengan tempo yang cepat.

"Aahhh, ahhh, berhentihh,"

Shani tak ingin lagi. Baginya cukup satu ronde untuk mendapat bayaran yang besar. Kini Shani terjebak di sini, meladeni wanita dengan nafsunya yang tinggi.

Shani dapat merasakan rahimnya yang menghangat beberapa kali. Ia sudah tidak bisa menggerakkan tubuhnya lagi. Sudah berbagai macam gaya yang Shani praktekkan. Dan semua spermanya di tumpahkan di dalam.

Kini Shani hanya bisa memejamkan matanya. Semalaman tidur di tempat seperti ini tidaklah masalah bagi Shani. Yang terpenting orang tersebut meletakkan uangnya di atas meja.




TBC

ONESHOOT48Where stories live. Discover now