ShanChik [Ketidaksengajaan]

1.6K 132 19
                                    

Langkah Shani kian melambat. Disusul dengan kepalanya yang terasa agak berat. Kelopak mata yang sudah tidak terbuka sempurna. Shani memegangi kepalanya dengan tangan kirinya.

Cara jalan Shani menandakan bahwa ia sudah tidak kuat berjalan. Tapi ada anak tercinta yang harus ia ketahui keselamatannya.

Dari dalam mobil, Christy terus saja memohon pada Chika untuk menolong Buna nya. Tapi apa yang dilakukan oleh Chika? Dia menatap tak percaya dengan apa yang ada di depannya.

Shani Indira, sosok yang ia cari cari selama 10 tahun sekarang berada di depannya. Dan lebih mencengangkannya lagi, di atas pangkuannya ini adalah anak kandungnya Chika.

Hiks... Chika terharu sejadi jadinya. Penantiannya sejak lama akhirnya membuahkan hasil yang–,

"BUNAA!!"

Christy meronta ronta di atas paha Chika. Melihat Buna nya yang sudah tergeletak, memaksa Christy untuk turun.

"Hei, hei, Christy! Dengerin kakak!" Chika mencoba untuk menenangkan anaknya.

Udah main klaim aja si Chika ini!

"Kamu duduk diem di dalem sini. Biar kakak yang keluar dan bawa Buna kamu ke sini. Oke?" Christy mengangguk dengan mata yang berkaca kaca.

Chika langsung turun dan berlari mendekati Shani. Chika tidak menggunakan payung untuk melindungi tubuhnya dari hujan. Chika meraih belanjaan Shani, lalu menggendong tubuh Shani yang sudah lemas.

Meletakkan Shani di jok belakang. Barengan dengan barang belanjaannya. Chika kembali ke stir kemudi dan melajukan kendaraannya menuju apartemennya.

°°°

Telapak tangan Christy yang mungil itu senantiasa bergerak, memeriksa kening Buna nya yang menghangat. Di depannya Christy juga sudah ada baskom dengan kain yang basah, untuk mengompres kening Shani.

Chika duduk anteng dengan kedua mata coklatnya yang menatap lekat pada Shani. Shani selalu berhasil memporak porandakan hati Chika yang tersusun rapi. Bahkan dalam keadaan apapun.


Kini perhatian Chika beralih ke Christy. Chika memandang lekat wajah anaknya. Bisakah Chika mengakui jika mata anak itu sedikit mirip dengannya?

"Christy," Chika beranjak dari duduknya lalu mendekat ke arah Christy.

Chika menyingkirkan baskom berisi air tersebut. Memperbaiki posisi tidur Shani, dengan Chika yang ikut merebahkan dirinya. Lalu Chika menarik tubuh Christy dan meletakkannya di sebelah kirinya.

"Christy tidur ya, ini udah tengah malem. Besok pagi Buna nya pasti udah sehat. Oke, sayang?" Christy mengangguk dan memeluk leher Chika. Meletakkan hidungnya di pipi Chika.

Chika kembali menyamankan tidurnya. Chika meraih kepala Shani lalu ditempelkan di perut bagian kanannya. Chika menaikkan sedikit bajunya. Kini suhu hangat itu menjalar di perut Chika.

°°°

Shani demam. Bukan berarti indera penciumannya tidak berfungsi sama sekali. Shani dapat menghirup aroma yang terasa asing di hidungnya. Shani dengan kedua matanya yang tertutup menghirup dalam dalam aroma tersebut.

Shani membuka kedua matanya. Sepertinya Shani mengenali aroma parfum ini. Ya, 10 tahun yang lalu.

Shani mencoba untuk mendudukkan dirinya. Sedikit meriang dan masih ada rasa pusingnya. Mata Shani terbeliak melihat anaknya yang sedang tertidur bersama seseorang. Chika, Shani masih mengenalinya.

Kini pipi Shani memerah karena baru menyadari satu hal. Kebiasaan anaknya yang setiap malam akan menyusu secara diam diam. Dan sekarang, Shani tengah menyaksikan anaknya yang sedang menyusu.

Apa Chika tidak merasakan kegelian?

Bibir mungil Christy masih setia menyedot puting sebelah kiri Chika. Tangannya pun memijat mijat kecil di area tersebut.

Shani harus melakukan apa sekarang? Pandangannya mulai mengitari apartemen milik Chika. Rasa kagum masih bisa terlihat dari wajah Shani. Ia bahkan tak bisa marah, padahal sekarang pelakunya sudah berada di depan mata.

Shani memutuskan untuk menyingkap baju Chika. Melepaskan bra milik Chika dan ikut mengenyot milik Chika sebelah kanan.

Chika meringis dalam tidurnya. Chika merasakan payudaranya yang sedikit nyeri dikedua sisinya. Lantas Chika membuka matanya secara perlahan, terpampanglah dua orang yang tengah asyik mengenyot miliknya.

Mata Chika terbelalak melihat Shani juga melakukan hal yang sama pada dirinya. Sekarang Chika merasakan geli, karena tangan Christy terus meremas lembut payudara.

"Shan,"

"Ahh shhh sakit Shan."

Shani menghentikan aksinya. Ia meraih tubuh anaknya dan memindahkannya ke sofa untuk sementara waktu. Chika hanya menatap pergerakan tangan Shani yang lentik itu.

Shani kembali membalikkan tubuhnya, menghadap tepat ke arah Chika. Ini waktunya Shani untuk meluapkan semuanya. Beban yang selama ini Shani pikul sendirian, telah menemukan bahu pengganti.

Tapi alih alih ingin marah, Shani malahan mengeluarkan air matanya. Ia luruh ke lantai dengan kedua tangan berada di wajahnya.

Chika panik melihat Shani yang menangis. Lantas Chika bangun dengan pakaian yang berantakan. Merengkuh tubuh yang lemah itu. Membawanya kembali ke atas kasur.

Shani terduduk dengan wajah yang menunduk. Chika masih berdiri di depannya. Chika menggunakan jari telunjuknya untuk mendongakkan kepala Shani.

"Maafin aku Shani, 10 tahun aku biarin kamu merawat anak kita sendirian."

"Dia bukan anak kamu Chika,"

"Itu pasti anak aku, aku berani jamin kalau kamu itu wanita yang tidak suka berganti pasangan."

Shani terdiam. Ia tak bisa membelokkan fakta lagi. Apa yang Chika katakan memang benar adanya.

"Maaf untuk 10 tahun ini. Dan ijinkan aku untuk bersama kalian di tahun tahun berikutnya ya." Chika merengkuh tubuh Shani.

Shani yang memang menginginkan hal ini dari dulu pun bersorak gembira di dalam hatinya. Hati dan matanya langsung menghangat begitu saja.

Baik Shani maupun Chika langsung tersentak karena ada tangan mungil yang baru saja memeluk leher mereka. Chika dan Shani menoleh secara bersamaan, menemukan Christy yang ikut menghamburkan pelukannya.

"Ini ada apa Buna? Kok pada pelukan kayak Teletubbies? Emang Buna udah nggak sakit lagi?"

ONESHOOT48Where stories live. Discover now