Sikopet Kesayangan+

3.1K 156 8
                                    

Aku baru saja membuat kesalahan yang besar. Aku sama sekali tidak memiliki niatan untuk membuatnya menangis lagi. Aku hanya orang asing yang berniat menolongnya dengan menggali informasi darinya. Dan tanpa ku sangka ia menangis histeris di sebelahku.

"Shan, tolongin adik aku, please."

Setelah aku menanyakan namanya tadi, kami akhirnya menjadi saling mengenal nama masing masing. Setelah itu semua, aku hanya bisa mendengar suara tangisannya. Hingga saat ini.

Entah bahaya apa yang sedang mengintai adiknya, tapi ia terus memohon kepadaku untuk datang lagi ke rumah itu.

"Memangnya di sana ada apa? Bukannya mereka itu orang tuamu? Lantas mengapa kamu khawatir terhadap adikmu." Ia menggeleng dengan kuat, menepis pernyataan yang ku lontarkan. "Betul, orang tua. Tapi, tiri."

"Dan mereka itu kejam! Mereka predator yang ingin menghancurkan kami!" Ia semakin tak bisa mengendalikan tangisannya.

Melihatnya begini, aku semakin tak tega dibuatnya. Apa seorang psikopat hebat ini harus turun tangan sekarang? Dan melibas mereka semua?

Aku tersentak kala ia menarik kedua tanganku dan ia arahkan menuju payudaranya. Kemudian ia menarik dan mendekap ku.

"Please, kamu bisa pakai badan aku kapanpun kamu mau. Tapi tolong selamatkan adik aku." ujarnya dengan tatapannya yang sendu.

Dan apa apaan ini. Mengapa ia menjadikan tubuhnya yang sempurna itu sebagai bayarannya.

Aku segera menarik kedua tanganku. Ku balas pelukannya dengan erat sembari berbisik. "Iya, aku akan menyelamatkannya. Dan kamu tidak perlu memberikan tubuhmu secara percuma padaku."

Ia tersenyum getir padaku. Lalu menggeleng sembari menatap wajahku. "Tidak ada yang berharga lagi dari tubuhku, Shan. Aku pernah hamil dan ayah tiriku pelakunya. Semuanya sudah hancur, kecuali adikku."

"Bajingan!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bajingan!"

Umpatku di dalam mobil dengan Yessica yang berada di sebelahku. Setelah aku mendengar keseluruhan dari ceritanya, aku yakin malam ini adalah malam yang tepat untuk mengirim dua orang itu ke neraka jahanam.

Yang namanya orang tua–baik itu kandung maupun tiri–tak sepantasnya melakukan tindak asusila seperti itu. Apalagi hingga hamil. Lalu keguguran pula! Untung saja nyawa Chika masih terselamatkan.

Ku lihat Chika yang berada di sebelahku. Pandangannya nampak gelisah menyapu jalanan yang kami lalui. Hari sudah mulai petang dan kami memutuskan untuk mendatangi rumahnya. 

Aku bisa merasakan kalau Chika takut untuk kembali ke rumahnya. Apalagi tadi pagi ia menghilang dari depan rumahnya. Pasti kedua orang tuanya mengira kalau dirinya berhasil kabur. 

Sebelum aku berangkat, aku hanya menyiapkan beberapa plastik berwarna hitam untuk melancarkan aksiku. Senjata pamungkas serta andalanku sudah berada di dalam mobil.

Kembali ku tolehkan pandanganku ke arah depan rumahnya. Tali itu masih berserakan di sana. Berarti orang rumah tidak ada yang peduli dengan hal tersebut. 

Aku memarkirkan mobilku di depan pekarangan rumahnya. Kami berdua mulai keluar dan merasakan bahwa rumah ini sunyi dan senyap. Aku menoleh ke arah Chika. 

"Sepi? Biasanya mereka jam segini pergi ke mana?" Chika menggeleng lalu ia mendongak. Melihat ke arah jendela lantai dua yang lampunya menyala. "Itu kamar adik aku, mungkin dia ada di dalam karena lampunya menyala." Chika menunjuk ke arah jendela tersebut.

Ia mulai melangkahkan kakinya untuk memutar knop pintu depan. 

Terkunci!

Lalu ku edarkan pandanganku untuk mencari jalan alternatif. Kembali ku lemparkan pandangan ke arah jendela di lantai dua. Aku memicingkan mata saat sadar jendela itu tidak tertutup dengan rapat. 

"Hey, Chika, lewat sana."

Tentu, sebagai seorang psikopat yang memiliki jam terbang tinggi, mudah bagiku untuk memanjat ke lantai dua rumah ini. "Jika kamu takut, kamu bisa menunggu di sini dan mengawasi keadaan." Chika mengangguk.

Aku mulai mengambil ancang ancang. Kesulitan karena aku menggunakan celana kain yang sedikit ketat. Dengan hati hati aku menapakkan kakiku di beton bangunan tersebut. Hingga sampai lah aku di jendela tersebut. Aku tidak bisa melihat keadaan di dalam kamar.

Ku buka dengan perlahan namun sekuat tenaga. Lalu aku mulai menyibak tirai dan menghempaskan tubuhku ke dalam sana. 

"Nghh," Aku mendengar lenguhan yang berasal dari tempat tidur. Mataku membola sempurna melihat seorang gadis yang terikat telentang di sana. Tanpa sehelai benang pun. 

Aku bisa melihat mulutnya yang dipenuhi dengan Ball Gag. Dengan air liurnya yang mengalir kemana mana. Kedua pergelangan tangan dan juga kakinya diikat di ujung kasur. 

Dengan cepat aku berlari mendekat lalu melepaskan Ball Gag yang menyumpal mulutnya. Sial, tatapannya. Dan jangan lupakan liur yang menempel di Ball Gag tersebut. Aku menggeleng gelengkan kepalaku untuk menghilangkan pikiran tersebut. 

Ia tak ada mengeluarkan sepatah katapun. Bahkan saat semua ikatanya sudah terlepas. Aku memeriksa lemari pakaiannya. Mengambilkan baju dan juga celana untuk di pakainya. Saat ia sedang mengenakan pakainnya, aku mencoba untuk memutar knop pintu. 

Seperti biasa. Terkunci dari luar. 

Jangan katakan aku bodoh. Aku hanya memastikan saja. Kalau begitu aku ajak dia keluar dari jendela itu. Aku masih melihat si Yessica itu sedang gelisah di bawah sana. 

"Kakak!" pekik gadis yang baru saja ku sematkan itu. Mereka berpelukan di depanku. Apa mereka tidak memiliki niatan untuk mengajakku berpelukan?

Kami bertiga tersentak mendengar alarm rumah yang berbunyi. Astaga merepotkan sekali. Mana sensornya Delay lagi.

Aku segera mengajak mereka untuk pergi dari rumah ini. Untuk sementara mereka akan tinggal di rumah ku saja. 

Kalian bisa membayangkan kan, bagaimana aku yang selama ini membunuh orang lalu kini sedang menyelamatkan nyawa seseorang? Dasar psikopat labil!

ONESHOOT48Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang