3. STIKER BINTANG

3.8K 580 283
                                    

3. STIKER BINTANG

"Bi, kemarin kok bisa lo telat masuk sih? Hahaha untung ya cuman disuruh bersihin musala."

Gara-gara Mika mengajak Arbi untuk naik ke rooftop, cowok itu jadi masuk kelas saat jam kosong sudah diganti pelajaran agama. Pak Nadhif yang sebenarnya baik, namun bisa berubah tegas ketika siswanya melanggar aturan. Seperti halnya ketika Arbi melakukan kesalahan kemarin, untung hukuman yang diberikan hanya disuruh membereskan musala.

"Hm. Kemarin ke rooftop, sampe lupa kalau masih ada mapel," jawab Arbi sekenanya sambil memakai sepatunya di depan musala.

Istirahat pertama memang biasanya digunakan Arbi dan beberapa teman sekelasnya untuk pergi ke musala dan melaksanakan salat dhuha.

"Lah? Tumben banget, ngapain lo ke sana?" tanya Rehan penasaran.

"Ada lah. Si kakkel yang biasanya, hehehe." Arbi tertawa garing.

Hugo, salah satu teman sekelas Arbi yang memang paling heboh di antara yang lain langsung menanggapi jawaban Arbi tadi. Jangan salah, dia cowok, tapi mulutnya memang jarang bisa direm.

"Kak Mika itu? Dia masih sampe sekarang ngedeketin lo? Dia tuh kayaknya naksir lo beneran, lo peka sedikit kenapa sih."

Arbi geleng-geleng kepala tidak setuju. Menurutnya, Mika itu tidak lebih dari sebuah alien yang piring terbangnya hilang, terus menyusup masuk ke sekolah ini. Mika membuat Arbi merasa hidupnya mengalami fenomena yang berbeda. Namun, Arbi tidak tahu itu apa.

"Apaan sih, enggaklah biasa aja." Kenyataannya Arbi masih menyangkal.

"Tapi lo suka nggak sama dia?" suara Rehan.

Arbi menggeleng, kemudian tertawa garing. "Apaan sih, kepo banget lo kayak cowok!"

"Anjir lo, emang gue cowok." Rehan seketika menoyor kepala temannya ini.

"Hm. Ya udahlah, balik kelas lagi aja, yuk," ajak Arbi lalu bangkit dari posisi duduknya.

Rehan dan Jefron setuju dengan ajakan Arbi untuk kembali ke kelas. Sementara Hugo dan yang lain memutuskan untuk mampir ke kantin dulu.

***

Arbi dan kedua temannya berjalan ke kelas sambil ketawa-ketiwi mengobrolkan seseorang. Rehan dan Jefron rupanya masih semangat membicarakan kakak kelasnya yang menurut mereka lucu, sedang Arbi cuma tertawa seadanya.

"Hahaha, dia tuh aslinya lucu, pipinya tembem banget, tapi sayang kelakuannya aneh."

Jefron tertawa. "Iya, masa Kak Mika waktu main ke kelas pernah sok kenal gitu sama gue, bilang katanya pernah lihat gue. Terus gue nanya lihat di mana, katanya di mimpi. Hahaha, bego banget kan."

Rehan makin tertawa mendengar temannya itu bercerita. Rehan menyadari raut muka Arbi yang tertawa tapi palsu, lantas ia bertanya. "Diem aja, Bi? Emang lo nggak pengin ketawa setiap kali ada dia? Apalagi dia seringnya gangguin lo."

"Kalau dia ngomong, sebenarnya gue pengin ketawa, tapi gue tahan. Kasihan anak orang ngomong panjang lebar diketawain doang," jawab Arbi terkekeh pelan.

"Eh bentar, gue belum selesai ceritanya. Kak Mika itu bilang, katanya lihat gue dalam mimpi, gue itu kayak pakai baju jubah tapi nggak ada lengan, terus mata gue merah kayak pakai softlens, tapi tiba-tiba tubuh gue berbulu dan berubah jadi serigala. Hahaha, bego dia tuh jadi komedian putar aja gantiin Sule," Jefron melanjutkan ceritanya tentang Mika.

"Sumpah lo? Hahaha, dia emang imajinasinya tinggi banget, kenapa nggak jadi penulis aja ya," kata Rehan menanggapi.

"He he he he," lagi-lagi Arbi tertawa sarkastik. "Tapi kalau lo yang cerita nggak lucu, Jef. Mending dari orangnya langsung."

From Earth to Stars||✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang