36. PUTRI SALJU DAN KURCACI

1K 167 21
                                    

36. PUTRI SALJU DAN KURCACI

Bel istirahat sudah berbunyi sejak lima menit lalu. Mika dan Sasha baru saja mau pergi ke kantin karena harus menyelesaikan PR kimia terlebih dahulu.

Ketika Mika melangkahkan kaki keluar dari kelas, gadis itu terkejut setelah mendapati seorang laki-laki yang tidak ia duga kehadirannya tapi selalu ia nanti.

Laki-laki itu langsung menoleh saat menyadari keberadaan Mika. Ia menurunkan kaki kirinya yang tadi menempel di dinding dan mengeluarkan kedua tangannya yang tadi tersimpan di dalan saku celana.

"Oh--hai!" sapanya sembari tersenyum ke arah Mika.

Sasha menyenggol lengan Mika karena yang disapa tidak kunjung memberi respon, barang setidaknya cuma tersenyum.

"Eh-- hai! Salju ngapain?" tanya Mika masih gelagapan.

"Hm ..." Arbi terlihat menggaruk kepalanya yang tidak gatal sembari melirik ke Sasha.

"Ka, gue mau ke wc dulu ya. Ntar kalau lo mau ke kantin, susulin aja gue ke sana," kata Sasha setelah sadar dengan permintaan tidak langsung dari Arbi yang meminta Sasha untuk meninggalkannya bersama Mika.

"Eh, Sha! Tungguin dong, aduh," Mika menggerutu pelan sambil menatap ke lantai.

Sejujurnya Mika memang menunggu Arbi untuk menemuinya setelah mendengar cerita Indira kala itu. Tetapi ia tidak tahu, mengapa saat Arbi sudah berada di sini justru Mika merasa ingin cepat-cepat melarikan diri menyembunyikan wajahnya yang sudah panas.

Mika tetap menundukkan kepala ke bawah sebelum akhirnya Arbi memanggil namanya.

"Mika."

"Hm?"

Mata Arbi sudah menyambut kedua manik mata Mika ketika Mika mendongakkan wajahnya, kemudian sebentar pandangan mereka beradu. Mika menarik senyumnya sedikit.

"Ngapain lo senyum-senyum? Kan lagi nggak mau foto," kata Arbi memecah momen mereka berdua.

Mika mendengus. Arbi tetaplah Arbi yang masih menyimpan jiwa jutek dalam dirinya. Sekalipun kata Indira sekarang si Arbi sudah menyukai Mika, namun Mika tidak begitu percaya sebelum pernyataan itu keluar dari bibir Arbi sendiri.

"Abisnya Salju kayak kamera tau! Yang hobinya bikin Mika senyum," balas Mika tidak mau kalah.

"Hehehe, kalau lo kayak manusia deh."

Mendengar jawaban Arbi, Mika berdecak. Arbi ini kekurangan imajinasi berbicara, pikir Mika. Karena apa yang Arbi bicarakan terlalu apa adanya dan kurang ekspresif.

"Ya iyalah, orang emang manusia."

"Gue bilangnya lo kayak manusia karena lo ini alien," Arbi memperjelas ucapannya sembari senyum-senyum meledek.

"Nggak apa-apa dong alien, nanti Mika bisa ajak Salju naik piring terbang. Belum pernah kan? Orang paling kaya juga paling-paling pernahnya naik jet pribadi."

"Lo laper ya?" tanya Arbi sembari menempelkan punggung tangannya ke dahi Mika.

"Yeee, orang kalau laper mah di perut bukan di sini!" seru Mika menepis tangan Arbi dan menunjuk dahinya sendiri.

"Ya masa mau pegang ..." ucapan Arbi terputus dengan matanya yang mengarah ke perut Mika.

"Pegang apa?!" Mika berseru, spontan ia melipatkan kedua tangannya di depan dada.

"Hmm ..." Arbi nyengir. "Nggak apa-apa, nggak jadi."

Lalu Arbi meraih tangan Mika tanpa persetujuan pemiliknya dan mengajak Mika pergi dari depan kelas.

From Earth to Stars||✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang