28. KE KANTIN BARENG

1.3K 201 15
                                    

28. KE KANTIN BARENG

Semalam Mika sudah menyelesaikan kewajibannya untuk menulis sebuah karya yang akan mengisi mading sebulan ke depan. Rencananya setelah bel berbunyi ia akan segera melangkahkan kaki menuju kelas sang sekretaris jurnalistik untuk menyetorkan hasil karya abalnya itu.

Mika membuka lembar kertas di tangannya, membaca kembali tulisan yang sudah ditulis. Sejujurnya dia agak kurang pede karena menurut dia tulisan itu terlalu menye, sebagian besar isinya berisi curhatan hatinya selama ini.

DARI BUMI KE BINTANG

Yang bumi ingini cuma jadi saksi perjalanan bintang selama nanti

Meski pada suatu malam bintang tiba-tiba redup dan hilang

Ingat,

Bumi tidak akan berhenti memohon pada Sang Pencipta

Agar bintang tak meninggalkannya

Bumi tahu,

Butuh berjuta tahun untuk mampu memandang bintang

Dan selama itu ia harus menunggu

Bumi tahu,

Cuma bintang yang memberinya sinar ketika malam datang

Bumi tahu,

Sekali waktu bintang bisa redup bahkan berhenti bersinar

Bumi tahu,

Kalau nanti dirinya sendiri bisa mati dalam kegelapan

Untuk itu bumi sadar apa yang harus dilakukan

Ia harus menahan bintang untuk tidak hilang

Atau jika binarnya terpaksa tenggelam

Izinkan bumi untuk dapat menerbitkannya lagi


"Sha, gue kok takut sih rasanya puisi gue sangat nggak layak untuk dipajang," ucap Mika sembari melipat kembali kertas tadi.

"Ya elah, emang yang lain udah yakin layak buat dipajang? Santai aja cuman buat fun, bukan lomba FLS2N atau apa," jawab Sasha meyakinkan Mika.

Benar juga sih kata Sasha, seharusnya ia tidak perlu sepusing ini memikirkannya. Toh, siapa juga yang bakal sempet mampir sebentar untuk baca mading? Mading itu menurut Mika cuma sebagai simbolik aja kalau ekskul jurnalistik masih berjalan.

"Hmm, ya udah deh. Kalau gitu gue kumpul dulu ini puisinya, lo kantin duluan sama yang lain."

Sasha mengangguk paham. "Anter nggak nih?"

"Nggak deh, ribet ntar lo harus pinjem motornya Alan buat nganterin gue," canda Mika seperti biasa.

Ya mana ada, masih dalam satu sekolah yang hanya dipisahkan beberapa meter koridor mengharuskan Sasha untuk mengantar Mika ke kelas sekretaris jurnalistik menggunakan motor. Itu sebatas imajinasi Mika yang tak berbatas.

"Oke deh, padahal gue juga nggak repot-repot amat kalau beneran harus pinjem motornya Alan," balas Sasha sambil tertawa.

Mika geleng-geleng kepala kemudian mengakhiri tawanya sebelum berlalu dari kelas. Ia berjalan melewati lorong koridor yang ramai karena bertepatan dengan bunyi bel istirahat. Mika mempercepat langkahnya, takut keburu Ineth mau jajan ke kantin. Iya, salah satu sekretaris ekskul jurnalistik adalah Ineth, yang teman sekelas Arbi.

From Earth to Stars||✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang