41. TEMAN BERBAGI

867 107 6
                                    

41. TEMAN BERBAGI

Bu Mika Cantigi: Ju, Mika udah sampe kayangan nih. Salju udah sampe bumi belooom...

Bu Mika Cantigi: Oiya malem ini bintangnya banyak tuh

Ponsel Arbi bergetar ketika baru saja dinyalakan menandakan banyak pesan yang masuk, salah satunya adalah Whatsapp dari Mika. Rambut cowok itu masih basah karena habis mandi sepulang dari gramedia bersama Mika. Ia berbaring di atas kasur sembari menscroll notifikasi.

G Arbi Kiluan: Baru mandi gw, lo pasti langsung rebahan di kasur kan

G Arbi Kiluan: Masa

Membaca pesan dari Mika yang bilang kalau malam ini ada banyak bintang, membuat Arbi langsung beranjak dari kasur dan membuka pintu kamar, ia berdiri di balkon sambil matanya menatap ke langit.

Arbi tersenyum ketika ia melihat hamparan bintang menghiasi gelap malam. Ia jadi teringat akan Mika yang mengibaratkan bahwa dirinya seperti bintang yang tidak pernah lelah menyinari bumi. Padahal bagi Arbi justru Mika-lah bintangnya, sedangkan ia tidak lebih dari sekadar makhluk penghuni bumi.

Arbi menyalakan ponsel lagi, tapi belum ada balasan dari Mika. Mungkin cewek itu sedang mandi atau makan.

Mata Arbi menangkap sebuah tulisan di bagian atas layar ponselnya, 11 panggilan tak terjawab 'Ineth SMA'. Ia baru sadar bahwa ada telepon dari Ineth, memang selama tadi ia pergi bersama Mika, ponselnya dimatikan karena sudah lowbat.

Dahi Arbi berkerut, bertanya dalam hati ada apa Ineth menghubunginya berkali-kali. Tapi satu yang Arbi tahu, pasti Ineth sedang tidak baik-baik saja. Dengan segera cowok itu menekan tombol panggilan ke nomor Ineth, tetapi sama saja, nomornya sedang tidak aktif.

Ia mengacak rambut seraya menggigit bibirnya, mencari solusi dimana ia bisa mendapat jawaban atas kondisi teman dekatnya saat ini. Nama Rehan muncul di pikirannya karena Rehan merupakan teman sekelas Ineth dari SMP. Arbi mengangguk pelan, mungkin Rehan tahu sesuatu.

"Halo?"

Suara Rehan terdengar membuat Arbi sedikit lega karena setidaknya muncul satu orang yang bisa ia tanyai mengenai keadaan Ineth sekarang. Meski dia sendiri belum tahu apakah Rehan tahu sesuatu tentang kondisi Ineth atau tidak.

"Re, lo tahu sesuatu tentang Ineth nggak?" Arbi bertanya langsung pada intinya.

"Gue telponin dia tapi nggak aktif."

"Hm, iya tadi katanya dia telpon lo tapi nggak lo angkat."

"Gue abis pergi," ada jeda sebentar sebelum Arbi melanjutkan ucapannya, "sama Mika, baterainya low terus langsung gue matiin."

"Mamanya masuk rumah sakit."

"Serius lo?" mata Arbi terbelalak.

"Di kamar mana? Kondisinya gimana?"

"Kamar bougenville nomor 202. She's fine right now, dia tadi cuma panik. Mamanya juga langsung ditangani. Jangan cemas, tapi dia kayaknya lagi butuh temen banget sekarang. Gue aja baru balik dari sana."

"Oke, thanks Re."

Arbi mengakhiri sambungan telepon kemudian langsung menyambar jaket yang tadi ia lemparkan begitu saja ke kasur.

"Dek, mau kemana?" tanya Mama berdiri dari posisi duduknya karena mendengar derap langkah Arbi yang buru-buru turun dari tangga.

"Izin Ma, mau jengukin mamanya Ineth di rumah sakit."

From Earth to Stars||✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang