49. EXPRESS THEIR TRUE FEELINGS

703 94 8
                                    

49. EXPRESS THEIR TRUE FEELINGS

Setelah insiden malam itu, Mika sungguhan menjaga jarak dari Arbi maupun Ineth. Meski Mika seringkali bertemu Arbi ketika di kantin tetapi itu tidak menjadikan bibir Mika terbuka untuk menyapa atau bahkan tersenyum, dan ketika mata mereka sesekali bertemu dengan segera Mika membuang pandangannya.

Jujur Mika tidak membenci Arbi ataupun Ineth, itu cara kerja hati Mika supaya bisa terbiasa tanpa mereka. Terutama tanpa Arbi.

"Mika, itu ada Arbi tuh," bisik Sasha ketika keduanya sedang berjalan menuju lapangan hendak melakukan upacara bendera.

Mika cuma senyum kecil menanggapi. "Iya, biarin aja."

Sasha agak heran melihat respon Mika yang akhir-akhir ini dingin ketika bertemu atau sekadar berpapasan dengan Arbi. Sorot mata Mika pasti berubah jadi sendu dan berusaha menghindar. Seperti sekarang, Mika justru mempercepat jalannya dan bergabung ke dalam barisan.

"Kalian kenapa sih? Ada yang nggak beres nih pasti," tanya Sasha mulai curiga dengan sikap Mika.

Sedari malam itu, Mika memang belum menceritakan apa-apa kepada Sasha atau pada teman dekatnya yang lain. Mika pikir apa yang sudah terjadi itu sudah berakhir dan tidak perlu untuk digali lagi.

"Nggak ada apa-apa, emang biasanya gini kali ah Sha. Ssst ... Diem dulu tuh ada Pak Ham," sahut Mika berusaha setenang mungkin supaya Sasha berhenti menanyainya.

Sasha akhirnya memilih untuk menutup mulut dulu dan menyilangkan kedua tangannya di belakang dengan posisi istirahat di tempat. Mika pun melakukan hal yang sama seperti Sasha seiring Pak Ham datang untuk mengatur barisan.

"Mika," panggil Sasha lagi tentu setelah Pak Ham sudah pergi.

"Hmm."

"Sebelah lo," lanjut Sasha sambil matanya melirik ke seseorang di sebelah Mika yang baru saja gabung ke barisan.

"Siapa sih?" Mika menaikkan satu alisnya.

"Lihat sendiri coba," kata Sasha kemudian Mika menoleh ke barisan laki-laki di sebelah kanannya.

Tepat saat Mika memiringkan badannya dan menoleh untuk melihat siapa yang berada di sebelahnya, matanya bertabrakan dengan sepasang mata kecoklatan akibat sinar matahari yang pagi itu begitu terang. Untuk beberapa saat pandangan keduanya tidak mau lepas seperti sedang melepas rindu sampai ada Pak Ham yang menginterupsi Arbi untuk hadap lurus ke depan karena upacara akan segera dimulai.

"Aduh, jadi ada Pak Ham lagi kan," rutuk Mika spontan.

"Jealous dia lihat lo sama Arbi," sahut Sasha asal sembari tertawa.

Mika menghela napas dan tidak menghiraukan ucapan Sasha, kemudian memilih untuk kembali menghadap depan mendengarkan protokol membacakan tata upacara.

Walau kelihatannya Mika fokus dan anteng mengikuti upacara dengan khidmat, namun berbeda dengan hatinya yang sedari tadi merasa tidak nyaman karena harus sedekat ini dengan Arbi. Apalagi Mika juga merasa jika sedari tadi Arbi mencuri pandang ke arahnya. Tidak, Mika tidak geer karena memang Arbi melakukannya.

Mika menurunkan topi OSIS-nya untuk menutupi pipi sebelah kanan yang seperti sedang dipanggang. Matahari pagi ini benar-benar berniat untuk menyalurkan kehangatannya, meskipun hari Senin hampir selalu panas, tetapi pagi ini matahari seperti menaikkan volume panas dua kali lipat. Keringat sudah membasahi dahi Mika dan bagian tubuhnya yang lain. Cewek itu memilih untuk menunduk agar sedikit terhindar dari sinar.

Arbi yang sedari tadi memfokuskan perhatiannya pada Mika beberapa kali mendapati cewek itu sedang mengusap leher atau menggerak-gerakkan kaki. Arbi perhatikan dari samping wajah Mika memang tampak pucat.

From Earth to Stars||✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang